2

2 1 0
                                    

Malam pun tiba, Ayla sedang mengotak-atik laptopnya. Lebih tepatnya, Ayla sedang videocall dengan sahabatnya semasa kuliah di Australia.

"So, are you coming back?" (Jadi, lo bakalan balik ke Australia?)

"I don't know, I don't think so. I don't want to leave my mom at home. Yeah, I explained it to you on whatsapp. My mom's sick, and I think I'll be working in Indonesia until I get married." (Entahlah, sepertinya tidak. Aku tidak ingin meninggalkan ibuku di rumah. Ya, aku sudah jelaskan padamu di whatsapp. Ibuku sedang sakit, dan sepertinya aku akan bekerja di Indonesia sampai aku menikah.)

"I'm gonna miss you. Then wait for me. I'm coming to Jakarta." (Aku akan merindukanmu. Kalau begitu, tunggu aku. Aku akan datang ke Jakarta.)

"Of course I'll wait. Just let me know any time. Ok?" (Tentu saja aku akan menunggumu. Kabarin aku kapanpun. Ok?)

"Ay..." tiba-tiba pintu kamar Ayla terketuk dan Lena memanggil dari luar kamarnya.

"Ow, I gotta go. My sister called me. I'll call you back. Bye..." (Ow, aku harus pergi. Kakakku memanggilku. Nanti kuhubungi lagi. Bye...) pamit Ayla lalu menutup laptopnya.

Setelah panggilan Ayla dan sahabatnya terputus, Ayla mempersilakan Lena masuk ke dalam kamar Ayla. Setelah Lena masuk ke dalam kamar Ayla, ia duduk di atas kasur Ayla.

"Udah makan?" tanya Lena sambil tersenyum.

Ayla mengangguk pelan sambil mengulum senyumnya. Tak lama, Lena mengusap lembut kepala Ayla serta pipinya.

"Tumben gue nggak tahu. Biasanya lo ajak gue makan bareng." balas Lena pura-pura cemberut.

"Maaf kak, lapar banget tadi..." kekeh Ayla.

Lena ikut terkekeh dan mencubit pipi Ayla gemas. Meski Ayla sudah berusia 23 tahun, di matanya, Ayla masih sosok bayi kecil yang dulu selalu Lena pangku dan gendong. Namun tak ia sangka, sebelum adiknya berhasil meraih gelar sarjana di luar negeri sesuai impiannya, ia harus menerima pengalaman pahit. Yang jika ini semua hanyalah mimpi buruk, Ayla memilih untuk tidak ingin tidur sama sekali sampai pagi.

"Ayla, gue minta maaf ya soal tadi siang. Gue nggak ada maksud sama sekali buat bikin lo tersinggung dengan ngungkit lagi masalah lama. Gue cuma nggak mau lo disakitin lagi kaya dulu. Mungkin kata-kata gue emang salah." ungkap Lena sambil menunduk menyesal. Tak lama, Lena memeluk sang adik dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Ayla yang sebenarnya bingung hanya bisa membalas pelukan Lena sambil mengusap-usap punggungnya pelan.

"Gue nggak apa-apa, kak. Gue tahu niat lo baik. Gue cuma...ngerasa bersalah aja sama diri gue sendiri. Maaf ya kak, gue udah nggak bisa jaga diri sendiri saat itu." balas Ayla dengan suara lirih.

"Sstt udah, gue tahu lo pasti susah lupain semua itu. Tapi sekarang gue janji, gue bakalan jagain lo. Gue pastikan lo aman sama gue." pelukan antara kedua kakak-beradik ini kian mengerat. Mereka pastikan akan semakin saling melindungi mulai hari ini.

Pelukan mereka pun merenggang dan masing-masing saling mengusap air matanya lalu tertawa untuk meredakan suasana.

"Tapi Ay, kalau yang jagain lo bukan gue ataupun Devan, tapi Adrian. Lo mau, nggak?" tanya Lena seketika membuat Ayla menghela napasnya.

"Kenapa harus dia sih, kak? Gue nggak kenal sama dia, malah gue malas sama dia. Kenapa nggak kakak aja gitu yang jagain gue?" tanya Ayla sambil mengerucutkan bibirnya manja.

"Saat ini gue nggak segabut dulu pas lo belum kuliah, dek. Sekarang gue kerja di perusahaan Devan. Bahkan hampir tiap hari gue ikut meeting sama Devan dan pulang paling lambat jam 9 malam. Gue nggak bisa lagi 24 jam nemenin lo kaya dulu." jawab Lena sambil mengusap pelan kepala adik kesayangannya itu.

DestinoWhere stories live. Discover now