SPRAWL OF NEO JAKARTA PART 4

23 2 0
                                    


Hujan deras mengguyur seluruh seluk beluk Neo Jakarta. Bau sampah yang basah dan selokan yang tersumbat menyengat hidung seperti lebah.

Televisi hologram terus menayangkan acara – acara picisan. Cuap – cuap pembawa berita jatuh saling sahut menyahut dengan suara hujan.

Erno duduk di dalam sebuah motel kecil yang terletak di pesisir. Dentuman ombak yang kencang dan air hujan yang turun terus mengetuk jendela kamar. Sebuah sign neon besar bertuliskan Run Away Motel tergoyang – goyang oleh angin.

Hatinya terasa berat dan kesepian untuk tinggal sendiri. Namun hal ini jauh lebih baik dari pada tinggal bersama Kristine. Ia mencintai Yordan dengan sepenuh hatinya. Bocah kecil itu sudah ia anggap sebagai anak sendiri, tapi ia tidak sanggup bertemu dengannya. Ia takut menggantikan Enzo bila dirinya bertemu Yordan.

---

'Trap... Trap...' Suara langkah kaki dan hujan deras membangunkan Erno dari tidurnya. Langkah tersebut terdengar mondar – mandir di depan pintu seperti kebingungan.

Jam di NBI bertuliskan pukul 2 pagi. Rasa waspada dan aura mencekam langsung menyelebungi kamar.

Erno mengambil plasmor 7 yang tergeletak di atas kasur. Perlahan – lahan ia bergerak mendekati pintu sambil menghindari jendela. Bukan hal langka baginya untuk diincar oleh orang lain. Sudah menjadi kesehariannya ada orang yang ingin balas dendam akibat pekerjaannya, namun kali ini terasa berbeda. Tidak ada satupun orang yang ragu dan bingung saat mengincarnya, tapi tidak menutup kemungkinan juga bahwa orang ini berusaha membunuhnya.

"Aku tahu kamu sudah bangun. Boleh bukakan pintunya?" Suara seorang wanita muda terdengar dari balik pintu. "Maaf mengganggumu malam – malam begini, tapi aku tidak punya banyak waktu." Suaranya penuh dengan statik, terdengar seperti robot.

"Aku tidak memesan pelacur."

"Aku bukan pelacur." Suara wanita itu berubah dari sopan menjadi jengkel. "Aku mohon bukakan pintunya. Ada sesuatu yang harus aku sampaikan kepadamu."

"Katakan saja dari balik pintu!"

Wanita itu terdengar mulai kesal dan mengerang. "Antagonist cepat buka pintunya atau akan aku dobrak!!!"

Perlahan – lahan Erno membuka pintu. Tangannya menggenggam dengan erat plasmor 7, siap untuk menembak kepala wanita itu.

Wanita itu terlihat seumuran dengannya. Tubuhnya ramping dan wajahnya cantik blasteran Indonesia dan Jepang. Rambutnya yang berwarna neon pink dikuncir olehnya. Kedua matanya berupa bionic dangan warna yang berbeda. Mata kanannya berwarna emerald hijau dan mata kirinya berwarna merah. Di lehernya terdapat implant pengubah suara berbentuk bundar. Kedua lengan tangan dan kakinya berupa prosthesis paling canggih campuran carbon-titanium. Di pinggangnya tergantung sebuah katana berwarna hitam dan topeng yokai berwarna merah.

Erno mengacungkan plasmor 7 ke arah wanita itu, namun ia tidak bergeming sedikitpun.

"Siapa kamu!!? Kamu tahu dari mana nama itu!!?"

"Tenang... Aku ke sini hanya untuk memberitahumu sesuatu." Jawab wanita itu sambil mengangkat kedua tangannya.

"Siapa kamu!!? JAWAB!!!"

"Aku tidak bisa memberitahumu siapa aku. Mereka mungkin mendengarkan. Mereka tidak boleh tahu aku bertemu denganmu."

Erno mendekatkan senjatanya ke kepala wanita wamurai. "Siapa kamu!!? Siapa mereka!!?"

"Turunkan senjatamu dan dengarkan aku. Kamu harus mengambil job dari Mr. Who."

"Dan kenapa aku harus menuruti kata – katamu!!?"

"Turunkan senjatamu dan dengarkan aku baik – baik."

"Turunkan juga katanamu!"

"Heh... ini akan makan waktu semalaman." 'BUK...' Dengan secepat kilat wanita samurai itu menyiku perut Erno dan membuatnya melayang ke ujung kamar.

Darah dan muntah keluar jatuh ke lantai. Kedua tangannya gemetar memeluk perutnya. Dadanya terasa sesak seperti tercekik. Ia berusaha mengambil napas sebisanya, namun yang ia dapatkan hanya suara squeaking yang keluar dari mulut.

"Oh my god.. Sorry – sorry." Wanita samurai menghampirnya dengan wajah khawatir dan takut. "Sorry – sorry... Ak-Aku tidak bermaksud menyerangmu sekeras itu. Ak-Aku minta maaf."

'Beep' Suara NBI berbunyi. "Health Analysist System. Beberapa tulang rusuk retak. Memar di bagian dada dan ulu hati. Disarankan memanggil bantuan medis. 'Beep'."

"UGHHH...Berengsek..." Erang Erno.

"Antagonist, aku-aku minta maaf. Tapi aku tidak punya banyak waktu. Kamu harus mendengarkanku." Wanita samurai itu mendekatkan wajahnya yang cantik kepada Erno. "Kamu harus menerima job dari Mr.Who. Jika kamu tidak menerimanya maka perang besar akan terjadi dan kota ini akan porak – poranda."

"FUCK !!!!!! UGHHH..."

"Aku mohon terimalah job-nya. Da-dan satu hal lagi. Berpura – puralah tidak mengenalku saat kita bertemu kembali. Sekali lagi aku mohon maaf."

Suara wanita itu menghilang bersamaan dengan pudarnya kesadaraan Erno. Cahaya neon dari lampu luar dan remang – remang sinar televisi mulai tergantikan dengan sebuah kegelapan yang dingin. Seketika itu juga... semua menjadi diam.

Neon City : Jakarta Capital Of NightWhere stories live. Discover now