Bab 3

35 4 1
                                    

Seminggu sudah Naila berada di rumah mewah itu, semua berjalan lancar-lancar saja selama ini. Dan satu minggu lagi Naila akan memulai semester barunya di kampus yang sudah lama dia idam-idamkan.

"Nai,"

"Iya Bu,"

"Ibu mau bicara sesuatu sama kamu,"

"Sini Bu, duduk samping Nai,"

Saat ini Naila sedang duduk ditaman belakang.

"Ibu mau bicara apa?" Tanya Naila.

"Kamu inget sama juragan Karto?"

"Inget Bu, dia kan yang punya sawah banyak di kampung itu toh,"

"Iya Nduk,"

"Terus kenapa Bu?"

"Sebenarnya Ibu sama Bapak punya hutang banyak sama dia, Nduk,"

"Hah? Ibu yang bener aja,"

Ibu mengangguk lesu.

"Pasti gara-gara Naila pengen kuliah kan Bu?" Tebak Naila.

"Udah ya Bu, Nai nggak jadi kuliah, biar Nai bantu Ibu aja di kampung, biar bisa lunasi hutang sama juragan Karto," Ujar Naila.

"Jangan Nduk,"

"Kenapa Bu? Semua karena Naila, Bu,"

"Bukan, kamu nggak salah,"

"Terus kenapa Ibu sama Bapak sampai punya hutang banyak sama juragan Karto kalo bukan karena Naila,"

"Itu buat urusan lain,"

"Terus Ibu mau Nai gimana?"

"Ibu boleh minta satu permintaan sama kamu Nai?"

"Boleh Bu, apa?"

"Nikah sama Arkan ya,"

"Hah! Bu, jangan bercanda,"

"Ibu nggak bercanda Nduk,"

"Kenapa Ibu mau Nai nikah sama Mas Arkan?"

"Karena Ibu udah lama nggak bayar hutang sama juragan Karto, jadi dia minta kamu sebagai tebusannya,"

"Maksudnya?"

"Dia mau nikahin kamu, Nduk,"

"Apa Bu! Nai nggak mau Bu,"

"Makanya itu, Ibu minta kamu nikah sama Arkan ya Nai, Ibu mohon,"

"Bu, kenapa Nai harus nikah sama Mas Arkan sih Bu?"

"Biar juragan Karto nggak ganggu kamu lagi,"

"Tapi kenapa harus nikah?"

"Cuma ini cara satu-satunya, Ibu mohon Nai,"

Naila menghela napasnya, permintaan Ibu nya ini terlalu berat untuk Naila kabulkan.

"Nai butuh waktu buat berpikir Bu,"

"Iya Nduk,"

Naila pergi dari sana, dia masuk kedalam kamarnya, merenungkan perkataan Ibu nya itu. Naila duduk termenung dibalkon kamarnya, dia tidak habis pikir dengan orangtuanya itu, untuk apa berhutang banyak-banyak.

"Gue tau lo lagi mikirin apa," Ucap Arkan yang tiba-tiba datang.

"Mas," Naila kaget, entah sejak kapan pria itu sudah duduk disampingnya.

"Nyokap udah ngomong sama gue,"

Naila hanya menunduk, dia bingung ingin menanggapi apa yang Arkan katakan.

"Semua keputusan ada ditangan lo sih," Lanjutnya.

"Mas nggak keberatan?" Tanya Naila.

"Nggak, lagian gue singel, jadi bebaslah," Jawab Arkan santai.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 06 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Mas Arkan!Where stories live. Discover now