Punggung Yunan terasa hangat. Ia merasa Syeikh Abdullah bersamanya di sini. Tenang rasanya. Ia selalu merasa masih perlu bimbingan beliau, tapi Syeikh Abdullah keburu pergi meninggalkannya.

Rizal menjerit hingga suaranya melengking tinggi. Elena dan Nilam yang masih mengintip dari jendela, bergidik ketakutan.

Gawat, batin Elena. Kalau suara jeritannya sekeras ini, bisa-bisa perawat akan --

"Apa-apaan ini?? Kenapa dia di dalam sana?"

Elena dan Nilam menoleh ke belakang. Romi sedang bertolak pinggang dengan tampang songongnya yang sangat menyebalkan di mata Elena.

"Siapa yang memberi izin laki-laki itu -- siapa namanya? Yunan? Tidak ada yang boleh masuk ke ruang isolasi! Kalian dengar 'kan kata dokter??" omel Romi.

"Aku yang memberi Syeikh Yunan izin," aku Elena tanpa ragu. Nilam nampak ketar-ketir. Mencium gelagat perkelahian yang akan terjadi sesaat lagi.

"Kenapa kamu bolehkan dia masuk?? Gimana kalau Rizal mengamuk dan menyerangnya? Kamu mau tanggung jawab??" bentak Romi dengan urat nadi nampak di keningnya.

"Aku yang akan tanggung jawab! Aku sengaja membiarkan Syeikh Yunan masuk. Rizal kerasukan jin jahat! Dia harusnya diruqyah! Bukannya hanya diikat di sana dan diberi obat penenang!" jawab Elena.

"S-Sudah. Sudah. Romi, tolong izinkan Syeikh Yunan mencoba. Ini salah satu ikhtiar kita. Kita 'kan tidak tahu. Siapa tahu --," kata Nilam meraih lengan Romi, berusaha membujuk putranya.

Romi melepaskan genggaman ibunya. "Ibu gak kapok-kapok! Waktu itu sudah coba ruqyah Rizal ke ustaz, gak sembuh juga, 'kan? Malah ustaznya ketakutan gitu! Percuma, Bu!"

Bacaan Yunan terhenti. Ia menoleh ke luar jendela, menyadari ada perselisihan di sana.

"Hei kamu! Cepat keluar dari sana!" teriak Romi sambil menunjuk ke arah Yunan.

"Kak Romi, aku disiksa, Kak!" ucap Rizal lirih, dengan ekspresi takut di wajahnya.

Semua terkejut melihat Rizal bicara seolah normal. Apakah ini efek pengobatan dokter atau efek ruqyah?

"Aku akan panggil perawat untuk mengeluarkan orang itu dari sana!" putus Romi berbalik badan dan berjalan cepat ke koridor.

Nilam menelan ludah. Elena sudah pasrah. Ini usaha terbaik yang bisa dilakukannya untuk kesembuhan Rizal. Kalau ternyata gagal, ya apa mau dikata.

Yunan melihat Rizal tersenyum miring. Ia tak perduli dan melanjutkan bacaan ruqyah.

"Qul uuhiya ilaiya annna hustama'a nafarum minal jinnni faqooluuu innaa sami'naa quraanan 'ajabaa." (Katakanlah (Muhammad), "Telah diwahyukan kepadaku bahwa sekumpulan jin telah mendengarkan (bacaan)," lalu mereka berkata, "Kami telah mendengarkan bacaan yang menakjubkan (Al-Qur'an))

Surat jin, sembilan ayat pertama. Rizal kembali menjerit dengan tangan dan kaki berusaha lepas dari rantainya.

"Wa annahuu kaana rijaa lum minal insi ya'uuzuuna birijaalim minal jinni fazaa duuhum rahaqoo." (dan sesungguhnya ada beberapa orang laki-laki dari kalangan manusia yang meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki dari jin, tetapi mereka (jin) menjadikan mereka (manusia) bertambah sesat)

"Wa annaa lamasnas sa maaa'a fa wajadnaahaa muli'at harasan shadiidanw wa shuhubaa." (Dan sesungguhnya kami (jin) telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api)

"Wa annaa kunnaa naq'udu minhaa maqoo'ida lis'sam'i famany yastami'il aana yajid lahuu shihaabar rasada." (dan sesungguhnya kami (jin) dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mencuri dengar (berita-beritanya). Tetapi sekarang siapa (mencoba) mencuri dengar (seperti itu) pasti akan menjumpai panah-panah api yang mengintai (untuk membakarnya)

ANXI EXTENDED 2Where stories live. Discover now