87.... 21+ ekstrem

2K 62 0
                                    

Acara makan malam selalu diisi dengan keheningan, baik Rinjani ataupun Javas tetap menikmatinya tanpa obrolan. Jeremy menjadi orang pertama yang menyesaikan makanannya, disusul Javas lalu Rinjani dan yang terakhir adalah Jasmine.

"Selamat sayang, sekarang kalian resmi menjadi sepasang kekasih sungguhan." ucap Jeremy selesai membasahi tenggorokan.

"Terima kasih pah." ucap Javas dan Rinjani bersamaan.

"Kak jadi kapan kalian akan menikah seperti papa dan mama?"

Javas dan Rinjani saling lempar tatapan, selalu begitu jika membahas soal pernikahan Jasmine tentu akan menyeletuk seperti papa dan mama.

"Kita pasti menikah, tenang saja." Javas berucap disertai senyum ringan.

"Wah Jasmine ikut bahagia, jadi nanti Jasmine ada teman bermain."

"Jasmine kedua kakak mu ini tidak tinggal dirumah." Jeremy menyeletuk memberi pengertian.

"Tapi mereka akan memiliki bayi kan pah?"

Ketiga orang dewasa itu tertawa renyah, entah darimana asalnya Jasmine memiliki pikiran demikian. Jasmine sudah paham kalau menikah pasti memiliki anak.

"Jasmine mau kue?" tawar Rinjani memecah kecanggungan setelah tawa renyah itu.

"Boleh."

Rinjani mengiris satu potong kue diberikan pada Jasmine. Ia juga menyuapi layaknya kakak yang menyayangi adiknya.

"Aku ke toilet dulu." Rinjani pamit ke toilet setelah menyuapi Jasmine.

Tersisa Javas, Jeremy juga Jasmine disana. Bocah enam tahun itu sibuk dengan kue pemberian Rinjani sedang Javas tidak pernah lepas menatap tubuh Rinjani hingga menuruni tangga. Maklum saja mereka merayakan makan malam di rooftop hotel.

Didalam toilet, selesai buang air kecil Rinjani menatap dirinya dari pantulan cermin. Ia masih tidak percaya dengan kejutan yang diberikan Javas malam ini. Dari mulai makan malam ditempat pertama mereka bertemu, lalu kehadiran papa Jeremy juga Jasmine dan yang ketiga lamaran.

Rinjani sampai menatap cincin yang tersemat dijari manisnya membayangkan jika malam ini adalah mimpi. Sebab setelah kepergian papanya, Rinjani merasa hidupnya datar. Tidak ada kebahagiaan sedikit pun tetapi malam ini semua berubah.

Javas menyatakan keseriusannya ingin menua bersama, didukung oleh papa Jeremy menjadi nilai plus untuk Rinjani. Sayangnya kebahagian ini kurang lengkap tanpa adanya kedua orang tuanya.

Di surga sana Leo dan Rini pasti tersenyum melihat putri semata wayangnya telah menemukan seseorang yang akan menemani hari-harinya.

"Papa, mama, kalian disana sedang apa? Lihatlah cincin dijari manis ku. Ini sangat indah pah mah." Rinjani berucap seraya meneteskan air mata.

Ia menangis dalam diam, rindu akan kedua orang tuanya yang lebih dulu pergi.

Tiba-tiba dari belakang seseorang memberikan tisue, meraih wajah lalu mengelap jejak air matanya.

Dia adalah Javas, pria yang sedetik pun tidak mau ditinggalkan oleh tunangannya. "Mereka pasti bahagia melihat senyum mu." Javas berucap disela-sela menghapus air mata.

"Javas, aku rindu kedua orang tua ku." Rinjani berucap seperti tidak mampu mengungkapkannya.

Javas lalu meraih pinggang dan memeluknya. Hanya ini yang bisa dilakukan untuk menenangkan hati Rinjani. Dalam pelukan itu Javas berucap lirih. "Aku berjanji akan membuat mu bahagia,"

Tangis Rinjani semakin pecah, dia tidak bisa lagi membendungnya.

"Hei hei, jangan menangis sayang. Lihat muka cantik ini akan jelek kalau terkena air mata." Javas mencoba menghibur dengan menggeser tubuh Rinjani menghadap cermin.

Cupid Lonestly 2 (END)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt