Dia, Linggar

22 0 0
                                    

Dia, Linggarjati Wardhana Von Ishak, nama yang terlalu panjang untuk diucapkan dan diingat, namun darah Sunda dan Belanda yang mengalir pada tubuh nya membuat wajah serta fisiknya yang berbeda menjadi daya tarik bagi orang-orang untuk mengingat sosoknya, pribadinya yang menyenangkan tentu menjadi daya tarik tambahan bagi pria tampan yang lebih senang dikenal sebagai pria Sunda yang penuh kebahagiaan, seperti motto nya-

Aku suka melihat orang lain bahagia, membuat ku ikut bahagia.

Itupun yang menjadi alasan mengapa pria yang sering dipanggil Linggar itu selalu terlihat mendahulukan serta membantu orang-orang yang pria itu kenal maupun tidak. Bagi Linggar, semua orang adalah temannya, maka tidak heran Linggar bahkan memiliki teman hampir diseluruh sudut kota, terbukti ketika pria tampan itu sedang sekedar berjalan-jalan di taman bersama sang kekasih, Gayatri Lilyana, sapaan tidak henti diucapkan.

"Linggar"Linggar yang baru saja menyesap kopi yang ia beli pada salah satu pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar taman, mengangkat tangan nya ketika seseorang menyapanya.

"Yo, mau kemana bro?"Ia taruh gelas kopi nya dan berjalan mendekat untuk sekedar membalas sapa, tidak perlu waktu lama bagi Linggar dan orang yang ternyata sempat Linggar bantu beberapa hari yang lalu karena kehabisan bensin di tengah jalan, menjalin obrolan semakin akrab.

"Ling, duduk dimana?"pandangan Linggar teralih pada sosok indah, pujaan hatinya yang datang dengan segelas es teh ditangan, menatap kearah Linggar yang berdiri bersama seseorang yang tidak pernah perempuan cantik itu lihat dan kenal.

"Disana, aku ngobrol sebentar"perempuan cantik itu mengangguk setelah melihat kemana arah tunjuk pria yang sudah 1 tahun menjalin kasih dengannya.

Menunggu dengan tenang, sesekali memainkan ponsel untuk membalas beberapa pesan"Aya".

Panggilan Linggar membuat sang kekasih yang sedang sibuk mengetikkan sesuatu mendongak menatap kearah dimana Linggar berada"temannya Janu nih".

Gayatri, atau yang biasa dipanggil Aya, bangkit dari duduknya dan melangkah menuju tempat Linggar berada"hai",

Sapaan lembut Aya lontarkan pada pria berkacamata yang berada disamping Linggar, membalas jabatan pria asing yang belum pernah perempuan cantik itu lihat"Sabian",

"Waktu itu pernah dibantu sama Linggar gara-gara motor nya mogok"Aya sempat menoleh kearah Sabian lalu tersenyum setelah melepas jabatan tangan Sabian.

"Punya utang budi sama Linggar jadi-"

"Utang apasih bro? Engga lah"Linggar memotong ucapan Sabian membuat pria itu tertawa, Aya tersenyum bagaimana pertemuan Sabian dan Linggar membawa keduanya hingga seakrab ini.

Dunia memang terlalu sempit, Sabian yang merupakan teman Janu, saudara kembar dari Aya, membuat keduanya menjalin pertemanan yang lebih akrab lagi, cerita Linggar membantu Sabian hanya salah satu dari banyaknya cerita bagaimana murah hati dan kebaikan Linggar terhadap orang yang bahkan tidak pernah ia kenali, karena bagi Linggar tidak ada alasan untuk tidak berbuat baik. Jika ada kesempatan maka Linggar akan melakukan hal baik sebisa pria tampan itu lakukan.

"Teman Janu dimana katanya?"Setelah perbincangan singkat, keduanya kembali ketempat duduk mereka, kembali menikmati minuman yang sempat mereka hiraukan.

"Temen Sma katanya, kamu ga pernah liat Sabian sebelum nya?"Aya menggeleng sambil meminum es teh yang bahkan es nya sudah mencair karena ia ikut mengobrol dengan Sabian dan Linggar serta pengaruh udara sore yang sedikit panas.

"Nanti aku ceritain ke bunda"Linggar menoleh setelah kembali menyesap kopinya.

"Cerita tentang apa?"

"Kebaikan kamu hari ini"Linggar tertawa lalu mengusap rambut Aya singkat,

"Gausah",

"Kenapa gausah?"Aya menoleh kearah Linggar, pria itu menatap kearah taman yang ramai para muda mudi yang menghabiskan sore hari sambil berbincang, seperti dirinya dan kekasih cantiknya.

"Kebaikan itu gaperlu diceritain",

"Justru bunda harus tau gasih? Beliau kan selalu bangga sama apa yang kamu lakuin"Aya mengelus rambut Linggar yang tertiup angin sepoi-sepoi.

Gelengan dari Linggar seperti menjawab ucapan sang kekasih, menurut nya, sebuah kebaikan yang ia lakukan tidak perlu hingga diceritakan kepada orang lain, cukup jika Aya mengetahuinya, karena bagi Linggar, kegiatan menolong orang lain adalah kegiatan spontan yang dirinya lakukan, dirinya tidak membutuhkan validasi apapun. Walaupun Aya berniat menceritakan ulang bagaimana kebaikan hati Linggar kepada bundanya, sosok berharga dan cinta pertamanya yang tentu akan memuji dirinya habis-habisan tentang hal mulia apa yang baru putra tampan nya lakukan.

Bukan tentang pujian atau validasi, keinginan tertinggi Linggar dalam membantu sesama hanya satu, ingin rasa tolong menolong yang ia lakukan tertular kepada orang-orang yang pernah dirinya tolong, tanpa mereka sadari.

LinggarjatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang