10. Kantor polisi?

Start from the beginning
                                    

"Udah makan aja, jangan ngoceh mulu lo berdua," ucap Rigel.

"Kita mana bisa makan di saat hati kita was-was nyet?!" sahut Barry.

"Was-was kenapa sih? Indonesia kan ga lagi perang, masih aman-aman aja," heran Rigel yang masih santai memakan kentang gorengnya.

"Bukan masalah Indonesia nya, tapi elu Rigel! Ini menyangkut nyawa gue sama Barry!"

"Ah lebay kaya yang bakal di penggal aja, udah ga usah di pikirin. Gue jamin lo berdua aman, lo berdua ga akan terseret sama masalah gue, chill bro, serahin diri aja kepada yang maha kuasa."

Lagi dan lagi Barry maupun Raka hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Setelah itu tak ada lagi percakapan di antara mereka, ketiganya fokus pada makanan masing-masing. Raka dan Barry terlihat fokus dengan ponselnya, sedangkan Rigel dalam diamnya banyak sekali pikiran yang berkecamuk di benaknya.

Sebenarnya Rigel tidak sesantai itu, ia juga memikirkan kondisi rumah saat ini. Bagaimana reaksi keluarganya saat mengetahui bahwa dirinya sudah tidak ada di dalam kamar? Rigel yakin jika keluarganya saat ini tengah kelimpungan mencari keberadaannya. Bukan hanya itu, Rigel juga memikirkan bagaimana kondisi sang kakak kembar. Lelah memikirkan semua yang terjadi di hidupnya Rigel pun menghembuskan napas lelah.

"Hah.."

"Ngapa lu?" tanya Barry.

"Mulai kerasa ya stres nya?" tambah Raka.

"Kagak, gue napas doang anjing emang ga boleh?!" jawab Rigel sewot.

"Y-ya boleh sih Gel, kalau ga napas mah lo mati entar. Ayo take a deep breathe.. inhale.. exhale.. Ayo di ulangi Gel, inhale.. exhale.." Raka malah menuntun Rigel untuk mengambil napas dalam, lalu mengeluarkannya dengan perlahan.

"Lo pikir gue mau ngelahirin?!"

"Ya engga sih hahahahaha."

"Tau tuh si Raka ngadi-ngadi wkwkwwk."

Ketiganya pun kembali tertawa pelan. Hingga tak lama dari itu terdengar suara knalpot bising yang sepertinya tengah menuju ke arah mereka.

"Suara knalpotnya kaya yang ga asing," ucap Barry seraya menatap Raka dan Rigel bergantian.

"Gue baru aja mau bilang gitu Bar, suara knalpot nya kaya suara knalpot motor si Mar– ANJING TERNYATA BENERAN SI MARCEL BABI!" pekik Raka.

Dapat di lihat oleh Rigel, Raka dan Barry ada sekiranya 5 motor yang berhenti tepat di parkiran Warpen. Dan salah satu pemilik motor tersebut tak lain adalah Marcel. Melihat kedatangan Marcel and the geng, sontak Barry dan Raka pun langsung beranjak dari duduknya.

"MAU NGAPAIN LAGI LO KESINI ANJING?!" melihat presensi Marcel dan kawan-kawan yang kini sudah berdiri tepat di depannya Barry pun seketika naik pitam.

"Tenang Bar," bisik Raka seraya merangkul bahu Barry.

"Masih emosian aja bro, tempramen sekali hahaha," ucap Marcel diiringi dengan tawanya dan juga teman-temannya.

"Lo mau ngapain lagi sih, babi?! Sumpah lo tuh ga ada kapok-kapoknya ya cari masalah sama kita!" sahut Raka.

"Waduh ga usah ke geeran deh, gue ga cari masalah sama lo berdua, tapi lo berdua udah kaya babu si Rigel yang ngintilin dia mulu, jadi ya mau ga mau lo berdua juga ikut ke seret," Marcel dengan santainya mengucapkan hal tersebut.

Sedangkan Rigel masih diam, mencoba menahan dirinya agar tidak lepas kontrol. Padahal sejak melihat kedatangan sang musuh bebuyutan tangan Rigel sudah terkepal kuat.

•What If Orion & Rigel Live Together•Where stories live. Discover now