Chapter 1

339 6 1
                                    

(A/N: Novel ini adalah karya fiksi berlatar Dinasti Joseon. Semua kejadian dan dialog adalah hasil imajinasi penulisnya. Membaca tentang seks nonkonsensual dapat menimbulkan trauma. Jadi harap berhati-hati.)

Di atas selimut sutra emas, kamu bisa mendengar napas panik, diikuti desisan, lalu erangan. Eunha memejamkan mata saat suara cabul dan promiscuous bergema di seluruh ruangan. Putra-putra dari keluarga bangsawan sedang bermain-main dengan gisaeng sampai beberapa waktu yang lalu.

*Gisaeng = pelacur

Namun pemilik tempat ini, yang duduk di pinggir meja, terdiam. Dia tersenyum sambil mendengarkan apa yang tampak seperti erangan binatang.

Eunha berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia tidak melihat atau mendengar apa pun. Tapi itu tidak ada gunanya. Dia ingin muntah.

"Eunha."

Dia perlahan membuka matanya. Eunha memusatkan perhatiannya pada kakinya. Dia tersenyum sambil meraih rokok yang ada di lantai.

"Kamu sangat keras kepala."

Asap candu yang keluar dari rokok, aroma darah yang baru saja tertumpah, dan bau daging yang basah oleh biji yang lain, semuanya bercampur dan membuatnya menahan napas. Sambil berusaha sekuat tenaga untuk tidak muntah, dia membuka mulutnya.

"Apakah Tuanku menikmati hal-hal seperti ini?"

Dia mengeluarkan asap yang dia hirup dan menertawakan pertanyaan yang diajukannya.

"Sepertinya kamu lupa kalau aku buta. Aku ingin telingaku senang karena mataku tidak bisa melihat. Aku memberimu uang dan membeli suaramu."

Dia terintimidasi oleh matanya, yang menyerupai harimau yang sedang berburu mangsa. Itu sebabnya dia biasanya takut melakukan kontak mata dengannya. Tapi hari ini, dia harus berani. Dia meraih roknya dan mengangkat kepalanya.

"Anda benar. Andalah pemilik suaraku. Tapi orang-orang itu belum membayarnya. Itu sebabnya saya tidak akan mengatakan sepatah kata pun mulai sekarang."

"Kamu tidak akan mengatakan apa pun?"

"Jika anda tidak mau mendengarkan suaraku sendirian, saya lebih suka diam."

Matanya yang indah menunjukkan kekesalan, mencerminkan kesiapannya untuk menjatuhkan lawan-lawannya. Untuk sesaat, dia lupa bahwa dia buta.

Ciri-cirinya elegan. Seolah-olah seorang seniman yang sangat berbakat telah menciptakan matanya. Mereka lebih dalam dan lebih gelap dari milik orang lain. Bagaimana mungkin orang dengan mata indah seperti itu bisa buta?

Dia menggigit bibirnya dan mencoba untuk sujud, tetapi dia menggunakan tempat rokoknya untuk mengangkat kepalanya.

"Jika aku mengusir semua orang ini, apakah kamu akan menghiburku?"

Senyum cerah muncul dari bibirnya. Karena perkataannya bisa ditafsirkan dengan banyak cara, dia tetap diam.

"Jawab aku. Aku sudah bertanya apakah kamu akan menghiburku, bukan mereka."

Dia menggunakan tempat rokoknya untuk menurunkan pakaiannya. Meski dadanya sudah terlihat, matanya tertuju pada mata Eunha.

"Saya bukan wanita yang menjual tubuhnya."

"Aku tahu itu. Aku hanya membeli suaramu."

"Saya tidak mengerti mengapa anda melakukan ini jika anda mengetahuinya."

Dengan tangan gemetar, dia meraih bajunya erat-erat. Dia merasa takut dan terhina.

Dia dipilih oleh Seo Jihak, pangeran yang kehilangan posisinya. Matanya yang penuh nafsu kini tertuju padanya, seorang gadis yang berpura-pura menjadi pendongeng, yang membuatnya gemetar ketakutan.

Chaotic Nights [END]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें