I'm sorry

854 109 6
                                    

Mobil berjalan menuju tujuan yang dituju oleh si penumpang. Di perjalanan pikiran Erine masih saja terpaku dengan sikap dirinya tadi.

"Itu temennya emang ditinggalin kak?" tanya si supir berbasa basi.

"Iya, katanya mau pulang sendiri" ucap Erine beralasan palsu, si supir terlihat mengangguk. Erine kembali tertuju dengan pikirannya lagi, tak bolehkah jika dirinya cemburu jika sahabatnya dekat dengan orang lain?.

Tak berselang lama beberapa notifikasi membanjiri handphone yang berada di backpack miliknya.

ting*
ting*
ting*

Oline:
p
p
p
p
p
AKU DITINGGAL??!!

Tak hanya satu atau dua Oline mengirimkannya pesan namun beberapa bubble chat. Erine meletakkan kembali benda yang barusan dilihatnya, meninggalkan ceklis biru untuk si pengirim.

Berfase badmood dengan suasana kali ini. Tapi ia mengapa? mengapa begitu iri? dengan kedekatan mereka? apakah itu wajar?.-mereka hanya teman.

10 menit berlalu

"Sudah sampai kak, jangan lupa untuk bintangn yang full ya kak" ucap si Driver sambil menyunggingkan senyuman ramah.

Erine mengangguk membalas senyumannya dan membuka pintu mobil biru tua itu lalu melangkahkan kakinya keluar sebelum kemudian memberikan apresiasi kepada si jasa pengantar melalui aplikasi.

Tanpa diduga-duga seseorang telah berdiri didepan pintu, ekspresinya menandakan ia tengah bingung alisnya menyatu, bibirnya dipoutkan, tangannya berada didepan dada bersedekap sorotannya menuju orang dihadapannya.

"Apa?" ucap Erine tanpa berbasa-basi.

"Kan aku tadi bilang mau pulang bareng sama kamu, kenapa malah ninggalin aku?" ujar Oline ditambah dengan ekspresinya yg mulai berubah.

"Gapapa aku buru-buru tadi" ujar Erine menegaskan alasan bohong.

"Emang kalau buru buru kamu bakal gak liat aku?" balas Oline.

"Liat-" ujar Erine menerobos Oline untuk masuk kedalam rumahnya.

Oline membuntuti arah jalan sahabatnya itu. Ia masih bingung akan perubahan perilaku Erine. Tadi pagi saja mereka sangat akrab bersenda gurau sebelum tak berselang beberapa jam suasananya berubah menjadi seperti ini.

"Cava tunggu aku dong!" teriak Oline sembari berlari untuk menyusulnya.
.
.
.
Time skip beberapa saat ketika mereka berada dikamar Erine

"Kamu kenapa sih Rin?" ucap Oline.

"Emang aku kenapa?" jawab Erine.

Mereka berdua terdiam, sibuk dengan isi kepalanya masing-masing. Erine mencari kesibukan dengan menulis sesuatu di diary miliknya, mencetuskan beberapa kata untuk merekam setiap memori, keluh kesah dari situasinya kali ini.

"Erine"

"Hm?"

"Aku ada salah sama kamu ya?"

"Gatau"

"......."

Keheningan menyelimuti mereka berdua, terdengar alunan musik berjudul Space Song- Beach House yang keluar melalui speaker musik milik Erine.

"Please Rin kalau aku ada salah beri tau aku salah apa, kalau emang ada, maaf"

Tak ada jawaban dari lawan bicaranya.

"Oke yaudah kalau gitu" Ujar Oline yang mulai beranjak dari sofa, kemudian berjalan menuju tempat sahabatnya itu.

Erine mengernyitkan keningnya, merasakan tangan hangat mengalungi lehernya. Memeluk dari belakang, Erine terkejut dengan inisiatif sahabatnya tiba-tiba dengan ditambah dengan Oline menyandarkan kepala di pundaknya.

"Catherina Valencia, Oline buat Erine badmood ya? Oline minta maaf ya kalau gitu" bicara Oline dengan ucapan tulus.

"........"

"Please......."

Erine berfikir sejenak, mengulang monolog isi kepalanya. Apa gunanya ia marah dengan Oline? hanya dengan alasan demikian? sangatlah tidak masuk akal. Tetapi sebelum menerima permintaan maafnya ia akan memastikan suatu hal terlebih dulu.

"Emang kamu salah apa? kok minta maaf? tanya Erine hanya tuk bertujuan menguji Oline (?).

Oline melepaskan posisi sebelumnya, menggaruk tengkuknya yang tak gatal, ia mengernyitkan kening tanda tengah berfikir. Ia tak yakin apakah jawabannya nanti akan benar dengan alasannya atau tidak.

"ee- aku sebenarnya ga tau si, salah apa" ucap Oline tak yakin dengan jawabannya sendiri

"........"

Sempat tak ada respon dari si penjawab. Sebelum kemudian Erine berbalik arah menatap lamat netra si penanya. Jawab Erine ketika wajahnya mulai ditekuk. Ia tak habis fikir terkadang sahabatnya itu sangat amat tidak peka, dan terkadang menyebalkan.

Oline menaikkan satu alisnya. Bertanya tanya akan jawaban dari lawan bicaranya itu. Mata Erine mulai berkaca-kaca.

"Aduhh kayanya aku salah ngomong deh-" monolog Oline dihatinya.

"........"

Bulir air mata perlahan jatuh dari mata erine. Gaduh dengan suasana hatinya kali ini. Ia menangis tak bisa membendung lagi air mata yang sedari tadi ia tahan.

"Eh eh- " ucap Oline panik, dengan segera ia kembali menarik Erine kedalam pelukkannya berniat untuk menenangkan seseorang didepannya itu.

"Jangan nangis dong- Cava...., kalau nangis cantiknya ngurang lohhh- " ujar Oline seraya mengusap pelan rambut Erine.

"Ak-u juga peng-enn...." ujar Erine dengan suaranya yang terisak.

"Pengen apa???"

"Kaya kamu sama Delyn-"

Pikiran Oline berbalik pada time line saat ia tengah berlatih bersama tadi. Dimana memang iya, ia dan Delynn- Oline tersadar cepat, ia tersadar jika orang didepannya ini mungkin saja cemburu dengan dirinya tadi, dia hanya menebak-nebak.

"Aku sama Delyn? ucap Oline memastikan lagi.

Tangis Erine malah makin menjadi. Mengapa sahabatnya ini malah bertanya lagi tentang yang sudah jelas. Oline bertambah panik bagaimana cara menenangkannya.

"Eh--eh Rin iyaa nanti ya-, iya aku minta maaf aku salah, kamu udah dongg nangisnyaaa" ujar Oline memohon. Ketika tangis Erine juga mereda. Oline mengambil napas panjang, memakai nyali untuk bertanya lagi, kembali mempertimbangkan, takut jika pertanyaannya malah tak sesuai yang diharapkan. (?).

"Kamu cemburu?" tanya Oline.

"Iya"

Singkat padat dan jelas.

"Maaf ya Cava nanti aku beliin eskrim deh, mau kan???"

Tangis Erine berubah drastis dengan ekspreksi yang antusias.

"AKU MAUU!!"

"Tapi akunya di maafin kan?"

"Kamu mau engga di maafin??"

"Ih engga, aku mau dimaafin"

"Hmm....yaudah dehh..dimaafin"

Ucap Erine, sebenarnya ia masih kesal dengan sahabatnya itu, namun karena ada "embel-embel" es krim dari permintaan maafnya, mau tak mau ia harus menerimanya.

Oline tersenyum melihat Erine ketika marah+kesal, ya bertambah lucu, ketika Oline juga mulai mengacak" surai milik Erine gemas.

"Kok kamu lucu? emang boleh ya selucu ini? ngga boleh lucu-lucu selain sama aku"

"Dih?" jawab Erine dengan ketus

"Situnya tadi aja sama yang lain" ujar Erine dalam hati.

"Cava, can you stop for being cute?"
.
.
.
.
.
tbc

ENCHANTED (Orine)Where stories live. Discover now