08 - SERENDIPITY

143 27 11
                                    




ACT EIGHT ;

ACT EIGHT ;

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

(n). the occurrence and developments of events by chance in a happy or beneficial way




Furuya Rei / Amuro Tooru

🌷┊SOLVE WITH the cursed gift

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

🌷┊SOLVE WITH the cursed gift


Anak yang malang. Bukannya memakai topeng, hanya saja itu adalah reflek nalurinya sendiri. Karena di rumahnya hanyalah teriakan yang sering terjadi antara ibu dengan kakeknya sendiri, ia terbiasa untuk meminta maaf bahkan pada yang bukan salahnya.

Sejujurnya ia muak. Ia juga bisa egois, ia tidak peduli. Tapi memang itu adalah kebiasaan yang tak mudah hilang.

Akibatnya sungguh fatal pada sosialnya, orang-orang menganggapnya lemah dan mudah diperdaya.



‘Iya ya, kenapa aku begini,’ ia meletakkan lengannya di mata. “.... Meminta maaf bahkan yang bukan kesalahanku. Seperti orang gila.”

Ia ingin pergi.

Ke mana?




Hujan. Tangannya terulur, ah gawat. Dia tak bisa terkena hujan, jika ia terkena sedikit saja, ia bisa demam. Sistem imun tubuhnya memang rendah.  Ia berjalan kedalam stasiun. Beberapa orang masih disana. Matanya memandang sekitar.

Orang yang tadi bukan?

Penampilannya aneh, dengan baju serba hitam.

Tapi rasanya tak asing.

Ia menggelengkan kepalanya. Tidak mungkin ia pernah bertemu dengannya. Lantas ia mencari tempat duduk dan mulai terdiam kembali.




“Pasti di sini! Cepat!” sebuah teriakan yang ia kenal terdengar. Membuatnya menoleh. Ah, itu Edogawa Conan. Yang tengah berlarian, diikuti beberapa polisi divisi satu, membuatnya heran.

Anak kecil kenapa malam-malam disini ?

“... Detektif ya,” ia tersenyum, memiringkan kepalanya. “betapa menyenangkan.”



Memutuskan menghampiri anak berkacamata yang memandang sekitar stasiun dengan tatapan cemas , ia mengerjap. “Conan-kun,”

“AH, Ran-neechan maa—eh, [Name]-san?” Conan terjengat. [Name] membungkukkan dirinya. “Apa yang anak kecil sepertimu lakukan disini?”

“E... E.. [Name]-san sendiri..? Aha ha ha—” tawa Conan canggung sambil mengusap kepalanya sendiri. Membuat remaja itu memicingkan mata. “Polisi tampak mencari sesuatu, bisakah aku bisa membantu?”



Conan menghela nafas lega.

Sesosok tampak tersenyum di keramaian, membuat Conan terkejut, menolehkan kepala untuk memastikan, ia tidak menemukan apapun.

“Ada apa?”

“Ah— tidak apa..”

Pemilik surai [haircolour] itu mengernyit. “Apa yang polisi cari disini?” Conan melirik [Name] datar. Mengeluarkan ponsel dan mengetikkan sebuah pesan.

Pembawa bom.

“... Begitu, mungkin aku bisa membantu, seperti apa ciri-cirinya?” mengeluarkan papan sketsa dan pensil, ia tersenyum. Membuat Conan teringat.

Ah, ini bakat yang diincar Organisasi.





“....” Conan sebenarnya ingin menolak bantuan itu, tapi memperhatikan tiap orang, dan nyawa-nyawa disini, ia memutuskan dengan cepat.

“Beberapa saksi mengatakan.”

Guratan pada kertas akhirnya berakhir, dengan sebuah sketsa kasar yang jelas. Itu sesosok orang yang sangat mirip dengan ciri-ciri yang disebutkan. Conan sesaat tertegun. Bakat orang ini, bisa dikatakan Penggambaran Sempurna. Dimana seseorang bisa menggambar sesuatu secara detail hanya dengan mendengar.

Dan akurat, tentu.




Bakat berbahaya.

“Apakah bom itu ia bawa? Atau ia letakkan?”

“Ia letakkan, tapi dikhawatirkan ada kontrol jarak jauh, dan lokasi bom belum diketahui..”

“hm...”

“Kalau orang ini.. Berarti—” Conan menoleh pada seorang pria berjas yang tak jauh dari mereka, dengan seringai anehnya. Benar, itu ciri-ciri yang persis.

“Bagaimana kalau ciri-cirinya salah?”

“Ya, mencoba juga bagus,” remaja itu tertawa, mengangkat bahu dengan santai, ia memilih untuk mendekati pria itu. Membuat Conan tersentak dan reflek mengikutinya. “[Name]-saan!”



“Permisi, boleh kami bertanya?” dengan senyuman, ia berucap pada target. Yang menatapnya dengan terkejut.

“Ck,” berdecak, sosok itu tampak menunggu kereta.

Tak direspon, Conan mempersiapkan jarum biusnya.

Mereka harus memastikan ini pelakunya, dan bom itu tidak terancam meledak. Atau semuanya akan tewas. Memberi kode pada polisi, Conan menyipitkan mata.

Tangan orang mencurigakan itu masih di saku, itu mengkhawatirkan, bagaimana jika kendalinya berada di dalam saku—




“ah, saya menemukan tas hilang, berisi laptop dan cek, apa milik anda?” dengan nada manipulatif, ia bersuara.

Dengusan terdengar, pria itu mengangkat kedua tangannya dari saku untuk menerima barang itu, atau mungkin sekadar memeriksa.

DUK—

Dengan kepalan tangan, pelajar Teitan itu meninju perutnya pada titik buta. Membuat orang itu terjatuh.

01/03/23 ; SERENDIPITY - 08.

SERENDIPITY | furuya reiOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz