05. SERENDIPITY

127 24 10
                                    





ACT FIVE ;

ACT FIVE ;

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(n). the occurrence and developments of events by chance in a happy or beneficial way



Furuya Rei / Amuro Tooru

Furuya Rei / Amuro Tooru

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🌷YOU ASK to stay

Sudah beberapa hari Rei tidak melihat penghuni tetap ilegal Cafe Poirot itu di bangku biasanya, pria itu bahkan sudah melongokkan kepala setiap lonceng pintu berdering.

Rei tidak bodoh, ia tahu anak itu memiliki masalah yang tak sepele di rumahnya. Tapi selama anak itu tidak membahas apapun, lelaki blonde ini juga tidak akan membahas apapun soal rumahnya itu, Rei juga sadar diri kalau ia hanya orang asing, tak lebih, tapi jika ada cara untuk membantunya, ia akan terus memberinya support kehidupan dengan memberi perhatian sedikit sedikit untuknya. Meski Rei tahu mungkin anak itu sama sekali tak butuh bantuannya—dalam masalah mental.



Kring.

Rei kembali melongokkan kepalanya secara spontan, ah, bukan, hanya tamu lain. Sedikit kecewa, Rei tersenyum. “Selamat datang.”

“Amuro-san kenapa liatin pintu terus sih? Sudah bobrok ya?” Azusa, rekan kerjanya keheranan karena beberapa hari ini Rei hampir setiap saat memandang pintu.

“Seperti menunggu seseorang,” Kuriyama, bawahan ibu Eri yang sedang duduk menenggak secangkir kopi itu tertawa pelan. “Benar kan?”

Rei hanya membalas dengan senyuman, tak mengiyakan ataupun membantah ucapan itu. Sementara Azusa hanya tertawa. Ia tahu arti reaksi Rei yang seperti itu, “iya.”



Kring.

Pintu terbuka, seorang berseragam Teitan memasuki Cafe, Rei kembali mengalihkan pandangannya lagi, hanya melirik, ia tak mau kelihatan mencolok dengan terus-terusan menengok. Bukan lagi. Itu Ran.

Aku ini sebenarnya kenapa?”




“Disini tempat yang bagus bukan, [Name]-san?”

Rei kali ini benar-benar menoleh tanpa aba-aba. Mendengar nama itu disebut. Rasanya seluruh indranya peka dengan nama itu.

“Selamat datang.” tak lupa dengan senyumannya yang merekah, sedikit lega disana. Dan tanpa sadar nada suaranya terdengar senang.



“Bagus,” sahut remaja itu pada Ran, adik kelasnya tersebut. Tapi tak memungkiri, mereka seusia. “Kau akan menyukai Cafe ini, [Name]-san.”

Aku sudah menyukainya.”





Remaja itu hanya tersenyum tipis. Ia berjalan patah-patah memasuki ruangan. Mengikuti langkah gadis karate yang menuntun jalannya. Ia tak sengaja bersitatap dengan pria berkulit eksotis itu. Sedikit canggung, ia menutupnya dengan senyuman biasa.

“Kau mau pesan apa? [Name]-san?”

“.... Amaterasu.”

Baguslah, Rei sudah menyiapkannya begitu pelanggan favoritnya itu memasuki Cafe. Ia hanya menanti waktu saja sekarang.




“Ran-san kenal?” sekadar basa basi Rei pada anak detektif terkenal itu, meletakkan kopi pesanan mereka berdua. Ran mengangguk. “[Name]-san mengingatkanku pada Shinichi, mereka memiliki kegemaran yang sama,” ungkapnya jujur. Sementara objek pembicaraan tak bicara apapun, hanya menenggak kopinya sambil mengerjakan tugas sekolah. Tampak tak tertarik.

“Begitu,” Rei berlalu dari meja mereka. Melanjutkan pekerjaannya. “....”




“Ah, sudah gelap, aku harus memasak untuk ayah dan Conan-kun. [Name]-san, sumimasen, aku harus pulang, terimakasih untuk hari ini.” Ran meraih tasnya, berjalan sedikit terburu-buru. Meninggalkan [Name] yang melambai pelan. “....”

Maka waktu berjalan, seperti biasa, pukul 10.14 PM. Rei melangkah mendekati meja satu-satunya yang masih terisi tersebut.

“Bagaimana kabarmu?” sapa Rei, yang berusaha untuk tidak bertanya sesuatu yang kiranya dapat menyinggung pelajar ini.

“Baik-baik saja?” sedikit ragu, ia menjawab.

“Begitu, hari sudah larut, mari pulang.” ajaknya lembut.

Sejenak hening.





“Amuro-san,” suaranya terdengar sedikit serak. “Bisakah saya berada disini, satu jam lagi?”

03/02/24 ; SERENDIPITY - 05.

SERENDIPITY | furuya reiWhere stories live. Discover now