Bab 1

159 6 2
                                    

"Kita mau kemana sih Pak?" Tanya Naila kepada Bapaknya saat disuruh berkemas-kemas.

"Udah to Nduk, kamu nurut aja,"

Naila yang memang selalu menuruti perintah kedua orang tuanya pun menurut, tapi ucapan Ibu nya membuat Naila tersenyum.

"Kamu mau kuliah to Nduk, ini kita mau daftarin kamu kuliah di kota," Ujar sang Ibu.

"Serius Bu?" Tanya Naila dengan berbinar.

"Iya, udah cepet beres-beresnya," Ucap sang Ibu kemudian pergi.

Naila, dengan semangat 45, dia memasukkan semua baju-bajunya yang masih bagus dan menurutnya cocok untuk dipakai di kota.

****

Saat ini mereka sudah berada di dalam kereta api, mungkin membutuhkan perjalan sekitar empat jam untuk sampai di kota.

Sepanjang perjalanan Naila membayangkan dirinya akan sekolah di kota, seharusnya Naila sudah masuk kuliah tahun lalu, tapi karena biaya yang sangat mahal membuat Naila tidak bisa masuk kuliah.

Dan tahun ini? Entah, mungkin kedua orang tuanya mendapatkan rezeki yang banyak, jadi dia bisa masuk kuliah.

"Oh ya Bu, Naila kuliah jurusan apa?" Tanya Naila saat sadar bahwa dia hanya gadis desa biasa dan tidak terlalu pintar.

"Kamu kan masuk IPS tuh waktu SMA, jadi Ibu pilihin jurusan akuntansi, nggak papa toh Nduk?"

"Oh nggak papa kok Bu, lagian Naila masih sedikit inget pelajaran itu," Ujar Naila.

"Yaudah, sekarang mending kamu tidur dulu, masih lama juga, nanti kalo udah sampai Ibu bangunin,"

Naila hanya mengangguk, dia memposisikan tubuhnya dengan nyaman kemudian memejamkan matanya.

Tak terasa, empat jam lebih sudah mereka berada diperjalanan dan akhirnya kini mereka sampai di stasiun kota.  Naila menganggumi keadaan stasiun itu, selain terawat, stasiun itu juga megah, beda dengan yang ada didesa.

"Ohiya Pak, nanti Naila tinggalnya dimana?" Tanya Naila karena mereka tidak punya kerabat di kota.

"Di tempat temen Bapak, Nduk, tapi kamu harus ikut bantu bersih-bersih disana, bukan berarti kamu jadi pembantu yo, kamu disana cuma disuruh jagain rumah aja kalo mereka lagi pergi," Jelas Bapak Naila.

"Oh gitu Pak, ya nggak papa Pak, nanti Naila bakal berusaha sebaik mungkin biar nggak ngecewain mereka," Ucap Naila.

"Kamu disana juga harus jadi Anak yang penurut ya Nduk, kaya kamu dirumah, anggap aja mereka itu orang tua kamu," Nasihat sang Ibu.

"Iya Bu, pastinya," Ucap Naila dengan tersenyum.

****

Setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam menggunakan taksi, akhirnya mereka sampai didepan rumah besar yang sangat mewah, hal itu membuat Naila terkagum-kagum.

"Ini rumahnya Pak?" Tanya Ibu Naila yang ikut terkejut.

"Loh, Ibu belum tau toh?"

"Ya belumlah, Ibu mana pernah ke kota, baru juga ini dateng ke kota,"

"Sama berarti ya Bu, hehehe,"

"Sudah-sudah, ayo masuk, nanti ditunggu loh,"

Akhirnya mereka bertiga masuk kedalam rumah mewah itu, dekorasi rumah itu semakin memukau pandangan Naila. Selain desain yang elegan, rumah itu juga terlihat sangat asri dengan beberapa pepohonan yang tertanam disana.

Saat mereka sudah masuk kedalam ruangan yang sepertinya adalah ruang keluarga, disana ternyata sudah ada pemilik rumah yang sedang santai sambil menonton tv.

Mas Arkan!Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu