Halusinasi?

25 3 2
                                    

"Lu kalo halu jangan halu banget dah, jadi kayak orang gila."

Kien terdiam. Firan, teman sekelasnya tidak percaya dengan cerita Kien tentang Hana.
Ia berfikir Kien hanya sekedar mengarang dan diam-diam menyukai Hana.

"Situ yang gila, gue ga bohong Ran."
"Bilang aja sih lu suka sama Hana-"
"Ku tonjok mukamu"
"Serah anda yang mulia"

Sahut Firan sambil mengejek Kien dengan memberi gestur tangan memohon maaf.

"Najis."

Bell sekolah berbunyi

Hana datang ke Kien sambil membawa bukunya.

"Ini, udah lengkap. Dijamin nilainya bagus"

Kien menoleh, dengan muka heran dan risih dia berterima kasih dan mengambil bukunya itu sembari mengecek jawabannya Hana.

"Bener-bener lengkap.. Lumayan nih"

Kelas dimulai. Pak Novan wali kelas, meminta semua murid duduk bersama pasangannya dan meletakan proyek mereka di atas meja.

Sampailah Pak Novan di meja Kien dan Hana.

"Wah, bagus sekali yang punya kalian. Kalian berdua nilainya paling tinggi di antara teman-teman yang lain"

Kata Pak Novan sembari menilai proyek mereka

"Iya kah? Padahal punya si Arwan sama Indah lebih bagus tuh..."
Ia berkata dalam hati.

"Wah, terimakasih banyak pak!!" Sahut Hana Kien hanya memberi senyum hangat pada Pak Novan sebagai pengganti ucapan terimakasih.

⋇⋆✦⋆⋇ 

Kien, Arwan, Firan dan Kenzo sedang berbincang di kantin seperti biasa

"ASLI! Dia megang tangan gua terus gua tiba-tiba ga bisa kontrol yang gua omongin, seolah di kontrol sama Hana.."

Arwan diam dan memikirkan apa yang dikatakan Kien. Firan dan Kenzo meledek karena menganggap hal tersebut hanya sebuah karangan Kien

"En, kita ngerti kok kalo lu suka sama Hana. Gausah sok-sokan bikin cerita gajelas deh!"

Ejek Kenzo, Firan hanya menertawakan Kien

"Banyak bacot lu berdua, buat apa gua cerita kalo cuman bohong? Lagian kan bikin heran, masa gua bisa di kontrol gitu??"

"Whatever lah En, banyak halu lu"
Ejek Firan, mereka masih tidak memercayai Kien.
"Yang penting ga kayak lu, suka halu kalo Indah suka sama lu, padahal enggak tuh" Jawab Kien dengan dingin.
Seketika, Firan terdiam lalu menatap Kien dengan wajah menantang.
"Maksud lo apa hah?? Dia tuh emang suka ya!"
"Fir, Indah ga suka sama lo. Udah sih terima kenyataan aja."
Jawab Kenzo sambil menertawakan Firan

Ketiganya saling melempar ejekan, Arwan lalu pergi diam-diam karena terganggu.

Sepulang sekolah, Arwan tiba-tiba menarik Kien ke sebuah gang kecil di sebelah sekolah.

"Shush.. Listen, gua percaya sama cerita lo tapi-"
"Hah?! Beneran?? Akhirnya!!"

Arwan spontan menutup mulut Kien dengan keras.

"Diem dulu ngerti ga sih??"

Kien mendorong tangan Arwan dari mulutnya lalu berkata;

"Jijik!! Tangan lo rasanya kayak besi tau ga?! Mikir dulu kalo mau-"

Kien disekap lagi dengan tangan Arwan

"Bukan besi, gua habis ngecat jadi harusnya rasanya kayak cat"

Arwan menarik nafas lalu ia melanjutkan

"Denger dulu, gua curiga Hana bukan manusia."

Mata Kien melebar, bukan hanya karena tangan Arwan bekas cat, tapi Hana bukan manusia? Apa apaan??

"Pulang sekolah besok, lu dateng ke rumah gua."

Arwan melepas tangannya dan pergi meninggalkan Kien yang terdiam sejenak.

"Ha? Tunggu dulu woy!"
Telat. Arwan sudah pergi jauh.

»»——⍟——««

*tok tok tok*

"Permisi.." Sahut Kien.

Pintu rumah Arwan terbuka

"Telat juga lu, masuk cepet." Jawab Arwan dingin

Dengan sedikit bingung, Kien mengikuti Arwan ke dalam rumahnya. Keluarganya sedang pergi, hanya ada Arwan dan adiknya yang pergi beberapa menit lalu.

"Rumah lo bagus banget... Banyak barang antik juga tuh.." Puji Kien sembari berjalan ke kamar belajar Arwan

"Thanks keluarga gua sering koleksi barang antik, hobi banget tuh. Nah masuk"
Arwan membuka pintu kamar belajarnya, ada beberapa rak penuh buku dan meja dengan alat tulis

"Gua kan kemarin bilang kalau gua curiga Hana bukan manusia tuh, nah ini gua jelasin kenapa gua mikir gitu"
Kien berdiam diri disebelah Arwan sambil melihat dia mengacak-acak rak buku
"Kalau nyari buka gausah rusuh juga kali, beresinnya kan lumayan tuh. Belum kalo bukunya jadi rusak" Sahut Kien
"Terserah gua lah. Nah ini."
Dia membanting buku tebak di atas meja. Buku itu saking berdebunya membuat mata Kien gatal mengenainya.

"Nah liat ini, “sebelumnya, kedua kaum mahluk hidup ini hidup damai. Andaikan tetap begitu”"

Kien tidak mengerti sepatah kata yang Arwan katakan. Kaum apa? Ada dua apanya? Damai?

"Maksud? Lu jelasin yang bener dong, ga ngerti gua." Kien memotong
Arwan menarik nafas, kesal Kien memotongnya

"Jadi dulu itu ada kaum humans sama non-humans itu manusia sama yang bukan. Jadi dulu tuh kaum ini hidup saling berdampingan, hidup tuh tenang, damai, aman... Nah ini malah ada yang tanda kutip 'menyalah gunakan' hubungan manusia sama yang buka manusia ini"

Mata Kien melebar, jadi selama ini ada mahluk hidup lain selain manusia, hewan, dan tumbuhan??

"Oke, yang bukan manusia ini itu kayak gimana spesifiknya?"
"Beragam, yang pasti semuanya bisa berubah wujud jadi manusia sama punya kekuatan masing-masing yang bisa menghancurkan kaum manusia."

Kien berfikir sejenak lalu bertanya

"Lu tau ini dari mana? Salah-salah lu juga bukan manusia?!"

Sekejap, suara Kien terdengar curiga dan takut

"Gimana ya.. Gue sih manusia, tapi beberapa anggota keluarga gua bukan, soalnya kakek-nenek itu salah satunya bukan manusia jadi keturunannya bisa jadi manusia atau engga" Arwan menjelaskan.

»»——⍟——««


looks like stories could be true”

Another LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang