83.... Jalani

1.1K 38 2
                                    

Rumah...

Seperti pesan Armand tadi pagi untuk mengantar Jasmine ke rumah sekalian mampir karena papanya ingin membicarakan hal serius. Mobil sampai didepan gerbang tak berselang lama security keluar membukakan pintu.

Javas menoleh kebelakang dimana Jasmine duduk, sepertinya gadis kecil itu terlelap memeluk dua barbie yang masih terbungkus plastik.

"Aku akan mampir sebentar, kamu tidak apa kan?" tanya Javas melirik kesamping.

"Oke, aku juga rindu suasana rumah."

"Oh iya untuk tadi...."

Rinjani keburu mengangkat panggilan saat ponsel berdering, sebenarnya yang akan Javas katakan adalah permintaan maaf karena membahas masa lalu. Meski bukan dirinya yang terang-terangan mengatakan tetapi Javas takut Rinjani salah paham dan kembali marah.

Selesai menerima telfon, Rinjani melepas seatbelt kembali melirik pria disamping.
"Tadi mau ngomong apa?"

"Eeumm masalah di mall. Aku tidak bermaksud mengingat masa lalu, aku hanya tidak ingin Jasmine tahu semuanya."

Hanya senyum tipis yang mewakili, toh Rinjani tidak apa jika Javas membahas tentang Rain. Bukan salahnya jika membela dan menjadi garda depan untuk adik tirinya. Itu artinya Javas sudah bisa berdamai dengan dirinya juga masa lalunya.

"Ngga papa, ya udah angkat Jasmine dan bawa ke kamarnya."

Javas mengangguk membawa tubuh Jasmine kedalam gendongan sedang dirinya berjalan lebih dulu masuk ke rumah.

"Papa." Jani berlari kecil memeluk tubuh Jeremy saat pria itu baru turun dari tangga.

Layaknya ayah dan anak kandung hubungan mereka semakin dekat tidak ada skat antara ayah dan anak. Jeremy pun demikian dia ikut memeluk tubuh putri angkatnya.

Jeremy tersenyum heran melihat Javas membopong Jasmine masuk ke kamar. Itu pemandangan langka yang tidak pernah dilihat. Hubungan keduanya selalu hambar tidak pernah ada tegur sapa tetapi malam ini, Jeremy melihat dengan jelas bagaimana perhatiannya Javas pada Jasmine.

"Bagaimana jalan-jalannya?"

"Seru pah."

Jeremy sedikit berbisik, "Javas tidak salah makan kan?" sambil melirik punggung kokok itu hilang dari pandangan.

Rinjani tertawa, papanya sangat lucu jika sudah dirumah. Bukan sebagai pengacara hebat yang ditakuti banyak penjahat.

"Ngga lah pah, sebenarnya Javas tuh memang sayang sama Jasmine. Dia hanya gengsi aja." tutur Rinjani tak kalah berbisik takut Javas akan mendengar dan cemberut kalau tahu sedang menjadi bahan gosip.

Ehemmm Javas berdehem berkacak pinggang mendengar obrolan mereka yang samar-samar.

"Oh iya sini nak." pinta Jeremy

Javas mengikis jarak berdiri sejajar dengan papanya. "Kalian sudah makan?"

Keduanya sama-sama mengangguk,

"Padahal papa ingin mengajak kalian makan malam. Ya sudah kalau gitu kita ke taman belakang saja."

Perasaan Javas tidak enak, pasti papanya akan membahas hubungannya dengan Rinjani. Pria itu tampak menggaruk tengkuk leher mencari alasan agar papanya tidak mengeluarkan ucapan yang bisa membuat pertengkaran dengan Rinjani lagi.

"Ayo."

Diikuti kedua anaknya, Jeremy menuju taman belakang. Disana ada taman bunga, perpustakaan juga gazebo yang biasa digunakan untuk berkumpul dan bersantai tetapi tempat itu sudah lama tidak dikunjungi karena kesibukan masing-masing.

Cupid Lonestly 2 (END)Where stories live. Discover now