Petak Umpet (1)

4 0 0
                                    

Danu. Seorang anak penderita gangguan retina yang membuat penglihatannya buram, lebih tepatnya hampir tidak bisa melihat, seperti melihat di balik plastik buram. Dengan kondisi yang seperti ini membuat Danu berkecil hati dan memilih murung. Berbeda dengan adiknya, Rian, yang sangat aktif. Rian memiliki penglihatan normal. Hal ini membuat Danu iri, namun selalu ia tepis karena Rian selalu menemaninya.

Bulan ini Januari. Kerap sekali hujan deras melanda dibarengi dengan suara petir dan cahaya kilat. Di saat seperti ini, Danu sangat ketakutan, ia hanya melihat kilatan sinar yang tiba-tiba muncul di balik matanya. Umumnya anak-anak yang takut dengan halilintar. Rian selalu menemani di sebelahnya. Orang tua yang sudah bercerai hanya meninggalkan mereka berdua di sebuah rumah dengan 2 pembantu, Bi Yun dan Mang Kis.

Malam itu hujan turun dengan sangat deras. Danu tidak bisa tidur. Di sebelahnya ada Rian yang sudah mendengkur dengan keras.

Rian? panggil Danu dengan meraba dan menggoyang-goyangkan badan Rian.

Ya, Danu? Rian bangun dengan mengucek-ucek matanya dan menguap sangat lebar.

Ri, aku takut. Aku mau ke kamar mandi. Temenin yuk?

Hmm, oke Nu. Hati-hati! kata Rian sembari meraih tangan Danu untuk turun dari tempat tidur mereka.

Mereka jalan beriringan menuju ke kamar mandi. Malam itu tepat pukul 2 dini hari. Rian berjalan membimbing Danu dengan mengawasi sekeliling, jaga-jaga kalau ada dinding yang rembes atau atap yang bocor karena air hujan.

Sampailah mereka di kamar mandi. Danu masuk ke kamar mandi, sementara Rian menunggu di luar. Ia duduk di kursi meja makan dengan mengayun-ayunkan kakinya ke depan dan ke belakang.

Krietkrietkriet

Terdengar suara decitan pintu dapur yang tertiup angin.

Bi Yun mungkin lupa mengunci pintu pikir Rian. Ia beranjak dari kursi, bermaksud untuk mengunci pintu tersebut. Di luar terlihat Mang Kis sedang menata pot bunga, namun anehnya Mang Kis berpindah tempat dengan sangat pelan. Rian hanya berpikir kalau mungkin Mang Kis baru capek.

Oh Mang Kis Rian melambaikan tangan bermaksud ingin menyapa.

Brak!

Tiba-tiba terdengar suara keras. Rian kaget dan langsung menengok ke arah ruang keluarga, tempat suara itu terdengar. Terlihat Mang Kis pulang dari ronda kompleks. Ia terlihat sedang mengelus-elus lututnya karena menabrak meja.

Eh Nang, baru pipis ya? tanya Mang Kis sembari meletakkan senter.

Sontak Rian menoleh ke luar tempat Mang Kis menata pot bunga. Kosong.

Rian panik dan bergegas mengetuk pintu kamar mandi.

Nu, udah selesai belum? Yuk ke kamar ajak Rian dengan menggedor-gedor pintu. Ia panik.

Kenapa Ri? Danu keluar dari kamar mandi yang langsung disambut dengan tarikan tangan Rian. Mereka berlari ke kamar dan langsung kembali ke balik selimut mereka. Mang Kis yang melihat mereka panik seperti melihat setan, langsung mengawasi sekitar dan merinding sendiri.

Malam itu Danu bermimpi sangat indah. Terlihat taman dengan rumput yang hijau dan bunga berwarna-warni. Ia sedang melihat sekeliling dengan sangat takjub. Baru kali ini ia melihat suatu hal dengan sangat jelas, tidak ada bayang-bayang putih buram yang menghalangi pandangannya.

Danu! panggil sebuah suara dari belakang. Terlihat Rian sedang melambai-lambaikan tangannya. Ia mengenakan kaos kuning dengan bawahan ungu. Sangat terang bukan?

Kamu Rian? tanya Danu memastikan, karena selama ini ia hanya melihat Rian di balik pandangan yang buram. Adik yang umurnya 2 tahun di bawahnya itu mengangguk dengan senyum yang melebar.

Illogical StoryWhere stories live. Discover now