Shimai - 30

3.5K 483 42
                                    

.
.
.
.
.





Chika mengusap rambutnya kebelakang menggunakan kedua tangannya. Sungguh saat ini rasanya kepalanya benar benar ingin pecah.

Chika kecil yang kehilangan seorang adik sampai mengakibatkan dirinya mengalami gangguan mental sehingga harus rutin pengobatan ke psikolog. Setelahsepuluh tahun berpisah, akhirnya mereka dipertemukan namun dengan keadaan hubungan yang tidak baik baik saja. Sekarang setelah semuanya selesai malah muncul masalah baru perkara keegoisan sang papa yang mengatur masa depannya.

Apa Chika ini memang tidak pantas diberi jeda dari yang namanya masalah dalam hidupnya? Sekarang, masalah dengan papanya belum selesai malah datang masalah baru, Azizi yang marah karena ia menutupi semuanya dari sang adik.

"Arghhhhh!!!" Teriak Chika frustasi didalam kamarnya,

"Kenapa semuanya jadi begini?! Kenapa masalah terus datang bertubi tubi?!!" Ucap Chika lagi dengan suara yang dipenuhi oleh emosi,

Chika menutup wajahnya yang tengah menangis sesegukan dengan kedua tangan, "hiks aku capek hiks" Lirihnya.

Akhirnya tubuh lemah itu terjatuh terbaring diatas tempat tidurnya, Chika masih terus terisak sampai tanpa sadar matanya tertutup, ia ketiduran.

Sementara itu dikamar sebelah, Azizi tengah berdiri di balkon kamarnya, tangannya memegang sebuah pigura yang menampilkan foto masa kecilnya bersama Chika yang memang ia pajang di meja kecil di samping tempat tidurnya.

Azizi tersenyum lirih, dengan air mata yang sedari tadi sudah membasahi pipinya,

"kenapa kakak simpan semuanya sendirian? kakak selalu mau melindungi dan ngejaga aku, tapi kakak lupa sama diri kakak sendiri, aku gak becus banget jadi adek ya kak hiks" Tangan Azizi terulur mengusap foto tersebut tepat di wajah sang kakak.

"Maaf, dari dulu sampai sekarang aku cuman bisa jadi beban kakak, aku gak bisa ngelakuin apa apa untuk kakak hiks" Kata Azizi lagi,

***

Sekitar pukul tujuh malam, Shani datang menggunakan sebuah mobil mewah miliknya ke kediaman keluarga Fadly. Azizi tak kunjung membalas pesannya, juga tak menerima panggilan telepon darinya, begitu pula dengan Chika. Akhirnya Shani memutuskan untuk langsung datang menghampiri adik adiknya itu sekaligus memastikan bahwa semuanya baik baik saja karena ia merasa janggal kenapa kakak adik itu tidak bisa dihubungi.

Ketika Shani memencet bel yang ada di samping pintu, bi sum pun tergerak membuka.

"Permisi, ini benar rumah Chika dan Azizi kan ya?" Ini memang pertama kalinya Shani datang berkunjung,

"iya benar atuh, neng geulis teh saha? eh anu maksutnya teh siapa?"

"Saya Shani, teman mereka, bisa saya bertemu mereka?"

Belum sempat bi sum menjawab, mama Rani sudah lebih dulu datang menghampiri karena merasa bi sum terlalu lama membukakan pintu, ia penasaran sebenarnya siapa yang datang,

"Loh, cici?" Ucap mama Rani saat melihat Shani tengah berdiri berhadapan dengan asisten rumah tangganya,

"Ma, apa kabar?" Shani segera mencium tangan Rani,

"Baik sayang, kamu gimana? Mama frieska sehat juga kan?"

"Mama alhamdulillah sehat, tapi ya gitu deh ma, sibuk terus tugas keluar kota jadi Shani kesepian dirumah makanya ini mau izin ngajak adik adik pergi keluar sebentar sekalian makan malam, mereka ada dirumah kan ya ma?" Kata Shani

"Ada kok sayang, ayo sini masuk dulu. Bi sum, ini Shani, cicinya anak anak, tolong buatin minum ya"

Bi sum pun mengangguk patuh lalu bergegas melangkahkan kaki ke dapur untuk membuatkan minuman untuk Shani.

Shimai (END) Where stories live. Discover now