|03|

57 18 1
                                    




𐙚˙⋆.˚ ᡣ





Nama Shangkara Alastar tercetak dibuku absen kelas 11 IPS 3. Sementara nama Meyzee Athaya berada di absen kelas 11 IPA 2.

Artinya apa?

Artinya mereka berada di dalam kelas yang berbeda bahkan jurusan yang berbeda.

Tapi, pemandangan Shaka yang berada di kelas IPA 2 bukanlah hal aneh bagi Meyzee maupun warga IPA 2 lainnya. Anak itu keluar masuk kelas mereka bak di kelas sendiri.

Alias gak ada namu-namunya.

Makanya, beberapa orang bahkan menganggap Shaka tuh anak angkat kelas IPA 2. Atau gak hidden member IPA 2 katanya.

Seperti sekarang tuh.

"Oy, Shak!"

Kaki Shaka baru satu langkah memasuki kelas itu berhenti. Ia menatap Meyzee yang sedang berjalan di bantu teman-temannya. Buru-buru pemuda itu menghampirinya. Mengabaikan panggilan dari temannya yang berada di sudut kelas bagian belakang.

"Kemana?"

"Kantin," jawab Zee cuek. Berbeda dengan kedua temannya —Sia dan Rhea— yang kebingungan karena, tiba-tiba amat tuh anak dua ngobrol?? Perasaan gak pada akrab.

Shaka berdecak. "Lo gak inget apa kata nyokap lo jangan kebanyakan gerak?"

"Terus gue harus diem kelaparan gitu??" Mulai dah tuh sewotnya.

"Nih." Laki-laki itu menyondorkan plastik hitam.

"Hah?"

"Hah hoh hah hoh mulu lo. Ini makanan lo udah gue beliin. Ambil."

"Ishh, iya-iya yaudah thanks!" sahutnya terpaksa.

"Gue gak tau lo suka apa. Jadi gue beliin seadanya aja yang bisa ganjel perut. Kalo gak suka lo titip aja ke temen lo tuh, jangan maksain ke kantin."

Masalahnya, kantin mereka tuh adanya di lantai dasar. Ribet kalo tuh anak harus naik turun tangga. Tadi pagi aja pake drama dulu. Lah ini, dia ngide mau ke kantin lagi. Mana di kantin tuh suka penuh lagi, kadang antri juga sambil berdesakakan. Kan berabe kalo tuh anak sampe kesenggol atau kakinya ke injek orang.

"Ah, iya juga Zee. Lo nitip aja deh sama kita," celetuk Rhea menyetujui ucapan Shaka. "Ya kan, Si?"

"Eh?" Sia terlihat kaget saat Rhea tiba-tiba bertanya padanya. "Iya, Zee. Lo mau titip apa?"

Meyzee sedikit menunduk untuk melihat isi plastik pemberian Shaka. Ada mochi dan susu pisang. "Gak usah deh," tolaknya melihat makanan yang dibawakan Shaka merupakan kesukaannya. Aneh juga bisa pas gitu.

"Yaudah."

"Kita pergi dulu deh."

Meyzee berbalik badan untuk kembali ke bangkunya. Ia mengeluarkan mochi dan susu dari kresek dan meletakkannya di atas meja. Bersiap untuk melahapnya.

Sementara itu, Shaka kini sudah berada di bangku urutan terakhir. Bergabung dengan Kairo, Dean dan Jagat yang memang anak kelas sini. Dan, mereka bertigalah alasan ia sering datang kesini.

"Widih apaan tuh bro?" goda Dean saat Shaka baru mendudukkan pantatnya di kursi kosong.

"Gile mainnya lewat bawah tanah gitu ya, tiba-tiba udah jadi aja."

"Apaan dah bacot," dengus Shaka. Tahu betul dia habis kejadian tadi akan digoda habis-habisan.

Kairo, bocah yang tampangnya kayak preman itu menyimpan gitar yang sedari tadi ada di pangkuannya. "Lo kok gak bilang."

Make The Change | bluescentWhere stories live. Discover now