A R K H A M

102 5 7
                                    

"Aku menyukai mu, Daisy."



"Huh?."


Pemuda itu semakin merengkuh tubuh mungil gadis yang sedang ia pangku.



"Aku bilang, aku menyukai Daisy." Ujar nya kembali.



"Akam suka Daisy?, mau dibeliin?."



Pemuda dengan surai rambut hitam lebat nya itu mengerut bingung.



"Apa maksud mu."



Gadis itu mendengus.  "Tadi kata nya suka Daisy. Mau Daisy beliin atau enggak!?" Ujar nya kesal sambil gerutu, wajah nya itu terlihat lucu jika sedang marah.




Tak lama setelah Daisy (gadis yang dipangku Arkham) mengatakan hal itu, pemuda disana langsung tertawa terbahak-bahak, seolah sedang menonton drama komedi.





Gadis itu pun bingung, apalagi kebingungan nya semakin bertambah saat- Arkham menurunkan nya di ranjang pemuda tersebut. Gelap dan sedikit menakutkan, Daisy tidak suka dengan warna gelap, lebih tepat nya ia takut dengan gelap.





"Apakah... Daisy bisa dibeli?."




"Tentu saja!, memang nya- Akam mau beli berapa??." Tanya gadis tersebut.





Namun tidak di hiraukan Arkham, pemuda itu malah berucap-
"Jika ku beli, apakah Daisy bisa ku miliki?."




"Bisa, karena Akam sudah membayar nya." Jawab nya penuh yakin.












Tanpa gadis itu sadari, sudut bibir Arkham tertarik kecil, terlihat samar.




























Gadis itu sudah sampai didepan pintu rumah nya. Selepas bermain bersama Arkham, Daisy terus merengek minta dipulangkan. Wajar saja jika ia minta pulang, hari sudah mulai gelap, Daisy takut jika orang tuanya akan khawatir anak nya belum pulang.
    




"Dadah Akam! Besok sekali-kali main ke rumah Daisy ya!!." Ya, gadis itu ingin sekali membawa teman nya itu kerumah, Arkham sama sekali belum pernah masuk ke dalam rumah nya. Padahal sudah hampir 8 tahun mereka temenan, tapi pemuda itu memiliki banyak alasan untuk menolak.





Bibir plum itu manyun, tatkala Arkham lagi-lagi tak membalas ucapan nya dan malah melenggang pergi dengan tunggangan kesayangan nya tanpa pamit sama sekali. Ya, seperti itu lah Arkham, Daisy pun sampai heran- kok bisa dia temenan sama pria pendiam tersebut. Awal pertemuan mereka saja Daisy sudah lupa.




"Apa yang kau lakukan, cepat masuk!."



Daisy menoleh ketika melihat pria tampan dan matang itu sudah berdiri didepan nya dengan pakaian santai. Gadis itu segera masuk kemudian berlari saat ayah nya mulai mengejar.



Daisy terus berlari hingga akhirnya tiba didepan pintu kamar sang ibu, ya, ibunya. Jika ke kamar nya, maka dapat dipastikan ia akan ditangkap karena kamar nya lantai atas dan melewati nya itu harus lewat anak tangga. Dan sedangkan kalian tahu, naik anak tangga itu tidak bisa cepat, apalagi dengan kaki pendek seperti nya.





Daisy mengetuk pintu kamar ibu nya dengan tidak sabaran, apalagi nafasnya  semakin tak beraturan ketika ayah nya sedang menuju kearah nya.




"Ibu Daisy mohon buka pintu nya!!."




Ceklek.


Akhirnya!





You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 09 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

A R K H A M Where stories live. Discover now