"Tapi kan kita bisa latihan bertiga," kata Wain.

Beomsoo menggeleng. "Wain, kemampuan menari mu masih sangat kurang. Aku yakin, kemampuan menari Zayyan pasti lebih baik darimu. Jadi, kau harus diajari berdua saja denganku. Tanpa ada oranglain." Lalu, Beomsoo menengok kearah Zayyan. "Is it okay, Zayyan?"

Zayyan mengangguk, meski menahan kecewa. "It's okay. Kita bisa latihan bersama lain waktu."

"Okay. Kalau gitu, aku latihan sama Wain dulu ya." Kemudian, Beomsoo kembali merangkul Wain dan menuntunnya ke sudut ruangan, hingga jarak mereka menjauh dari Zayyan.

Zayyan teringat saat di agensi sebelumnya. Dulu saat dirinya bersama Beomsoo dan Geonu, sering latihan bersama. Beomsoo dengan kemampuan dance yang paling bagus, dengan senang hati mengajari Zayyan dan Geonu.

Pagi ini, kenapa Beomsoo tidak seperti dulu?

Tiba-tiba, seseorang merangkul Zayyan. Saat Zayyan menengok, terlihat lah wajah tampan Sing.

"Kau ingin diajari dance?" tanya Sing. Zayyan hanya mengangguk.

"Kalau gitu, minta ajarin aja sama Leo. Kau tau, diantara para trainee, yang punya kemampuan dance yang bagus bukan cuma Beomsoo, tapi juga Leo," lanjut Sing.

"Benarkah?" tanya Zayyan. Sing tersenyum dan mengangguk.

Masih merangkul Zayyan, Sing menuntun Zayyan kembali kearah Leo dan Ricky. "Let's practice together!" kata Sing.

Zayyan menengok kearah Beomsoo. Di sudut ruangan, wajah tampan Beomsoo terlihat sangat senang sambil terus memandangi Wain. Zayyan ingin menghabiskan waktu lebih lama dengan Beomsoo, sahabat yang sudah sangat lama tidak bertemu. Dan tentu Zayyan rindukan. Tapi sepertinya, Beomsoo tidak merasakan hal yang sama.


****


Di ruang latihan dance, terkadang para trainee latihan sendiri atau bersama dengan trainee lainnya. Tapi latihan yang utama adalah bersama dengan pelatih koreografi yang setiap hari mengajari mereka.

Menjelang siang, sesi latihan dance berhenti sejenak. Para trainee pun beristirahat melepas lelah.

Hyunsik mengelap keringatnya dengan sebuah handuk kecil. Kemudian, seseorang menghampiri nya dan memberikan sebotol air mineral. Saat Hyunsik menengok, dia adalah Leo.

Hyunsik tersenyum dan menerima sebotol air dari Leo. "Terima kasih, Leo."

Saat Hyunsik sedang minum, Leo menatapnya dengan penuh harap. Selesai minum, Hyunsik pun bertanya, "Leo, kemarin aku dengar kau sakit? Sekarang bagaimana keadaan mu?"

"Aku sudah sembuh kok, hyung."

Hyunsik mengangguk. "Maaf, kemarin aku tidak bisa menjenguk mu. Karena, Sing melarang ku masuk kekamar mu."

"Nggak apa-apa. Saat itu aku memang tidak ingin bertemu denganmu, hyung. Karena itu, aku meminta Sing untuk melarang mu masuk."

Hyunsik menghela napas. "Leo, maafkan aku ya."

Leo menahan perasaan di hatinya. "Hyung, jujur, aku masih berharap padamu." Kemudian, Leo memegang tangan Hyunsik. "Hyung, sebenarnya... aku kurang apa? Apa yang kurang dariku? Sehingga kau tidak mau menerima ku? Bukankah kau sayang padaku, hyung?"

"Leo, tidak ada yang kurang darimu. Kau sempurna, Leo. Dan aku memang menyayangi mu. Tapi... cinta tidak bisa dipaksakan. Kau tau?"

Perasaan kecewa lagi-lagi dirasakan Leo. "Hyung, apa aku masih punya kesempatan?"

Hyunsik paham, maksud Leo adalah kesempatan untuk Leo berusaha mendapatkan hatinya. Hyunsik membelai kepala Leo dengan lembut. "Leo, walaupun aku menganggap mu sebagai adik, aku tetap menyayangi mu. Rasa sayang ku terhadap mu tetap ada, Leo. Itu yang penting."

Mata Leo berkaca-kaca. Perlahan-lahan ia mundur menjauhi Hyunsik. Lalu berbalik, dan berjalan keluar dari ruang latihan.



Leo tidak ingin seorang pun melihat saat dirinya menangis. Karena itu, Leo hanya bisa memasuki salah satu bilik toilet, menguncinya dari dalam, lalu duduk dan menangis disana.

Leo malu pada dirinya sendiri. "Ouyin, kenapa kamu cengeng banget sih? Jadi cowok jangan lemah, Ouyin! Cuma karena cintamu ditolak, kau menangis seperti ini? Memalukan," batin Leo memarahi dirinya sendiri.



Seluruh bagian ruangan toilet itu didesain dengan mewah. Empat unit wastafel berjajar dengan desain yang rapi. Didepan wastafel juga terdapat cermin yang panjang dan lebar.

Dari bilik toilet yang berada disamping Leo, Zayyan keluar, lalu mencuci tangan di wastafel. Kemudian, Zayyan membasahi wajahnya, mengambil satu tube facial wash, mengeluarkan sedikit isinya, lalu membersihkan wajah dan membilasnya.

Tidak lama kemudian, Leo keluar,
lalu mencuci tangan di wastafel. Juga membasahi wajah dan matanya yang sudah banyak mengeluarkan airmata.

Zayyan yang sudah selesai mencuci muka, melihat Leo melalui cermin. Melihat mata Leo, Zayyan berpikir apakah Leo habis menangis?

"Leo, kau baik-baik saja?"

"Aku? Aku baik-baik saja," jawab Leo. Ia tersenyum kepada Zayyan, dan terlihat wajah Zayyan yang segar setelah dibersihkan.

Leo tidak ingin membicarakan isi hatinya yang galau. Ia ingin membicarakan hal lain agar bisa melupakan perasaannya. Saat Leo bernafas, hidung mancungnya menghirup aroma dari tubuh Zayyan. "Kamu wangi sekali, Zayyan."

"Benarkah?"

Leo mengangguk sambil tersenyum. "Pakai parfum apa? Dari wanginya, sepertinya parfum mahal?"

"Nggak juga. Nanti kamu main aja ke kamarku, kalau mau lihat parfumku."

Leo mengangguk sambil mengeringkan tangannya. Dari cermin, Zayyan memandangi wajah tampan Leo.

"Kadang-kadang, aku insecure melihat kalian," kata Zayyan.

"Insecure kenapa?"

Zayyan menghela napas. "Standar penampilan di Korea sangat tinggi, ya. Setiap kali aku melihat kamu, Sing, Beomsoo, dan trainee lainnya, aku pikir, 'wah, kalian sangat tampan'. Sedangkan aku..."

Tangan Leo memegang pipi Zayyan, lalu memperhatikan wajah Zayyan dengan seksama. Dari jarak dekat, bukan hanya wangi parfum Zayyan yang terhirup oleh Leo. Tapi juga aroma mint yang segar dari mulut Zayyan.

Sejenak, Leo jadi melupakan Hyunsik. "Zayyan, kau punya mata besar yang indah. Hidungmu bagus. Bibirmu juga indah. Bentuk rahang di wajahmu juga bagus. Begitupun dengan alismu yang tebal. Dan, kau tau? Warna kulitmu itu seksi."

Pipi Zayyan memerah mendengar pujian dari Leo.

"Kau tau, apalagi yang seksi dari dirimu? Itu adalah suaramu. Aku paling suka menonton video mu di youtube. Mendengar vokalmu yang serak, tapi unik dan merdu. Ketika kau berada disini, setiap kali kau berbicara dengan bahasa Inggris, suaramu terdengar seksi."

Leo yang sejak tadi memuji-muji Zayyan, kemudian tersenyum. "Kau ini pria yang tampan, Zayyan."


****


Bersambung

Xodiac Punya CeritaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt