AKU

2 0 0
                                    

Memang, aku memang aku. Aku adalah yang serba melongo. Melihat kenyataan, kaget. Wah, mengapa semua sangat mudah berubah?

Kemarin, dia bilang, "Aku sayang kamu."

Tadi aku dengar, "Jangan pernah datang padaku."

Aku bingung. Semudah itukah orang-orang berpaling? Atau, memang karena aku yang cuma sayang?

Memang, aku memang aku. Sukanya melamun, tak bisa dihentikan. Memikirkan, besok kalau aku mati, bagaimana? Sekarang, sedang sibuk mengurusi yang fana. Kalau besok dipanggil, aku mau bilang apa?

Aneh, memang. Urusan memang aneh. Menuntut untuk diselesaikan, tapi tak pernah selesai. Membuat orang jadi gila. Lupa makan, lupa diri, lupa hidup. Lupa, ya, kemarin kamu bilang, "Aku sayang," sehingga hari ini kamu pergi untuk bilang itu ke semua orang?

Memang, aku memang aku. Semua hal dipikirkan. Ada orang yang bilang: "Kalau nggak mau pusing, jangan dipikirkan." Tapi, kalau hidup tidak mikir, apa bedanya dengan gayung?

Sedih, kan, kalau mulut disumpal? Pendapat orang, dianggap basi. Pendapat orang dianggap tak penting. Padahal, aku cuma sayang. Bukankah kalau sayang, harusnya peduli?

Tapi, ya.. Aku memang cuma aku.

Akulah yang bersalah. Harusnya aku memang tak usah mendengar kata, "Aku sayang." Harusnya aku cukup jadi batu buatmu. Mendengar, melihat, selalu di samping, tapi hanya cukup diam. 

Ternyata kamu tak perlu sayangnya aku.

- Ditulis oleh Asyafa dalam akun Instagram @syafahanifa pada 24 Agustus 2019

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 07 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DIMENSIWhere stories live. Discover now