Gone Angel

4 2 0
                                    

Akhirnya aku mengambil pilihan itu juga.

Menerima uluran tangan mereka yang mencoba melarikan diri. Mereka yang ingin diakhiri. Mereka yang ingin membelot. Mereka membutuhkanku untuk melawannya.

Melawan orang itu. Orang yang membuangku. Orang yang juga merengut adikku. Mempermainkan perasaan rapuhnya.

Sepanjang jalan aku masih menatap memori-memori yang tersimpan di didalam kameraku. Memori tentangnya, tentang keluarga kami.

Foto-foto yang tampak bahagia namun dipenuhi kepalsuan.

Look
One by one
The pages remind me you'll always be a villain

Memori yang dulu pernah kuperjuangkan. Namun kebusukannya tak bisa membuat kepalsuan itu jadi kenyataan.

For you, angels have fallen
Now they're gone
See? Now they're gone
Forever gone

Kebusukannya...merengut semuanya dariku.

"...Okaa-san apa pilihanku ini benar?" Gumamku berat. Putus asa dengan pilihan yang kuambil sekarang.

From the hell that served as my one and only home
Though it may hurt today
Tomorrow I'll be heading my way

.
.
.

Aku memasuki pekarangan rumah yang telah ditinggalkan terbengkalai itu. Dulunya ini rumah yang sangat asri dan damai. Masa kecilku dihabiskan disini.

Namun sekarang tempat ini sudah seperti rumah hantu saja. Atau kenyataannya memang begitu?

Aku memasuki rumah tertinggal itu. Mengikuti petunjuk mereka yang mengatakan rumah ini memiliki jalan rahasia yang tak pernah kutahu sebelumnya. Aku membuka penutup lantai di dapur. Memang terdapat jalan disana.

Tap...tap...tap...

Suasana di dalam terasa begitu mencekam. Bagaimana bisa rumah yang dulunya begitu damai sekarang seperti ini. Apa saja yang diperbuat orang itu?

Apa yang disimpan orang itu selama ini?

"Oh...tak kusangka kau mendatangi tempat ini"

Sebuah suara menyambutku. Suara yang begitu manis. Terdengar seperti penuh kasih sayang. Namun di telingaku terasa asing.

Karena itu adalah suara dari seseorang yang tak pernah melihatku.

I tried, I tried
What did we expect?
My dearest friend
Tell me when we shall make it end

"...Tadaima" Kataku datar. Sedatar tatapannya setiapku berusaha di masa lalu.

"Tapi aku tahu kau tak pernah sedikitpun mengharapkan kepulanganku...benar kan Ayah?" Kataku hanya menggeleng pelan. Menggenggam kamera di tanganku.

"...Oh tak kusangka kau cukup tahu diri" pria di depanku yang bertemankan dengan gelas anggur itu hanya membalasku dengan tatapan penuh penghinaan.

"Lalu apa yang kau harapkan? Kau ingin menyerahkan diri untuk tujuanku?"

Aku menelan ludah. Mengingat ambisinya yang telah menjadi teror banyak orang-orang yang tak bisa dimaafkan itu.

So let me take your hand
Like one of those madmen
Tip tappity tappity tap
Dance our last dance
Sing
Ta talila lulilatu
La tulali lalulilu
Spinning vinyl opera

(Lascia ch'io pianga)
Longing for this moment
(mia cruda sorte,)
Brewing all this hatred
(e che sospiri)
So I have a reason
(la libertà.)
Reason to see you dead

"Aku ingin kau berhenti Ayah. Dan kembalikan dia padaku" kataku tegas kepadanya.

"Kembalikan adikku yang kau permainkan"

Pria di depanku terdiam sejenak. Lalu tertawa terbahak-bahak seolah permintaanku terdengar begitu konyol baginya.

"Ahahahahaha..."

Butuh satu menit untukku hanya mendengarkan tawanya yang panjang seolah menghina itu.

"Bagaimana kalau aku menolak?" Katanya akhirnya berdiri. mengambil sesuatu diatas mejanya. Melepaskan pembungkusnya. Tampak sebuah bilah hitam dengan aura begitu gelap dan jahat disana.

Aku memejamkan mataku. Sudah kuduga tidak mungkin ini akan berakhir damai.

Tidak, bahkan sejak awal aku tak berharap ini berakhir dengan damai. Karena telah terlalu banyak tragedi akibat ambisi gila orang ini.

Betapa banyak temanku yang mati. Bahkan ibu...

"Kalau begitu aku tak punya pilihan lain ayah" kataku hanya menggeleng.

"Aku harus mengakhiri ambisimu dengan kematianmu"

"Walau aku harus mati karena itu"

=====

Day 7 : Songfic
Song : Gone Angels - Mili

Journey Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz