81.... 21+ Dua kali

2.4K 64 5
                                    

Jika boleh jujur, Rinjani mencintai Javas dan begitu pun sebaliknya. Hanya saja bayangan akan masa lalu selalu menghantui. Rinjani takut semua itu terulang lagi dan ia tidak tahu bagaimana cara menyembuhkannya. Mungkin hari kemarin lukanya bisa sedikit terobati dengan kesibukan tetapi ia tidak tahu dilain hari.

Hari ini hatinya bisa menolak tapi tidak tahu hari esok, bisa saja Rinjani berubah pikiran.

Pegangan terlepas, Rinjani menyandarkan kepala pada bahu berotot itu sebagai pelampiasan atas hatinya yang tidak stabil. Terkadang Rinjani nyaman bersamanya terkadang pula takut untuk melangkah lebih jauh. Javas mengelus pipi berusaha menenangkan dan menjadi obat penghibur.

"Bagaimana kalau kita menonton film saja?" usul Rinjani yang tidak mau suasana menjadi sangat canggung.

"Boleh."

Keduanya memilih film romance untuk dijadikan tontonan malam ini. Entah mengapa selera mereka selalu sama, dari makanan, film, minuman dan fashion.

Film pun mulai diputar dilayar televisi, keduanya duduk bersebelahan dengan bantal berada diatas paha. Ternyata film yang mereka tonton sama seperti kisah cinta mereka berdua. Saling mencintai tetapi terlahang karena salah satu darinya pernah melakukan kesalahan.

Javas berdehem merasa tersindir dengan alur ceritanya. Sifat dan perilakunya sama persis seperti yang sedang diceritakan. Rinjani menoleh mendengar deheman Javas. Awalnya ia tidak paham mengapa Javas menjadi demikian tetapi setelah sekian menit Rinjani jadi paham. Dia hanya tersenyum geli melihat reaksi Javas.

"Mau diganti?" tanya Rinjani dan itu mendapat gelengan dari Javas.

Menit demi menit pemutaran film masih normal-normal saja layaknya film romance pada umumnya tetapi pada menit ke dua puluh lima, adegan menjadi lebih seru. Dimana ada adegan dewasa yang sengaja disajikan untuk menambah keseruan.

Pemeran wanita mendesah saat pemain pria mencium bagian leher. Dalam desahan itu membuat Javas dan Rinjani melongo menahan nafas dan meneguk saliva. Bagaimana tidak mereka beradegan tanpa busana di sebuah kapal pesiar. Sungguh mencengangkan bukan?

Rinjani mencengkeram bantal yang ia letakkan dipaha sedang Javas mencengkeram celana bahan. Tidak ada pelampiasan lain selain pakaian yang dipakai. Kurang lebih lima menit adegan selesai.

Huft.. Javas mendesah panjang mengubah posisi duduk. Sebenarnya sejak tadi ia sedang menahan sesuatu yang mulai mengeras, ia terus menutupnya menggunakan tangan agar tidak ketahuan Rinjani. Untung lah Javas bisa mengendalikan diri hingga tidak terjadi adegan pemerkosaan.

Satu jam berlalu film selesai, kurang lebih ada tiga adegan dewasa sayangnya ending dari cerita ini menyedihkan hingga sukses membuat mereka berdua ikut hanyut dalam suasana. Siapa pun pasti akan sama dengan yang Javas alami apalagi menonton dengan wanita.

Javas menggeser tubuh menarik kepala Rinjani dengan pelan agar bersandar dibahunya.

Sekian lama berada dalam posisi seperti ini nyatanya membuat Rinjani mengantuk, ia sampai membenturkan kepalanya sedikit yang membuat Javas menoleh. Javas tidak bertanya dia peka dengan keadaan, membawanya ke kamar dengan cara menggendong.

Kedua tangan Rinjani mengalung dileher mata yang tadinya akan terpejam tiba-tiba terbuka lebar. Ia tidak lagi mengantuk melainkan menatap wajah tampan yang sedang menggendongnya.

Javas merebahkan tubuh Rinjani diatas ranjang king size masih dengan posisi wajah mereka saling berdekatan. Hal ini cukup memacu kerja jantung, keduanya saling berpandangan.

"Rinjani," suara serak Javas mampu membubarkan apa yang sedang Rinjani pikirkan.

"Apa boleh aku menyentuh mu?"

Cupid Lonestly 2 (END)Where stories live. Discover now