21. Kalah Saing

31 6 2
                                    

Agenda mengaji pagi telah usai. Para santri berbondong-bondong kembali ke asramanya masing-masing untuk mengembalikan kitabnya dan melanjutkan agenda piket area pesantren. Para santri di pesantren belum terlalu banyak kegiatan. Mengingat awal tahun ajaran baru masih satu minggu lagi.

Kamar Naya sendiri sudah menyelesaikan piketnya sedari tadi. Mereka pun kembali ke kamarnya. Setelah ini tidak ada agenda apapun di pesantren. Jadi mungkin mereka akan menghabiskan waktu dengan bersantai saja. Begitu pun Naya, ia sudah stay di depan laptopnya untuk mempersiapkan awal kuliah minggu depan.

Baru saja Naya fokus, Alya datang menghampirinya. "Nay, numpang kasur. Gue ngantuk." ujar Alya dengan mata yang sudah menahan kantuk.

Bagaimana tidak, ia sudah bangun dari jam setengah 3 tadi karena ada jadwal Sholat Tahajud. Jadi ia ingin menghabiskan waktu senggang ini untuk tidur saja. By the way, Alya kebagian ranjang atas, sedangkan ranjang bawah diisi oleh Zayna. Oleh karenanya, ia memilih menumpang di kasur Naya karena ia terlalu malas untuk naik turun ranjang.

Naya yang sedang nyaman selonjoran di kasur pun akhirnya sedikit menepi mempersilahkan Alya tidur di sampingnya. Alya langsung merebahkan diri di kasur Naya. Sedangkan Naya sendiri sedang sibuk dengan laptopnya.

Baru beberapa saat, Akira datang entah darimana. Ia pun masih membawa kitab dari mengaji tadi pagi. "Kalian udah piket ya?" tanya Akira pada teman-temannya.

"Udah, Ra." jawab Naya.

"Aduh, maaf ya. Aku nggak ikut piket. Tadi masih nemuin Ustadzah Salma buat nanyain bab ngaji tadi pagi yang belum aku pahami." jelas Akira merasa bersalah.

"Iya, nggak apa-ap-"

"Hoaamh.. emang beda ya Nay kalau sirkelnya Mamah Dedeh." ujar Alya tiba-tiba di balik bantal Naya.

Naya terkejut dengan kejulidan temannya ini. Apalagi didepan orangnya langsung. Ia pun tersenyum canggung kepada Akira. "Oh ya, emangnya tadi kamu nanyain apa, Ra?" tanya Naya mengalihkan pembicaraan.

"Banyak, Nay. Jadi tadi kan-"

Belum sempat Akira menyelesaikan kata-katanya, seseorang sudah memanggil Naya, "Nay, kamu dicariin Ning Nasywa." ujar Husna, teman sekamarnya, yang baru saja datang.

"Oh ya? Kenapa?" tanya Naya.

"Nggak tau juga." jawab Husna.

"Kamu kenal deket sama Ning Nasywa ya?" tanya Akira penasaran. Setahunya jarang ada santri yang bisa dekat dengan keluarga ndalem. Apalagi Naya tergolong santri baru.

"Lumayan sih. Kalau gitu gue duluan ya, Kir. Assalamualaikum." ujar Naya yang langsung buru-buru keluar.

"Wa'alaikum salam." jawab Akira lirih. Seketika tatapan Akira berubah tak suka pada Naya yang sudah pergi.

*****

Mata Naya menemukan Ning Nasywa sudah menunggunya di teras ndalem. Ia pun segera bergegas menemuinya. "Ning Nasywa." sapa Naya ramah.

Ning Nasywa yang di panggil langsung menoleh. Seketika ia tersenyum sumringah melihat kedatangan Naya, "Hai, Nay." sapa Ning Nasywa balik.

"Ning cari saya?" tanya Naya.

Mendengar itu, seketika wajah Nasywa cemberut, "Kok formal banget? Udah, kayak biasanya aja." ujar Nasywa tak terima.

"Nggak sopan, Ning. Saya udah santri disini." balas Naya tak enak.

"Nggak apa-apa. Kayak biasanya aja." ujar Nasywa kekeuh.

"Ya udah kalau gitu. Oh ya, kamu kenapa manggil aku?" tanya Naya kemudian.

Hafidz Al-GhazaliWhere stories live. Discover now