00. SERENDIPITY

224 31 7
                                    


hello, emucchicken!



ACT ZERO ;

ACT ZERO ;

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(n). the occurrence and developments of events by chance in a happy or beneficial way



Furuya Rei / Amuro Tooru

Furuya Rei / Amuro Tooru

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🌷┊ WE TALK at rain




Pukul 10 malam. Hujan deras menerpa Beika, disaat suasana hening dalam sebuah kafe.

Seorang pria sedang mengelap gelas, ia seorang pelayan kafe, atau tepatnya pekerjaan sampingannya, mata telaganya menatap pada sebuah meja yang masih terisi. Rasa heran terbetik di benaknya setelah sekian lama melihat sosok yang hanya termenung dengan tas sekolah di sebelahnya. Seragam SMA Teitan melekat di tubuhnya, remaja itu sudah berada di sana sejak sepulang sekolah. Secangkir kopi amaterasu yang sudah habis terlampir di meja.

Dan ini bukan yang pertama kalinya.





Amuro Tooru, begitulah nama yang masyarakat kenal, pria berusia hampir kepala tiga itu tak melepaskan pandangannya dari seorang pelanggan yang lagi-lagi hanya diam berjam-jam hingga tengah malam. Terkadang membuka-buka catatannya. Lalu berusaha agar tertidur dengan kepala bersandar di bantalan kursi. Yang jelas, rutinitas ini ia lakukan secara runtut. Meski tak pasti jadwalnya, selama sepekan, setidaknya ada tiga kali ia kesana untuk berdiam hingga kafe tutup seperti biasa.

Itulah yang seorang Furuya Rei amati dari pola kebiasaannya.





Perlahan pria itu melepaskan celemek kerjanya. Kemudian mendekati pelanggan itu, yang kali ini ia hanya melamun, tidak melakukan apapun.

Rei akui, meski remaja ini adalah pelanggan, ia tidak pernah mengobrol dengannya karena ia sangat pendiam. bahkan terlihat tak acuh dengan sekitarnya.

Berdehem sejenak, ia memulai percakapan. “Sudah tengah malam, nak, apa anda masih mau berlama-lama di sini? Karena Cafe Poirot akan segera tutup.”

Remaja itu mendongak, ia tersadar. “Ah, Amuro-san. Maaf. Saya terlalu lama melamun.” ia berdiri, meraih tas selempangnya, kemudian membungkuk sedikit.

“Tidak apa-apa, apa anda tidak membawa payung sehingga terjebak di Cafe ini?” Ia menggeleng sebagai balasan, tersenyum singkat. Menunjukkan sebuah payung lipat berwarna hitam yang ia genggam.




Rei mengernyit heran. Suara hujan makin berisik diluar kafe, membuat pikirannya berputar pada satu pertanyaan, lantas apa yang selalu menahan remaja tanggung ini untuk pulang?

31/1/24 ; SERENDIPITY - 00.

SERENDIPITY | furuya reiWhere stories live. Discover now