20~ Shock

4.5K 379 19
                                    

It's been a long day without you, my
friend
And I'll tell you all about it when I see
you again
We've come a long way from where
we began
Oh, I'll tell you all about it when I see
you again
When I see you again

Lagu See You Again soundtrack Fast and Furious 7 memenuhi kamarku ketika aku baru saja melangkahkan kaki masuk setelah mandi sore. Eh, mandi malam maksudnya. Karena aku baru selesai mandi pukul 06.30.

"Nomor siapa ini?" Gumamku ketika melihat nomor yang tertera pada ponselku. Nomor yang tidak memiliki nama dalam ponselku, apalagi hatiku. Oke, abaikan.

Tapi, karena aku penasaran siapa yang menghubungiku saat ini dan mungkin saja ini penting, aku menggeser dial phone warna hijau, lalu menempelkan ponselku ke telingaku sambil berkata, "Halo?"

"Hai, Kinan."

"Umm.. sorry, lo siapa?"

"Ini gue, Erik."

Deg.

Siapa?

Siapa tadi yang menelfonku?

"E-erik?"

"Eriko Putra."

Nama itu?

Benar-benar nama itu?

Dan dengan gaya sinetron yang selama ini Mamaku tonton, aku mendudukkan pantatku ke tepi kasur dengan sedikit mendramatisir. Tapi, telfonku masih berada di telinga. Belum aku jatuhkan, karena sayang sekali ponselku kalau jatuh dan akhirnya rusak. Bisa mati aku diamuk Mama.

"Apa kabar, Kin?"

Aku diam.

Berkedip saja pun tidak.

Nafasku pun menjadi tertahan.

Akhirnya, aku pun mematikan telfonku dengannya. Kuturunkan ponselku dari telinga dan aku pun merebahkan tubuhku di atas kasur dengan tatapan kosong.

Aku benar-benar tak percaya kalau aku akan mendengar nama itu lagi. Eriko Putra.

Aku pun menutup mataku dengan sebelah lenganku. Dan mencoba mengatur nafasku agar lebih tenang.

Kemudian, pintu kamarku terbuka. Aku membuka mataku dan menoleh ke arah pintu yang memunculkan seorang gadis dengan baju tidur oranyenya. Seorang gadis dengan rambut lurus sebahunya yang berwarna hitam pekat tanpa poni itu.

"Kin, makan!" Perintahnya.

Aku pun segera beranjak dari tempat tidur.

"Lo kenapa?"

"Nggak apa-apa." Jawabku lalu melangkah mengikuti langkah kaki Kak Lena keluar kamar, menuruni tangga, dan menuju meja makan.

Selama di meja makan yang hanya berisi aku dan Kak Lena, aku menjadi Kinan yang benar-benar pendiam. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutku. Mendengarkan Kak Lena mengoceh saja pun tidak. Aku tak menyangka mendengar nama itu lagi akan memberikan efek sebesar ini. Padahal, kufikir aku telah benar-benar melupakannya. Tapi nyatanya, semua yang pernah terjadi dulu masih terukir jelas dalam ingatanku.

"Kin?" Panggil Kak Lena yang seketika membawaku kembali ke dunia ini.

"Minggu depan kakak harus balik ke kampus."

"Lho? Kok cepet banget, sih, Kak?"

"Ada urusan di kampus yang harus kakak urus."

Dan wajah sedihlah yang terpampang di wajahku. Kemudian, hidungku dicubit oleh tangan nakalnya membuatku mengaduh kesakitan.

Bintang dan Semesta [SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now