Pernikahan

125 15 4
                                    

Suasana digedung yang sangat mewah tengah ramai didatangi oleh banyaknya tamu undangan yang hadir di acara pernikahan seseorang.

Seorang gadis tengah melamun di ruang riasnya. Memikirkan nasib yang telah menimpa dirinya.

Menghela nafas berkali-kali dan menatap dirinya dicermin yang telah memakai gaun pernikahan.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku tidak ingin menikah"

Suara ketukan pintu terdengar yang membuat dirinya hanya menatap datar pada orang yang telah masuk ke ruangannya.

"Kau sudah siap?"

"Takkan pernah siap"

"Anne. Maafkan ayah. Seharusnya ayah memberi tahumu hal ini sejak lama padamu. Ayah melakukannya untuk kebaikanmu sayang"

"Tapi ayah tak mengerti! Aku tak mau menikah dengannya, ayah tak tahu apa yang telah ia lakukan padaku beberapa hari yang lalu" ucapnya menahan air mata yang ingin keluar.

Sang ayah menghela nafasnya dan menatap putrinya tercinta. Ia tertunduk melihat putrinya yang hampir menangis.

"Maaf mengganggu kalian. Tapi acara akan segera dimulai. Mohon untuk pengantin wanitanya segera datang" sahut seseorang.

"Kami akan segera datang" kata sang ayah pada orang itu.

Ia kembali menatap putrinya dengan perasaan sedih. Seolah dirinya telah melakukan kesalahan besar.

Calon menantunya bukanlah orang asing, melainkan teman semasa kecil putrinya. Namun karena suatu keadaan yang membuat dia pergi dan putrinya yang harus menderita karena kehilangan ingatan tentang menantunya.

Ia tahu seharusnya ia juga bercerita hal ini pada putrinya. Namun ia tak tahu harus dimulai darimana hal ini.

"Sayang, ayo. Mereka sudah menunggumu" aja sang ayah.

Gadis itu hanya diam tak berkutik, menatap sang ayah dengan datar. Gadis itu kemudian berdiri tanpa ekspresi, berjalan keluar ruangan yang disusul oleh sang ayah.

Mungkin ia tahu bahwa ini bukanlah keputusan yang benar. Tapi tidak ada yang bisa ia lakukan saat ini.

Berjalan diantara para tamu undangan, decak kagum dari orang-orang yang telah melihatnya. Anne tahu bahwa semua orang tengah mengagumi dirinya.

Dia kemudian melihat ke arah altar, dimana seorang pria tengah berdiri dengan jas hitam dan dasi kupu-kupu yang tertera padanya.

Menatapnya secara datar tanpa mengalihkan perhatiannya sedikitpun darinya.

"Tolong jaga putriku dengan baik Peter. Aku mempercayaimu"

Sang ayah memberikan putrinya pada pria tersebut, dan memberikan sedikit pesan singkat padanya.

"Akan aku jaga dengan baik"

Pria paruh baya itu melenggang pergi ke sisi lain setelah mengantarkan putrinya itu.

Gadis itu hanya menunduk tanpa menatap pria dihadapannya yang tengah memperhatikannya.

"Jangan menunduk seperti itu sayang. Semua orang tengah memperhatikan kita berdua" ucapnya dingin.

Anne melirik padanya saat pria itu berbicara padanya. Dia melihat bahwa pria itu menatap semua orang dengan sedikit senyuman.

Anne berpikir bahwa pria dihadapannya memanglah sangat tampan apalagi saat dirinya tak sengaja melihat pria itu tersenyum, sangat menawan.

Pernikahan telah dimulai dan keduanya mengucap janji sumpah pernikahan. Walau dengan berat hati ia lakukan.

Pemasangan sebuah cincin pada kedua pasangan untuk membuktikan bahwa keduanya sudah terikat.

It was Love❤ Peter Pevensie Where stories live. Discover now