III

39 2 0
                                    

"I would rather obey a fine lion, much stronger than myself, than two hundred rats of my own species."

Voltaire

Kegiatan sehari hari ku setelah bangun tentu saja merapikan tempat tidur layaknya anak baik. Lalu turun ke lantai bawah dan membuat sarapan. Biasanya aku selalu sarapan sendiri, mama jarang sekali di rumah, untung nya dia selalu menitipkan uang di pantry. Tapi kali ini sepertinya tidak bisa seperti itu.

Mengapa aku bisa berpikir demikian, well begini. Setelah kejadian hampir matiku (atau aku memang benar benar mati saat itu) aku  terbangun di kamar seseorang. Kamarnya terlalu mewah, jika harus dideskripsikan maka kamar tidur yang ku tempati ini tidak beda jauh dengan kamar tidur Marie Antoinette. ornamen mewah ini pasti tidak bisa ku beli meski menggadai dua pasang ginjal ku. Tempat tidur yang ku tiduri sekarang bisa memuat sekitar 4 orang dewasa, memiliki lapis berwarna putih gading berpadu dengan warna pink pastel, tepat di depan ranjang terdapat karpet bulu berwarna putih terlihat. Chandelier yang terlihat mahal berada di atas kepalaku, di langit langit kamar terdapat pahatan bayi bayi malaikat sedang meniup trompet, kepala ranjangnya terbuat dari kayu berkualitas yang di pahat sedemikian rupa hingga terlihat mewah. Apakah mama baru saja membooking kamar VVIP untukku?.

Kepalaku mendadak pusing, kegilaan apa lagi ini. Aku terdiam sejenak mencoba meredakan pusing ku. Keheningan di kamar tiba tiba di usik dengan pekikan wanita paruh baya berpakaian maid?. "Oh demi Tuhan, lady Cecilia anda belum beranjak dari tempat tidur?, lihat lah keluar matahari sudah hampir tenggelam, Anda harus segera bersiap" Seru si wanita. Badanku menegang, siapa tadi yang dia sebut? Cecilia? Lady? Batinku terheran. Belum sempat memproses apa yang terjadi wanita berpakaian ala maid menghampiri ku. "Eh hei, sebentar ada apa ini?" Aku menarik tanganku ketika sang wanita ingin membantu ku beranjak dari tempat tidur.

Salah satu alis wanita itu naik, ekspresinya terheran seperti ekspresi Mary saat tidak bisa mengerjakan ujian kimia nya. Si wanita berhenti untuk membuatku beranjak dari tempat tidur. "Lady, ada apa dengan nada bicara anda?" Tanyanya dengan alis mengkerut lalu di lanjut kan dengan "Saya tahu anda sekarang sedang bercanda untuk mengulur waktu, anda pasti tidak mau ikut kandidat pemilihan tunangan pangeran Archie, tapi setidaknya anda harus menghargai undangan dari Kerajaan untuk setidaknya menghadiri pesta dansa untuk malam ini" Keluhnya dengan gelengan kepala.

Ha, rasanya aku ingin tertawa dengan lebar dia bilang Kerajaan? Pangeran? Pertunangan. Jangan bercanda. "Uhm maaf sekali nyonya, tapi sepertinya anda salah orang atau apakah anda di minta oleh gadis bernama mary Jane untuk melakukan prank terhadap saya? Karena jika iya tolong segera berhenti, saya benar benar tidak punya waktu untuk ini" Kataku sambil menatap sang wanita. Wanita tersebut menatapku seperti dia baru saja melihat kera yang bisa berbicara, "Lady, siapa mary Jane? Dan apa itu prank? Anda harus berhenti bercanda, Duke akan marah jika anda terlambat. bahkan Lady calliope sudah bersiap siap akan memilih gaunnya" Jawabnya keras kepala.

Tanpa basa basi lagi dia menarik ku dari atas tempat tidur dan memanggil beberapa maid lagi masuk ke dalam. Aku yang masih bingung pun hanya mengikuti akan ku proses ini secara perlahan. Jadi disini lah aku berakhir di bathtubs berbahan kayu berkualitas dan diisi dengan air hangat yang telah di taburi kelopak bunga dan wewangian. Awalnya aku menolak mati matian, aku ini remaja 18 tahun kenapa harus di mandikan layaknya anak kecil tapi melihat tatapan mata sang wanita yang cukup menyeramkan membuatku langsung mematuhinya, Rambut ku di gerai dan di basahi dengan air tersebut, di sisir dan olesi semacam minyak. Rambut Brunnet ku di manjakan dengan tangan tangan lentik para maid. Lalu maid berambut Ash blonde sebahu mulai menuangkan air mawar dari dalam metal pitcher ke kepalaku, membasuh rambutku.

Selanjutnya, aku di bantu untuk beranjak. Aku duduk di salah satu kursi yang di sediakan sementara para maid mengeringkan rambutku, sebagain maid lagi mulai mencampurkan olive oil dan madu di satu tempat dan mengaduknya "mask hari ini tidak menggunakan yogurt dan berrie karena anda mengeluh tidak menyukai tekstur dari yogurt" Sumpah deh, aku bahkan tidak kenal dengan kalian sejak kapan aku bilang hal semacam itu. Mereka mulai mengoleksi sepanjang wajahku, lalu di biarkan beberapa saat.

Setelah membilas wajahku, Aku di dudukan depan cermin yang sekali lagi di kelilingi dengan ukuran kayu bergaya Rococo, saat mengangkat wajahku Deg aku tertegun. Ini memang wajahku tapi versi lebih terawat, tidak ada lagi bekas debu menempel di wajahku, tidak ada lagi bekas jerawat yang mengganggu. Wajahku ini versi elite nya. Namun reaksi kagum berganti dengan ekspresi horor milikku dikala ingatan asing mulai menyerbu otak kecilku. Saat itu hanya satu pertanyaan yang muncul di benakku apakah Mary Jane si gila gosip itu menyumpahi ku mati lalu masuk ke tokoh fiksi Kesukaannya?.

TBC... Jangan lupa comment nya, see yaaaa

Art : the accomplice by auguste maurice cabuzel

House Of CicileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang