BAB 1

2 0 0
                                    

Adam mengambil langkah besar menyusuri rumah sakit yang begitu luas. Dadanya berdebar hebat setelah mendapat telpon dari Bundanya bahwa adik kembarnya sedang dalam keadaan serius. Dia langsung menuju kamar yang dimaksud bundanya.

"Apa yang terjadi, Hawa?" Adam membuka cadar yang menutupi wajah gadis yang sedang duduk meringkuk, tubuhnya menggigil, dia memeluk lututnya dengan tangan gemetar.

Hati Adam terasa hancur berkeping-keping melihat adik kembar yang semestinya dia lindungi kini terluka fisik dan batinnya.

Sudut bibir Hawa terluka, pada pipi putihnya ada goresan yang cukup dalam. Adam juga menyingkap dua lengan Hawa, semua yang dia lihat adalah luka lebam membiru. Adik yang beda kelahiran 5 menit darinya itu menjadi korban Bulliying di sekolahnya.

"Siapa yang melakukan hal bejat ini? Katakan!" Pekik Adam. Dia mengatupkan rahang atas dan bawah dengan keras. Walau sedang emosi, air matanya terus mengalir di pipi. Titik terlemahnya adalah ketika melihat 2 wanita berharga dalam hidupnya mengalami hal buruk. Dan yang menimpa Hawa adalah yang terburuk baginya.

"Jawablah Hawa!" suara Adam melirih setelah menata wajah pucat dengan tatapan kosong itu. Hawa hanya diam.

"Hawa didiagnosa mengalami anxiety disorder. Dia tidak akan menjawabmu apa yang sesungguhnya terjadi." Bunda yang menemani Hawa sejak awal menjelaskan dengan singkat pada Adam.

Dari fakta yang Adam lihat dan dengar dia bisa menebak sesuatu. "Apa Hawa menjadi korban bulliying?" Kedua alisnya nyaris bertemu.

Bundanya mengangguk pelan. Laju air mata yang menemani dirinya pun sudah mulai mengering.

"Tidak mungkin gadis ceria seperti Hawa dirundung?!" Adam tidak habis pikir, Hawa adalah gadis yang suka berteman dengan siapa pun. Setiap Adam kembali dari Boarding School dia hanya melihat Hawa yang ceria dan bahagia. Tidak ada celah untuk mencurigai tindak kekerasan yang dialaminya di sekolah. Hawa menyembunyikannya dengan cukup baik.

Adam dan Hawa adalah anak kembar yang tidak satu sekolah. Adam memilih Boarding School sementara Hawa memilih sekolah elit dengan bayaran fantastis. Sebagaimana kesepakatan mereka berdua bahwa tidak sudi berada dalam satu sekolah.

"Pasti ada sesuatu yang membuatnya di rundung. Tapi apa?" Adam tidak bisa berpikir tentang hawa.

~O.O~

Sudah sepekan lamanya Hawa tidak masuk sekolah untuk menjalankan pengobatan. Tiada etikat baik dari sekolah untuk menjelaskan apa yang terjadi pada siswa ini. Alhasil, ayah Hawa datang ke sekolah untuk meminta keadilan.

"Katakan saya tidak ada di sini!" Ujar Rocky kepala sekolah SMA Andromeda kepada wakilnya, Selfina.

"Maaf, Pak Rocky tapi orang tua Hawa bukan orang sembarangan, dia adalah pemilik perusahaan terkemuka di Jakarta!" Kata Selfina memberi sedikit pencerahan pada Rocky.

"Jadi Hawa bukan anak beasiswa?" Kepala sekolah yang tidak kompeten ini pun terkejut.

"Bukan, Pak!"

Terlihat gurat kepanikan muncul pada wajahnya. Dia langsung meraih ponsel dan menghubungi nomor dengan nama Direktur Atika. Dia menyampaikan informasi penting yang dia lewatkan.

"Anak pengusaha ternama? Kalian gila?! Kenapa harus berurusan dengan mereka!" Pekik Atika dari seberang sana.

"Saya juga baru tahu identitas aslinya, Bu! Karena Agra mengatakan dia hanya siswa biasa diantar dengan mobil murah dan segala yang dia pakai bukan barang branded!" Rocky menjelaskan ulasan putranya yang sekelas dengan Hawa. Dia langsung berkesimpulan bahwa gadis itu bukan dari keluarga elite. Akan mudah menutup kasus yang menimpanya.

KING ADAM जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें