⓿➍ : six

45 13 0
                                    

𝘗𝘦𝘳𝘪𝘯𝘨𝘢𝘵𝘢𝘯!

𝘍𝘢𝘯𝘧𝘪𝘤 𝘪𝘯𝘪 𝘮𝘶𝘳𝘯𝘪 𝘬𝘢𝘳𝘺𝘢 𝘈𝘶𝘵𝘩𝘰𝘳 𝘤𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘬𝘶𝘵 𝘱𝘢𝘶𝘵𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘰𝘳𝘪 𝘭𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘣𝘦𝘳𝘢𝘱𝘢 𝘢𝘥𝘦𝘨𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘴𝘵𝘪 𝘢𝘥𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘶𝘣𝘢𝘩 𝘥𝘦𝘮𝘪 𝘬𝘦𝘯𝘺𝘢𝘮𝘢𝘯𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘢

𝘚𝘦𝘬𝘪𝘢𝘯

.

'Canggung banget tolong!' Batinku menangis.

Tidak tahu harus berbuat apa merasa canggung karena sekarang hanya ada aku dan Six, aku duduk dan bersandar ditembok menunggu Mono untuk kembali.

Dia masih berdiri, dan aku baru tersadar sedari tadi Six menatapku dengan mata yang tertutup oleh rambutnya itu sebelum berbalik kearah lain.

Mang keliatan yak?

Aku mengalihkan pandanganku, anak ini benar-benar membuatku tidak nyaman. Karena tak ada pilihan lain akupun memutuskan untuk membuat kesan yang baik yahh walau itu harus dimulai dengan acara mengobrol.

"Umm... jadi siapa namamu?" Krik... krik. Yap dia tidak menjawabku, ni anak ga denger atau pura-pura budeg sih?

"Uhh— apa kamu punya nama?" Tanyaku sekali lagi dan dia tak menjawab. Oke sekarang aku kesal dan malu dijawab kek! Kayak ga punya mulut aja.

Aku menghela napas kasar, sebelum mendengar penuturan Six yang akhirnya mau menjawab pertanyaanku.

"Six." Jawabnya singkat tak sedikitpun menoleh padaku.

Bangke emang.

"Hi Six! Senang bertemu denganmu. Ku harap kira bisa keluar bersama-sama dari tempat ini." Ucapku dengan nada riang yang ku buat-buat supaya terdengar ramah.

Dia tak menjawab lagi.

"Dan.. apa kau juga terjebak disini? Bagaimana bisa?" Tanyaku lagi berusaha untuk memusnahkan keheningan yang seperti bisa membunuhku kapan saja.

Six akhirnya menoleh terlihat dia ingin menjawab pertanyaanku sebelum—

"Hi!! Aku kembali!" Ucap Mono melompat dari atas sambil menjatuhkan sesuatu yang kukira itu adalah tuas seperti digame-nya.

Six berjalan kearah tuas yang dijatuhkan Mono dan mengambilnya.

"Hah... waktu disana aku melihat manekin nenek tua yang mengerikan! Saat aku mau mencabut tuas itu dari tangannya tiba-tiba aku tak sengaja mencopot tangannya." Tutur Mono berjalan kearahku dan langsung menggenggam tanganku dengan napas yang masih tak beratur, sepertinya pemandangan itu membuatnya trauma.

"Haha tak apa Mono untuk sekarang kita aman. Kerja bagus!" Aku tersenyum memujinya sembari mengacungkan ibu jariku tanda bahwa aku bangga padanya.

Mono diam sebentar sebelum menganggukkan kepalanya dengan semangat.

"Hey kamu yang kotak, bisa tolong naik." Suara Six berhasil memotong pembicaraan kami, aku menatapnya kesal.

"Oh! Kau benar, [Name] tunggu disini ya aku akan segera kembali." Pintanya sebelum melepaskan tautan kami dan kembali berjalan kearah kantung yang tergantung dilangit-langit.

Lagi-lagi aku hanya bisa diam. Posisiku disini memang hanya sebagai karakter sampingan yang tiba-tiba muncul, lain dari mereka yang noted karakter asli game ini.

Membantu sekalipun tak akan memengaruhi apapun yang malah aku jadi beban, lompat pun tak pandai hadeh.

Kebanyakan rebahan waktu masih diindo aku hehe...

Kring!

Suara kunci yang terjatuh, Mono segera mengambil dan memasukkannya ke kantong jaketnya.

"Ayo!" Ajak Mono seraya langsung berjalan kearahku dan menggenggam tanganku lagi. Sesampainya ditangga yang kami gunakan untuk naik ke loteng ini Mono melepaskan gengaman tangan kami.

Mono berbalik kearahku, sebelum mengangguk dan memberiku isyarat untuk turun kebawah. Tanpa disadari ternyata Six sudah lebih dulu ada dibawah menunggu kami untuk turun.

Aku dengan ragu melihat kebawah, meneguk salivaku sesaat setelah sadar betapa tingginya tangga ini.

Dengan perlahan akupun turun Mono masih diatas setia memperhatikanku jika-jika aku tak sengaja jatuh.

Dan benar saja, tanganku yang sudah keringat dingin mengakibatkan pegangan tangga menjadi licin tanganku terlepas dari tangga terlihat juga tatapan Mono yang membulat dan dengan sigap langsung mengulurkan tangannya untukku raih namun itu terlambat.

Aku benar-benar jatuh.

Aku bukan Mono atau Six yang jika jatuh dari ketinggian ini takkan mati. Yakan mereka punya superpower kek marv*l

'Aku bakal bangun!? Akhirnya! ' Jeritku dalam hati.

Kututup mataku bersiap jika nanti aku akan terbangun dari mimpi ini.

Hap!

Aku masih setia menutup mataku, seharusnya ini sudah didasar tapi... kok aku ga ngerasain apapun? Apa aku sudah bangun?

Kuperlahan membuka mataku, membiasakan cahaya yang masuk sebelum atensiku terhenti menatap seseorang.

"Lain kali hati-hati."

Wajahku bersemu, oh! Aku yakin itu lihatlah orang yang menangkapku sekarang bukan Mono atau siapapun, ITU SIX!

T—tapi kenapa wajahnya begitu...

'Serem bangs*t!!...' batinku menatapnya horor.

Aku menatap lamat-lamat orang yang kini mengendongku ala bridal-style, bukan hanya itu pegangannya pun kuat terhadapku! Seperti... dia tak mau aku jatuh lagi.

"Kamu baik-baik aja? Ada yang sakit? Dimana?? Tolong beritahu aku [Name]!" Mono yang sehabis turun dari tangga pun menghampiriku dengan nada khawatirnya itu.

Mono meminta Six untuk menurunkanku, ntah perasaanku atau bukan Six seperti tidak rela melakukannya namun dia menuruti apa kata Mono.

"Kamu gapapakan? Mau ku gendong?" Tawarnya.

Aku menggeleng keras baru segini aja udah dikhawatirin begitu skskak bikin baperr!!

"Eh— aku gapapa kok Mono tenang aja gaada yang luka"

Kulihat Mono mengangguk seraya menghela napas. "Syukurlah kalau ada yang sakit bil—"

"Ekhem, kunci.." Six berucap, melipat kedua tangannya menatap Mono malas.

Yang ditatap pun balik menatapnya tajam, sebelum atensinya melembut ketika melihat kearahku.

"Dia memang tidak sabaran, yuk lanjut." Mono mengulurkan tangannya lagi dan aku menerimanya dengan senang hati.

Doi suka banget yah gandengan? Lumayan whehehe..

T͓̽o͓̽ ͓̽b͓̽e͓̽ ͓̽c͓̽o͓̽n͓̽t͓̽i͓̽n͓̽u͓̽e͓̽d͓̽

23-01-24

The End [Littlenightmaresxreader]Where stories live. Discover now