Aku Issa

3 0 0
                                    

Pandanganku menarik sendu pada embun yang membawa rindu, seolah ingin menyampaikan kabarku di dalam kalbu kepada ibu. Ada saat dimana aku mempertanyakan kenapa ibu mengirimku jauh dari peluknya untuk menghinggap pada yang lain dengan sia-sia. Sesak rasanya mengingat kembali bagaimana dengan mudahnya ibu meninggalkanku di rumah ini, pertanyaan itu terus muncul di dalam benakku, mengapa harus aku diantara sembilan bersaudara itu.

Aku Issa, anak keempat dari sembilan bersaudara, pada umur 8 tahun ibu meninggalkanku di rumah adiknya, menorehkan luka padaku karena ketidakrelaaan untuk berpisah dengan saudara-saudaraku yang lainnya.

"Issa jadi anak baik ya tinggal sama bunda, jangan bakal dan nyusahin bunda," peringat ibu. Wajahnya tegas namun tidak semenakutkan ayah sih, walaupun begitu tetap saja aku tidak rela.

"Issa mau main sama abang, kakak, dan adek-adek bu," jawabku. Wajah ibu menengang, memendam amarah, aku sangat hapal hal tersebut. Banyak hal yang membuat ibu marah-marah, dengan wajahnya yang tegas dan mata tajam, kami bersaudara tak berani untuk melihat wajah ibu ketika marah.

STUCK

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Jan 23 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

Dear meDonde viven las historias. Descúbrelo ahora