Bab 40

126 17 0
                                    

Seusai Fiona masuk ke dalam mobil dan duduk di jok belakang, sebenarnya ada beberapa hal yang ingin disampaikan Krisna. Salah satunya adalah permintaan maaf atas kata-katanya yang tadi meluncur begitu saja tanpa kontrol. Krisna takut Fiona salah paham padanya, meski sesungguhnya memang itulah yang ia rasakan. Bagi Krisna hanya Fiona lah satu-satunya wanita yang ada dalam hatinya. Sementara Fiona telah menyelamatkan harga dirinya di hadapan Edgar. Krisna merasa sangat bersyukur atas pertolongan Fiona.

Namun, niat Krisna untuk meminta maaf mesti ia urungkan karena ponsel milik Fiona bergetar dan membuat wanita itu beralih fokus pada isi tasnya. Sedang Krisna mulai melajukan mobil milik Fiona ke jalanan. Fiona harus menghadiri rapat beberapa menit lagi.

Sebuah panggilan masuk dari ibu Fiona.

"Halo... " Fiona menyapa setelah menggeser ikon hijau di layar ponselnya.

Alih-alih mendapat balasan serupa, telinga Fiona justru menangkap suara tangis dari ujung sana. Pertanda ada sesuatu yang tidak beres pada ibu Fiona.

"Ada apa, Bu? Kenapa menangis?"

Krisna mendengar suara panik Fiona dan seketika mengintip ke arah spion tengah.

Butuh beberapa saat hingga Ibu Fiona bisa mengendalikan diri dan menjawab pertanyaan putrinya.

"Ayahmu mengalami kecelakaan, Fi. Sekarang Ibu ada di rumah sakit," tutur Ibu Fiona berusaha menguatkan diri semampunya.

"Lalu bagaimana keadaan Ayah, Bu?"

"Kamu datang saja kemari." Ibu Fiona lantas menyebutkan nama salah satu rumah sakit.

"Baiklah, aku akan ke sana sekarang."

Setelah menutup telepon, Fiona langsung menyuruh Krisna untuk mengubah tujuan perjalanan mereka. Fiona juga menghubungi sekretarisnya dan menyuruh untuk membatalkan rapat. Ayah Fiona mengalami kecelakaan dan entah bagaimana kondisinya saat ini. Ibu Fiona terkesan enggan untuk memberitahu.

Firasat Fiona mengatakan telah terjadi sesuatu yang buruk pada Ayahnya. Tapi Fiona tak ingin terpaku pada kemungkinan terburuk hanya berdasarkan firasat.

Pertemuan Fiona dengan Edgar seketika terlupakan dari benak wanita itu. Juga ucapan Krisna, menguap begitu saja dari pikiran Fiona. Kini kepala Fiona dipenuhi dengan Ayahnya.

**

Sebelumnya Fiona nyaris tak pernah merasakan firasat apapun tentang sesuatu. Entah itu firasat baik atau buruk, Fiona tidak pernah merasakannya. Tapi kali ini firasat Fiona tentang Ayahnya benar adanya. Nyawa Pak Burhan tidak bisa tertolong setelah mengalami kecelakaan beruntun di jalan tol menuju bandara. Meskipun pria itu segera dilarikan ke rumah sakit pasca kejadian, tetap saja bantuan tenaga medis tak bisa menyelamatkan nyawanya. Sementara Ayah Krisna yang saat itu mengemudikan mobil hanya mengalami luka ringan.

Ketika tiba di rumah sakit, Fiona melihat wajah Ibunya bersimbah air mata. Wanita itu tampak duduk di salah satu kursi di lorong rumah sakit. Tubuhnya terlihat lemah dan tampak ditopang oleh salah satu kerabat mereka.

Dunia seolah berhenti bagi Fiona detik itu juga. Tubuhnya seolah mengambang di permukaan lantai keramik. Kedua kakinya hanya terdiam dan tak bisa melangkah mendekat ke depan sana.

Pikiran wanita itu mengembara menjelajah waktu.

Selama ini hubungan Fiona dan Ayahnya seperti rollercoaster. Terkadang mereka berbagi argumen dan berdebat tentang banyak hal. Fiona yang cenderung keras kepala sering tak sejalan dengan pendapat Ayahnya. Hanya beberapa waktu belakangan hubungan keduanya mulai melunak.

Fiona tahu selama ia menjalani pernikahan dengan Edgar, diam-diam Pak Burhan mengawasi kehidupannya. Pria itu menempatkan salah satu orang suruhannya untuk memata-matai rumah Fiona. Bahkan ketika Edgar menjalin hubungan gelap dengan seorang wanita, Pak Burhan lah yang memberitahu Fiona. Bahkan pria itu tak segan untuk melenyapkan seseorang yang telah menyakiti hati putrinya. Sesungguhnya sedalam itulah cinta Pak Burhan untuk Fiona.

Satu hal yang tiba-tiba menyergap benak Fiona, apakah semua ini adalah karma atas apa yang dilakukan Ayah Fiona terhadap Mira?

Lutut Fiona mendadak lemas. Wanita itu hampir saja ambruk, tapi sepasang tangan menahan tubuh Fiona dengan gerakan sigap.

Krisna.

Pria itu masih sempat menyelamatkan tubuh Fiona agar tidak jatuh ke atas lantai rumah sakit. Ia bahkan membimbing Fiona untuk berjalan menuju ke arah deretan kursi besi tahan karat yang berada tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

"Aku akan ambilkan minum... "

"Tidak perlu," cegah Fiona saat Krisna berniat untuk pergi mengambilkan air minum. Fiona merasa masih kuat dan tak butuh air minum untuk mengatasi perasaannya yang sedang terguncang. Hal semacam itu tidak berlaku bagi Fiona. Air minum sebanyak apapun tidak akan bisa membuatnya jauh lebih kuat dari yang sekarang. "Jangan pergi, Kris. Tetaplah di sini."

Fiona mencengkeram ujung kemeja yang dikenakan Krisna dan memohon agar pria itu tetap tinggal di sisinya. Keberadaan Krisna di samping Fiona lah yang jauh lebih berarti saat ini.

***

MY DANGEROUS WIFE season 2 (End)Where stories live. Discover now