Bab 14

171 17 0
                                    

Billy mendapatkan dua kabar sekaligus pagi ini. Yang satu kabar bahagia, sedang yang lain sebaliknya. Kabar baiknya Edgar telah sadar dari koma dan berita buruknya Fiona langsung menggugat cerai suaminya begitu tahu ia sudah membuka mata. Fiona menunjuk Billy sebagai kuasa hukumnya, padahal ia tahu benar Billy bersahabat dengan Edgar. Agaknya Billy bisa menebak jika Fiona memang sudah merancang hal itu sebelumnya. Wanita itu tahu cara balas menyakiti Edgar, pikir Billy yang peka pada keadaan.

Pria lajang yang berprofesi sebagai pengacara itu bergegas membersihkan diri usai berbincang di telepon dengan Fiona. Setelah diberitahu tentang kondisi Edgar, ia  berencana akan berkunjung ke rumah sakit sebelum pergi ke kantor. Billy akan singgah di sana sebentar demi memastikan kebenaran berita yang disampaikan Fiona. Billy perlu kabar detailnya.

Meskipun Billy ingin cepat-cepat sampai di rumah sakit dan bertemu dengan Edgar atau minimal salah seorang kerabatnya, pria itu tak mau melewatkan sesi sarapan. Bagi Billy mengisi perut di pagi hari merupakan ritual yang sangat penting sebelum menjalani aktifitas seharian. Apalagi profesinya sebagai pengacara yang sibuk, membuat jadwal makannya terkadang tidak teratur.

Hari ini cerah dan lalu lintas cukup padat meskipun jam berangkat ke sekolah telah lewat beberapa jam lalu. Billy mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang meski ia ingin segera tiba di rumah sakit. Kantor terasa sepi tanpa kehadiran Edgar. Ia yang biasanya memberi masukan pada Edgar ketika menceritakan hal-hal pribadi, tiba-tiba sangat merindukan sosok sahabatnya. Tindakan Edgar memang tidak terpuji dan Billy sudah memperingatkannya berkali-kali. Andai saja Edgar mau sedikit mendengar saran yang diberikan Billy waktu itu, mungkin semua ini tidak akan terjadi.

Sepanjang perjalanan ke rumah sakit konsentrasi Billy terbagi menjadi dua. Ia harus tetap fokus pada kemudi, sedang pikirannya terus menerawang jauh pada kehidupan rumah tangga Edgar. Mungkin inilah yang membuat Billy merasa sedikit takut untuk menikah. Bukan berarti Billy takut jika dirinya akan berselingkuh, tapi justru ia khawatir pasangannya tidak setia. Pasalnya Billy pernah mengalami pengalaman serupa di dalam kehidupan asmaranya beberapa tahun lalu. Meskipun belum tentu kekhawatiran yang ia rasakan itu akan benar-benar terjadi.

Billy sudah pernah mengunjungi Edgar dua kali pasca mengalami kecelakaan. Jadi, ia hafal di mana letak kamar Edgar. Namun, begitu menginjakkan kaki di lantai lobi rumah sakit, takdir justru mempertemukan Billy dengan Emily, kakak perempuan Edgar. Emily yang lebih dulu memanggil Billy karena ia yang pertama kali melihat sahabat adiknya itu.

"Billy!"

Billy sadar diri begitu namanya disebut seseorang. Nama Billy tidak begitu pasaran dan di sekeliling tempatnya berdiri sedang tidak banyak orang. Jadi, ia percaya diri menolehkan kepala mengikuti arah datangnya suara.

Emily tampak berjalan menuju ke arah Billy berdiri. Langkahnya sedikit gontai. Wajahnya polos tanpa riasan  dan terkesan kurang istirahat. Namun, sisa-sisa perawatan kecantikan masih tampak di sana. Rambutnya diikat ke belakang demi sebuah kepraktisan. Pakaiannya seadanya dengan dibalut sehelai cardigan panjang berwarna hitam. Wanita itu benar-benar abai dengan penampilan.

"Kak Emily mau ke mana?" sapa Billy begitu Emily tiba di hadapannya. Gaya bicaranya santai dan akrab. Ia dekat dengan Edgar, jadi Billy merasa berteman baik dengan Emily.

"Pulang. Aku sudah dua hari tinggal di rumah sakit, Bil. Aku butuh mengistirahatkan tubuh," ucap Emily setengah mengeluh.

"Memang ke mana Mama dan Papa?" Yang Billy maksud adalah kedua orangtua Emily.

"Kondisi Mama sedikit menurun, jadi aku menyuruhnya agar beristirahat di rumah. Aku menyuruh Papa untuk menemani Mama. Oh ya, Edgar sudah sadar semalam, Bil," papar Emily menceritakan keadaan anggota keluarganya pada Edgar.

"Makanya aku datang kemari, Kak."

"Tapi aku belum memberitahu siapapun kalau Edgar sudah sadar. Aku hanya memberitahu Mama dan Papa. Apa Mama yang mengabarimu?"

"Bukan. Fiona yang memberitahuku."

"Fiona?" Kening Emily mengerut saat Billy menyebut nama Fiona. Ia tidak pernah memberitahu Fiona sebelumnya. Mungkin Mama atau Papa yang sudah memberitahu Fiona, simpul Emily dalam hati.

"Bisa kita bicara sebentar, Kak?" pinta Billy di saat kening Emily berangsur normal. Ia tak lagi mempermasalahkan dari mana Fiona tahu jika Edgar telah sadarkan diri.

Tiba-tiba saja Billy merasa harus memberitahu Emily tentang gugatan cerai yang diajukan Fiona sebelum ia mengatakan langsung pada Edgar.

"Kak Emily tidak buru-buru, kan?"

Emily terdiam sebentar. Awalnya ia ingin cepat-cepat tiba di rumah setelah dua hari menginap di rumah sakit. Emily ingin segera membersihkan diri, keramas, mengganti pakaian, lantas makan sesuatu yang manis, setelah itu tidur di atas ranjangnya yang empuk. Tapi, pertemuannya dengan Billy justru membuat Emily terpaksa menunda keinginannya beberapa saat.

"Apa itu sesuatu yang penting?" tanya Emily penasaran. Seandainya bukan hal yang penting, mungkin mereka bisa membicarakannya lain kali.

Namun, anggukan kepala Billy mengisyaratkan jika hal yang ingin disampaikannya sangat penting. Emily tak bisa menolak. Wanita itu akhirnya menyetujui permintaan Billy.

"Kalau begitu kita cari tempat yang nyaman untuk bicara," usul Emily sejurus kemudian dan ditanggapi positif oleh Billy.

***

MY DANGEROUS WIFE season 2 (End)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ