Chapter VIII - 1

0 0 0
                                    

Pertanyaan Wind itu, sudah berapa kali kukira aku bisa melakukannya namun, pada akhirnya aku tak berani mendekati Ayahku atau mengajaknya bicara berdua.

"Wind, menurutku Ayahku membenciku dan menurutmu jika kulakukan itu dan dia memang membenciku, itu ada gunanya? Baginya aku dan ibu tampak tak ada artinya lagi dan dia hanya peduli dengan Guinevve dan calon bayi mereka, apa salah aku membenci calon bayi mereka itu yang tak tahu apapun namun telah merebut semuanya dariku?" Luca tampak sangat berbeda dari dirinya yang biasa, sisinya yang seperti ini selalu ingin dia singkirkan.

"Ya, kau harus membicarakan berdua dengan Ayahmu dan jika setelah itu dia tetap memihak kedua orang itu, disana mungkin semuanya akan jelas dan kau tahu apa yang seharusnya kau lakukan, kau tak salah membenci calon bayi itu namun, saat bayi itu lahir jangan pernah kau berkata seperti itu, karena dia hanya anak kecil yang tak memiliki kendali atas apapun." Ujar Wind dengan nada dan tatapan seriusnya.

Komunikasi itu hal yang penting dan jika kita sudah berbicara empat mata dan ternyata Ayah Luca tetap memihak kedua orang itu, mungkin Luca akan tahu pilihan apa yang akan  ia ambil untuk kebaikkan semuanya.

"Hah~, kuharap semuanya akan membaik~" Kata Luca sambil melihat keatas langit.

Wind langsung berdiri dari duduknya, "Kelas sudah mau dimulai, lebih baik kita balik kesekolah lagi." Ujar Wind dengan senyum ramahnya, Wind sendiri tak tahu apa yang harus Luca lakukan agar dirinya dan Ayahnya bisa harmonis lagi seperti dulu, ia hanya bisa mendengarkannya agar Luca tak sebegitu tertekannya dengan kondisinya yang sekarang.

"Ah, terima kasih sudah ingin mendengarkan." Luca yang langsung berdiri sambil meregangkan badannya, mungkin Luca akan coba untuk komunikasi dengan Ayahnya 4 mata seperti yang Wind sarankan, jika itu memang diharuskan, tak peduli ada yang berubah atau tidak.

Sesampainya disekolah, Wind ke ruang kepala sekolah dan Luca kekelas lebih dulu.

"Wind, kerja bagus telah membuat kedua pembuat onar itu lebih teladan,  3 bulan lagi ujian kenaikkan kelas, kurasa jika Cherry dan Luca bisa masuk dalam 7 besar, tugasmu sebagai pengawas akan selesai disana, kedepannya saya menantikan kinerjamu." Ujar Kepala Sekolah, 2 bulan sejak Wind ditugaskan menjadi pengawas kedua pembuat onar itu, mereka tampak lebih sering masuk kelas dan mendapat nilai bagus dikelas bahkan terkadang masuk tiga besar.

Pelajaran hari ini berakhir dengan baik-baik saja, untungnya dikelas aku cukup fokus saat dipanggil guru jadi tak ditegur oleh maniak bermuka dua itu.

Hari ini masih ada les juga, awalnya mereka berencana pergi bersama, namun Cherry dan Wind tampaknya pergi dengan jam berbeda karena masih ada urusan yang belum diselesaikan jadi, Luca pergi dengan Maels.

Disuasana yang hening tiba-tiba Maels mengajukan pertanyaan yang mengejutkan Luca dan membuatnya sempat tercengang.

"Orang yang Cherry suka?" Tanya Luca memperjelas, sudah dua orang bertanya hal yang sama padanya, salah satunya Cosmos.

"Ah, b-bukan begitu maksudku, maksudnya, apa pernah Cherry memberitahumu soal apa ada yang dia sukai? Aku hanya penasaran saja, soalnya,..... Soalnya, i-itu bisa menganggu pelajaran, 'kan? Wind tidak suka dan kupikir ah, be." Maels yang bicaranya tidak jelas, walau sebenarnya terlihat jelas dariawal dia menyukai Cherry, bahkan sebelum dia dekat dengan Cherry saat Wind meminta bantuan untuk mengajarinya.

"Iya, iya, aku mengerti, bukannya dia suka Wind? Dia tak mengatakan padaku secara langsung padaku, sih, tapi, dia sering kan memperhatikan Wind diam-diam, apa perasaanku saja?" Kata Luca yang hanya mengatakan apa yang ia rasakan.

"Benar juga ya, tapi dia tak mengatakan padamu seperti itu kan? Apa dia pernah mengatakan sesuatu soalku padamu?" Tanya Maels dengan mata berbinarnya, dibanding Kittale, Maels memang lebih mudah bergaul dan juga tak pernah menganggap Luca ataupun Cherry pembuat onar.

"Hm, iya, kau masih ada kesempatan, lagipula, Wind menyukai perempuan bernama Sena, Sena, itu, 'kan?" Luca yang tak terlalu peduli akan kisah percintaan Wind, Cherry ataupun Maels, dia lebih fokus pada dirinya sendiri.

Maels tampak sedikit terkejut, "Luca, kau jangan bicara seperti itu didepan Sena ataupun Wind, memang banyak yang mendukung mereka jadian, tapi mereka itu benar-benar hanya teman, apalagi Sena, tak mungkin sekali dia menyukai Wind." Maels yang tampaknya tahu hubungan pertemanan macam apa Sena dan Wind.

Sebegitunya? Sebenarnya siapa Sena?

"Aku tahu kau pasti penasaran kenapa aku berkata begitu, sama dengan Kittale, Sena juga teman masa kecilnya, tipe Sena itu.... Yang menghibur dan positif, tidak seperti Wind yang terlalu positif dan sangat serius." Ujar Maels yang tiba-tiba jadi menjelaskan walau Luca tak bertanya apapun.

Sama sekali tak penasaran.
Tapi, Wind memang tipe yang sangat serius dan juga terhadap perempuan dia lebih dingin dibanding biasanya, ya mungkin supaya mereka tidak berharap lebih padanya, cukup baik juga.

"Wakil ketua kelas bukan teman masa kecilnya?" Mengingat banyak rumor seperti itu.

Maels langsung mengatakan disekolah ada yang mendukung kedua orang itu makanya dibuat rumor seperti itu, apalagi Trisha memang menyukai Wind juga.

"Aku pertama kali mengenalnya 3 tahun lalu saat ia pindah kesekolah itu, namun Kittale dan Sena sudah mengenalnya bahkan sebelum kesekolah ini." Maels cukup tahu banyak soal hal ini karena dirinya bertanya pada Kittale.

Begitu rupanya.

"Apa yang kau sukai darinya? Cherry." Tanya Luca penasaran, selama ini Luca kira Maels hanya bersimpati pada Cherry namun, tampaknya lebih dari itu.

"Aku dan Cherry sempat tetanggaan, Cherry tak mengingatnya karena dia hanya 6 bulan disana, namun aku mengingatnya karena dia teman pertamaku saat aku pindah ke kota ini, aku berasal dari Los Angeles, bukan New York." Maels yang langsung membuka ponselnya dan mencoba menunjukkan sesuatu.

Wah, ternyata dunia sangat kecil.

Beberapa menit kemudian, Maels menunjukkan sebuah foto yang terdapat 2 anak kecil disana yang sedang bermain, tampaknya mereka ada ditaman anak-anak.

"Ini Cherry dan ini aku, itu saat kita umur 6 tahun, Ayahku yang fotoin kami saat itu." Maels sambil menunjuk fotonya, keduanya tampak masih sangat kecil.

Maels mengatakan saat itu Cherry mengajarkan banyak hal padanya dan saat Maels masih takut akan suasana baru tempat itu, Cherry yang mengajaknya main kesana kemari.

Maels jadi terbawa suasana dan matanya berbinar-binar setiap kali menceritakan soal Cherry, Luca yang mendengarkannya hanya tersenyum, mengetahui ternyata ada seseorang yang begitu mencintai Cherry, bahkan Cosmos yang katanya juga menyukai Cherry tak sesering itu membahasnya dan juga tampak acuh tak acuh akan perasaannya sendiri.

Dilorong sekolah, area dimana dari pusat depan sekolah, tempat duduk yang ditengahnya ada pohon bisa melihat kedalam.

Terdapat dua orang pria yang tampaknya sedang bertengkar, salah satunya mengcengkram kerah baju salah satunya dan menabrakkannya ke jendela.

"Sudah mencuri orang tuaku, sudah mencuri kebahagiaanku dan juga sudah merebut Luca dariku dan sekarang kau benar-benar ingin menghancurkanku dengan menggusur rumah keduaku dan memisahkan saudaraku ke berbagai tempat? Atau mungkin itu hanya kebohongan? Mungkin kau akan membunuh anak-anak tak bersalah itu? Seperti kau membunuh orang tuaku dengan tanganmu sendiri? Dasar monster!" Satade yang tampaknya sangat murka, keduanya tampak memiliki masalah yang serius dan belum terpecahkan.
_________________

"Aku memercayai Wind, karena dia penyelamatku, tapi ini mungkin akan terlihat buruk dimata Wind dengan aku menyelidikinya diam-diam tanpa sepengetahuannya, aku hanya penasaran, kenapa Satade selalu dan selalu mengatakan bagaikan Wind pembunuh? Dan tadi siang, dilorong, kedua orang itu bertemu dan aku mendengar sesuatu yang rasanya harusnya aku tak menguping, apa orang seperti Wind, yang selalu memerhatikan sekitarnya dan yang selalu dapat diandalkan bisa membunuh orang lain?"

Our UnluckyWhere stories live. Discover now