Chapter VI- 2

0 0 0
                                    

Entah kenapa aku mengerti maksud yang ingin Satade sampaikan, tapi itu tak mungkin karena Wind berbeda denganku, dia dikelilingi orang-orang yang menyayanginya, dia juga selalu melakukan pekerjaan dengan sepenuh hatinya.

Seharusnya aku tak bertanya seperti ini karena Satade selalu menghindarinya tapi kata-kata itu muncul dengan sendirinya, "Apa kau ada masalah serius dengan Wind? Kau tampak selalu mencari sisi buruknya." Luca yang sambil menggepalkan tangannya, selama ini sejak Luca bertemu Wind, sudah berapa kali Satade selalu mengatakan hal buruk soal Wind yang membuatnya tambah membenci Wind dulunya dan menjauhinya.

Yang lainnya sedikit terkejut mendengar pertanyaan itu dari Luca termasuk Satade.

Satade yang mendengar itu langsung tertawa terbahak-bahak akan pertanyaan Luca, membuat yang lain menanyakan apa yang lucu dari pertanyaan itu.

"Kita sudah berteman cukup lama, apa menurutmu aku tipe orang seperti itu? Akhir-akhir ini kau juga jarang bermain dengan kita dan sekarang kau malah mengatakan aku mencari sisi buruknya, apa aku salah jika mengatakan Wind pengaruh buruk untukmu, sampai bisa mengatakan hal buruk soalku padahal, kau sangat mengenalku, suasana hatiku hanya akan bertambah buruk melihat kelakuanmu." Satade yang langsung mengambil tasnya dan beranjak pergi darisana dengan suasana hatinya yang buruk.

Cosmos dan Voez-pun hanya diam melihat Satade yang pergi dengan suasana hatinya yang buruk.

Apa?

"Apa dia menyalahkanku? Pengaruh buruk apa yang Wind berikan untukku? Karena lebih sering belajar? Karena mendapat nilai bagus? Atau karena lebih memilih belajar daripada bermain? daridulu dia selalu menjelekkan Wind tanpa sebab." Luca yang juga ikut kesal, padahal justru dia kesini karena masih peduli dengan yang lainnya dan ingin ikut membagikan kesenangannya.

"Luca, kenapa kau berbicara seperti itu disaat Satade lagi dalam suasana hati yang buruk?" Ujar Cosmos yang tak menyalahkan Satade sepenuhnya, akhir-akhir ini Satade juga jarang berkumpul karena sedang ada masalah, disaat berkumpul malah bertengkar dengan Luca.

"Panti Asuhan tempat Satade tinggal katanya ingin digusur dan anak-anaknya ingin dipindahkan ke berbagai panti yang berbeda dan orang itu tetap memaksa walau Satade dan ibu panti sudah menolaknya." Ujar Voez yang juga tak bisa memihak satu dari Satade ataupun Luca karena yang keduanya bicara tak salah.

Mikhail House ingin digusur?!

Benar juga, setahuku orang tua Satade dibunuh oleh pencuri katanya, kasus itu cukup gempar 7 tahun lalu sampai masuk berita dimana-mana, apalagi keluarga Satade dikenal akan kedermawanannya terhadap anak-anak jalanan atau yatim piatu.

Dan Mikhail House itu adalah rumah kedua untuk Satade, tentu saja suasana hatinya buruk, harusnya aku tak terpancing emosi, karena aku teman masa kecilnya yang sudah dianggap saudara olehnya, dia pasti jadi mudah khawatir jika aku berkomunikasi dengan orang baru, aku jadi merasa tak enak hati.

"Aku pergi dulu menyusulnya." Luca yang langsung mengambil tasnya dan buru-buru menyusul Satade.

Sesampainya dijalan besar, Luca bertemu Satade yang sedang duduk disebuah cafe, cafe dengan tema outdoor, salah satu cafe kesukaan Satade, All World, duduk disana kita bisa melihat keramaian jalan raya dan untuk Satade itu tempat yang bagus untuknya jika ingin sendiri.

Luca langsung duduk disalah satu tempat duduk, satu meja memiliki 3 sampai 4 kursi.

"Apa yang kau lakukan disini? Tidak berkumpul dengan rombongan Wind saja? Dimatamu aku orang yang suka mencari sisi buruknya kan? Artinya aku musuhmu." Satade dengan kekesalannya, terkadang Satade tampak seperti kekanak-kanakkan dan sifatnya yang seperti itu hanya diketahui orang terdekat seperti anak-anak panti dan Luca.

Luca yang melihatnya langsung tertawa kecil.

"Sifatmu yang seperti ini lucu sekali, aku minta maaf atas perkataanku barusan, aku orangnya agak sembrono, kau juga tahu, 'kan?" Luca dengan senyum ramahnya, dalam hal ini Luca harus mengalah dan tidak berpihak Wind ataupun Satade didepan mereka.

Satade yang mendengarnya langsung salah tingkah, "Apaan?! Kau pikir minta maaf langsung selesai? Pergi saja kau dan main dengan pria sok sempurna itu!" Selama ini Satade menganggap Luca satu-satunya orang luar yang ia percayai melebihi Cosmos ataupun Voez, mendengar perkataan Luca tadi tentu saja membuatnya marah.

"Aku tahu kau hanya khawatir padaku dan karena akhir-akhir ini kita juga jarang berkomunikasi seperti ini, Satade, sekarang kau boleh menceritakan hal yang menganggumu, aku akan mendengarkan sepenuhnya sebagai permintaan maafku." Mungkin perkataannya yang tadi memang keterlaluan, padahal Luca lebih mengenal Satade dibanding Wind, pikirnya.

Luca hanya tak bisa mendengar orang berkata buruk soal Wind tanpa bukti, karena Wind yang Luca kenal bukan sosok yang Satade katakan selama ini.

"Tidak ada yang ingin kuceritakan." Ujar Satade dengan nada datarnya.

"Kau pikir sudah berapa lama kita kenal? Satade yang kutahu tak akan emosi segampang itu karena tahu orang yang sembrono dan kasar." Luca tak ingin dia dulu yang mengungkit soal Panti karena Satade tidak suka orang lain selain yang ia beritahu soal masalahnya.

"Rumah keduaku juga ingin direbutnya." Ujar Satade dengan mata yang penuh akan kesedihannya, Luca tahu seberapa berharganya panti itu termasuk adik-adik yang tak ada hubungan darah dengannya.

Juga? Kenapa dia bicara seperti orang tuanya direbut oleh orang yang sama?

"Setahuku disana hanya ada satu pengurus dan 4 adikmu, 'kan?" Tanya Luca, dia juga sudah beberapa kali kesana karena diajak Satade.

Dulunya itu tempat yang ramai namun karena kasus itu beberapa pengawas membawa lari beberapa anak karena takut terlibat dan hanya satu pengurus yang masih ingin mengurus Satade termasuk 4 anak lainnya yang saat itu lebih memilih menemani Satade.

Satade tumbuh besar bersama dengan anak-anak disana karena itu dia menganggap semuanya saudara kandungnya walau ia tahu mereka tidak ada hubungan darah dengannya.

"Kak Lyla tak tahu banyak soal orang yang ingin menggusur tempatku namun aku tahu, niatnya memang ingin mendirikan tempat pembelanjaan disana namun, dia juga menginginkan adik-adikku, dia orang jahat dan juga berpengaruh, aku tak tahu bagaimana harus mencegahnya, targetnya adalah diriku sendiri bukan tempat ataupun hal lain." Satade baru menceritakan hal ini pada Luca seorang, tak ada yang tahu soal masalah ini lebih dalam selain Satade yang merupakan target dan Luca.

Berpengaruh? Jahat?

"Apa kau bisa menceritakan lebih? Mungkin ada yang bisa kubantu." Ujar Luca yang jadi cemas, jika Satade dalam masalah tentu saja ia harus melakukan sesuatu.

"Bagaimana jika aku mengatakan ayah dan ibuku sengaja dibunuh? Dan saat ini pelakunya mengincarku karena tahu siapa pelakunya dan mengancamku dengan panti maupun nenekku yang di Itali? Apa kau akan percaya?" Sorot matanya sempat tampak kosong dan membuat Luca sangat tercengang akan hal itu.

Hah? Ternyata Satade diincar pembunuh? Begitu maksudnya?
Aku tak mengerti.
______________

Diruang kerja milik Ocean De Rize, dengan aroma bunga wisteria yang memenuhi ruangan tersebut.

"Oi, apa yang kau incar di Mikhail House?! Kukira sebatas membunuh sepasang pemiliknya sudah cukup?! Apa lagi yang kau incar? Pria tua brengsek!" Suaranya yang serak menunjukkan ia buru-buru kesini dan langsung mendatangi ruangan itu tanpa minum air terlebih dahulu setelah berlari.

"Wisteria? Kurasa keberadaan Satade telah menjadi penghalang dan sudah saatnya mengeksekusi, bukannya kalian satu sekolah saat ini? Yang itu dia bisa biasa saja menganggap tak ada yang terjadi antara kalian, tapi kudengar saat ini kau dekat dengan sahabat terdekatnya? Aku juga melihat kau senang berada didekat dua bocah pembuat onar itu, Satade juga tak akan menerima dan bisa saja membocorkan ke sahabatnya soal dirimu, mesin pembunuh terbaikku, bukankah ini tindakkan yang tepat?" Ujarnya dengan suara yang sangat santai bagaikan ini hal kesehariannya.



Our UnluckyWhere stories live. Discover now