3. Duri dan Tembok

Começar do início
                                    

"Tapi-"

"Ini romansa tragedi, chemistry kalian kelihatan cocok."

Dan begitulah kelas berakhir dengan aku dan Kirk yang malah keluar kelas dengan canggung. Sebenarnya tak ada yang salah juga dengan ucapan Mr. Finn, dulu sekali kami berdua sebenarnya sangat dekat. Bahkan mungkin tak terpisahkan. Saat aku sakit, dia datang ke rumah dan menemaniku dengan tidur di sebelahku sementara Mom sibuk menenagkan Neil yang lebih muda dariku. Neil dulu sering menangis karena anak-anak suka mengganggunya dan itu membuat Mom kewalahan mengurus kami berdua dengan jarak kelahiran cukup dekat yang hanya tiga tahun saja.

Hari itu sedang hujan, tetapi Kirk tetap bersikeras datang ke rumah hanya karena rumah kami berhadap-hadapan. Mom membantunya melepaskan jas hujan dan memberinya handuk. Dia beridiri di depan kamarku dengan cengiran lebar. "Hai, tuan putri. Kenapa kau sakit lagi?"

Aku mendengkus begitu dia mulai duduk di kasurku. "Kau tidak sekolah?" Tanyaku saat melihatnya masih memakai seragam sekolah. Dia menggeleng dan mulai tidur di sebelahku. "Bagaimana kalau kau dimarahi ayahmu lagi nanti?"

"Benjamin sedang di luar kota." Kala itu dia sudah mulai sering menyebut nama ayahnya tanpa embel-embel Papa, saat dia melakukannya aku yakin sesuatu telah terjadi.

Aku menggerakkan badan menghadap ke samping lebih jelas, pipi Kirk kelihatan terlalu merah untuk ukuran orang yang baru saja datang dari luar rumah di tengah hujan seperti ini. Dia menepis tanganku saat aku berusaha memastikan kondisi pipinya. "Hei, apa lagi yang dilakukan ayahmu?"

Kirk menggeleng kuat. "Bukan Benjamin."

Aku membelalakkan mata. "Ibumu?" Tak ada jawaban, dia juga tidak bergerak. "Benar ya? Kenapa bisa?"

"Aku tak sengaja membuat adikku menangis." Dia menoleh padaku, matanya sedikit berair. "Sudahlah, kau tidur saja supaya cepat sembuh. Atau aku akan memutar Le Manoir du Diable di televisimu sekarang juga." Dia menaikkan selimutku dan mengelus rambutku dengan asal-asalan.

Aku mendecih padanya, dia enteng sekali mengalihkan pembicaraan sementara aku biasanya dipaksa jujur padanya. "Ancamanmu jelek sekali." Itu film horor yang sama sekali tidak horor dan entah bagaimana Kirk sangat suka menontonnya, dia bilang karena akting orang jaman dulu agak lucu.

Waktu itu kami sama-sama masih kecil, aku juga tak terlalu memikirkan bagaimana kehidupan Kirk di rumahnya sendiri. Dia jarang menceritakan sesuatu padakau, tahu-tahu di tubuhnya sudah ada luka entah lebam atau goresan. Dia selalu beralasan habis terjatuh atau berkelahi dengan anak laki-laki lainnya. Bodohnya lagi, aku dulu iya iya saja percaya pada kebohongannya. Akhir-akhir ini aku baru sadar dia benar-benar si berengsek yang suka menyimpan semuanya sendirian.

 Akhir-akhir ini aku baru sadar dia benar-benar si berengsek yang suka menyimpan semuanya sendirian

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Kantin masih ramai. Aku sebenarnya tidak nafsu makan tetapi sungguh perutku benar-benar lapar sekarang. Kalau aku bisa mengabaikannya dengan mudah, aku tak akan repot-repot ke kantin dan mengambil jatah makan siang. Kantin terlalu ramai dan semua orang jelas sudah memasang memasang matanya padaku begitu aku baru menyentuh daun pintu. Ah, sial, kalau saja nanti sore aku tak ada kelas lagi tak mungkin aku bakal mengantre makan di sini.

Beberapa orang yang cukup teliti dan punya waktu luang mulai berbisik seraya menatapku lekat-lekat, bagus, aku lebih suka kalau kalian membicarakanku di depanku langsung seperti ini. Saat aku berniat pergi dan berusaha melupakan rasa laparku, Kirk lagi-lagi berdiri di belakangku.

Astaga, apa dia stalker ya?

"Sampai kapan kau akan bersembunyi seperti itu?"

"A-apa maksudmu?"

Kirk menarik tanganku (lagi) dan membawaku ke dalam kantin, mengantre bersama dan terus mengajakku membicarakan saham perusahaan CI Games yang menurun. Aku kan tak bermain Snipper Ghost apa lagi Lord of the Fallen. Itu kan mainan dia semua. Buat apa diceritakan padaku? Kalau dia sedang menggoda cewek aku yakin cewek itu akan langsung kabue begitu ia buka mulut. Obrolannya bisa sangat tidak nyambung. Tetapi berkat keteguhan hatiku mendengarkan keluhannya, dia bersedia membawa nampan makanku sampai di meja kosong paling ujung.

"Makan yang banyak, meratapi hidup butuh tubuh yang sehat." Aku menatapnya kesal. Bisa-bisanya dia masih sempat bilang begitu dengan mulut penuh.

Awalnya hanya ada kami berdua sampai Neil tiba-tiba datang dengan nampannya yang sudah sisa setengah. "Whats up bro?" Kirk dan Neil melakukan tos tinju ala Naturo dan Jinjurichi Hachibi.

"Bagaimana proyek kalian berdua?" Neil langsung menanyakan sesuatu yang sebenarnya tidak ingin kubahas. Semua permasalahan akhir-akhir ini membuatku sangat sensitif dengan pembahasan itu.

"Bukan urusanmu."

Neil tak langsung diam, dia masih lanjut bertanya pada Kirk. "Apa ada kendala?"

Aku menyela saat Kirk berniat menjawab. "Kau tak perlu tahu."

"Apa-apaan ini, Lori?" Dia menatapku kesal.

"Bukankah kau sudah cukup banyak hal yang bisa dikerjakan? Buat apa kau ikut campur di sini?" Tanyaku tegas.

Neil tersenyum miring. "Jangan bilang kau masih tidak terima soal sering dibandingkan denganku."

"Siapa saja yang ada di posisiku juga pasti akan berpikiran sama."

Neil membanting sendoknya ke meja. Ah, dia benar-benar marah sekarang. Aku hanya berniat mengusirnya, bagiku lebih baik berdua dengan Kirk dan jadi bahan gunjingan daripada dengan Neil dan dijadikan sebuah perbandingan.

"Apa kepedulianku padamu selama ini masih tidak cukup?!"

"Tidak ada yang menyuruhmu peduli," ucapku seraya melanjutkan makan. Hari ini menunya daging babi cincang, agak pedas tetapi lumayan enak. Aku tak mau dia menghancurkan selera makanku sekarang jika aku menatapnya.

"Terserah mau saja."

Neil mengangkat nampannya dan meninggalkan meja kami. Aku dapat mendengar suara embusan napas Kirk, sepertinya dia sangat terkejut. Dia menyentuh tanganku dengan ujung jarinya umtuk menghentikanku makan. "Apa?"

"Bukankah itu berlebihan?"

Aku menggeleng. "Kau tidak tahu apa-apa, jangan ikut campur."

"Kata-katamu tadi cukup jahat, kau harus minta maaf nanti."

"

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.
Moonlight And RosesOnde histórias criam vida. Descubra agora