01: Rumor

9 7 0
                                    

Happy reading 🖤

••••

Prak!

"Apa - apaan ini! Nilai macam apa seperti ini!"

Kertas yang semulanya menyatu dalam satu buku kini berubah tak beraturan dan berserakan dimana-mana karena di sobek. Wanita berusia 40 tahunan itu mencengkram meja kuat. Tenaganya terkuras karena hampir sepuluh menit ia marah marah. Hal itu membuat kepalanya pusing.

Wanita itu menatap anak gadis yang tengah menunduk sembari memegang ujung bajunya dengan erat. Ia menghampiri gadis itu.

"Pergi lah ke kamarmu. Ibu akan membereskan semuanya nanti." Ucap lembut wanita itu.

Gadis itu hanya diam. Tak berbicara maupun bergerak. Hal itu membuat ibu marah.

"Brianna Almeira!"

"Ba__ik ibu." Ucap gadis itu lalu segera beranjak pergi ke kamarnya.

Wanita itu pun turut beranjak dari tempatnya tadi dan melenggang keluar rumah entah untuk pergi kemana.

Sedangkan didalam kamar keadaan seorang gadis sangat memprihatinkan. Gadis itu adalah Brianna Almeira. Gadis itu mengacak acak rambutnya frustasi. Matanya memerah menahan tangis dan ketakutan. Matanya menelisik pada meja belajarnya. Terdapat surat keterangan pindah sekolah diatas sana.

Surat itu sudah ada disana dari beberapa hari yang lalu. Namun Meira tak berniat untuk membukanya. Hal itu membuatnya berpikir tentang hal negatif tentang pindah sekolah dan sekolah baru. Dan itulah membuat Meira tak fokus untuk belajar dan berujung dikenai marah oleh ibunya karena nilainya merah.

"Mei nggak mau kesekolah baru," monolog gadis itu.

"Sekolah baru itu menyeramkan."

Meira terus berkata seperti itu hingga larut malam. Gadis itu takut untuk kehidupannya yang seterusnya.

••••

Pagi hari telah datang dan Almeira pun turut menyambutnya dengan sarapan pagi. Setelah berlarut dalam ketakutannya Almeira mencoba untuk tidur dan terbangun subuh tadi. Saat ini gadis itu tengah menyiapkan piring untuk sarapan di meja makan.

Beberapa saat kemudian ibunya datang dengan membawa nasi goreng dan meletakkannya diatas meja. Sang ibu mengajak Meira untuk duduk dan sarapan. Meira mengangguk dan menarik kursinya.

Gadis itu menyendokkan nasi kepiringnya. Belum ada tiga sendok sang ibu membuka suara membuat Meira menghentikan aktivitasnya.

"Ibu akan pindahkan kamu ke sekolah Maheswari. Ibu ingin kamu menjadi siswa kebanggaan disana, kamu harus memperebutkan posisi itu." Ucap ibu dengan santai.

Meira menatap ibunya tanpa mengedipkan matanya. Dia tidak mau. Sulit untuk beradaptasi dengan lingkungan baru disana. Belum lagi persoalan tentang siswa disana yang sangat berprestasi dan berlomba-lomba untuk memperebutkan posisi siswa kebanggaan.

Kenapa ibunya ingin ia bersekolah disana. Sedangkan disekolah lama juga tidak begitu buruk baginya. Ia takut jika ia pindah disana ia akan bernasib buruk seperti kebanyakan siswa yang bertebar di berita tv.

"Tapi ibu, disana angka pembullyan hampir terbanyak dari sekolah lain." Jelas Meira baik baik pada ibunya.

"Tau apa kamu, disana itu sekolah murid murid berprestasi. Seharusnya sejak awal kamu disana. Kenapa kamu malah memilih sekolah buruk itu."

Loser's DelusionDonde viven las historias. Descúbrelo ahora