Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Pagi ini Jia terbangun dengan belasan panggilan dan puluhan pesan dari Jake, serta mata sembab tentunya. Maka ia bolos kelas pagi untuk minum kopi di kafetaria dekat kampus.
Pikirannya agak kacau semalam, untungnya sekarang sudah lebih baik.
Jia pikir kerja kerasnya selama ini sudah cukup, ia pikir tidak akan sesulit ini. Ternyata pikirannya salah. Ini bukan kali pertama dirinya gagal ujian, memang benar. Justru karena bukan kali pertama Jia jadi merasa semakin tak percaya diri.
Ia harus mengulang lagi. Harus belajar semalaman penuh lagi.
Appa berulang kali mengalami kegagalan dalam membangun bisnis, tapi ia kembali bangkit karena itu merupakan impiannya.
Eomma selalu mengatakan betapa banyak pengorbanan yang ia lakukan untuk bisa sampai menjadi Dokter spesialis. Terutama waktu, materi, dan tenaga, tapi ia senang karena itu merupakan impiannya.
Jake tak pernah absen mengeluhkan tubuhnya yang lelah setiap melakukan tour ke luar negeri, bahkan waktu tidurnya berantakan, tapi ia menikmatinya karena itu merupakan impiannya.
Sedangkan Jia? Ini impian siapa.
Drtt
Sim Pabo ❤ is calling..
Jia memijat pelipisnya, kemudian meraih ponsel di atas meja. Pandangannya terlempar ke luar dinding kaca di sana.
"Halo.."
"Oh God. Jia-ya.. I'm so sorry.. i'm sorry.. please forgive me.. ini kesalahanku.." Suara lelaki itu terdengar bergetar, ia pasti panik karena Jia mendiaminya semalaman.
"It's okay.. Maaf aku lupa mengenai schedule mu yang padat belakangan ini."
"Tidak. Jia ya, aku benar-benar menyesal. Nanti malam aku akan ke apart--"
"Tidak, Jake. Istirahatlah sebelum berangkat ke Bangkok besok."
"Tapi aku merindukanmu.."
Gadis itu terdiam sesaat. "Mari bertemu setelah kamu kembali dari Bangkok."
"Naur, please.."
"Jake.. aku gagal ujian lagi. Ini agak sulit bagiku karena artinya harus mengulang dan mengejar ketertinggalan. Mari lakukan pekerjaan kita kemudian kembali bertemu, oke? Aku mencintaimu.."
***
Youngji ternyata juga bolos kelas pagi ini, alasannya konyol, perutnya mual parah akibat terlalu banyak minum di acara Hanbi Sunbaenim semalam. Ia bahkan tak ingat lagi siapa yang mengantarkannya pulang ke rumah.
Kacau sekali.
"Jia-ya, kau tau, saking mabuknya aku bahkan nyaris mencium teman sunbaenim karena mengira itu adalah Jay Park," ungkap temannya itu sembari tergelak.
"Menjijikan. Apa kau sudah tidak waras?"
"Aigoo kau marah ya karena Jay adalah sepupumu. Baiklah mulai sekarang aku akan mengganti bias ku menjadi Sunghoon saja, atau Jake--"
"YAK!!" teriak Jia keras, kemudian tersadar. "Maksudku.. terserah."
Sembari terus melangkah, Youngji menatap Jia penuh selidik. Entah apa yang ada di pikiran orang di sebelahnya ini. Namun, ia memilih pura-pura tak menyadari saja.
"Semalam kau tidak datang."
"Ya."
"Kenapa?"
"Aku.. ada urusan." Keduanya sedikit membungkuk ketika berpapasan dengan senior di koridor. "Bagaimana dengan Bora?"
"Bora-ya? Tentu saja dia di sana." Youngji membuang napas sebal. "Dia terus menempel pada sunbenim, padahal sunbaenim terus bertanya tentangmu.."
Jia menoleh. "Aku?"
"Ya. Tentang hal yang kau sukai, hal yang tidak kau sukai. Ah, dia juga menanyakan tempat tinggalmu."
"Apa? Kau beritahu?"
Youngji menggigit bibir bawahnya. "Ee...."
Seketika langkah gadis itu terhenti, tatapannya menyalak. "Yak. Youngji-ya!"
"Aniyaa.. ahh sungguh. Aku tidak sengaja mengatakannya, aku tidak sadar. Jia ya, mianhae.."
Jia melanjutkan langkahnya tanpa mengatakan apapun. Bagaimana bisa dia melakukan itu, bukankah Youngji tahu betul bahwa tempat tinggal merupakan hal yang sangat privacy.