"Iya, makanya saya pulang. Kalau tidak, saya akan menunggu Sarah di sana" jelas Zaki.

Akhirnya ia pamit dan menuju ke kamar untuk mengganti pakaian.

Sekitar jam 18:39 Zaki kembali meninggalkan rumah dengan dalih ingin menjemput Sarah.

"Semoga dia bisa di hubungi" gumam Zaki saat motornya sudah meninggalkan halaman rumah kiyai.

Sebenarnya, Zaki gelisah dan khawatir Sarah pulang lebih dulu dan kiyai akan mengetahui kebohongannya. Jika sampai hal itu terjadi kemungkinan kiyai akan kehilangan kepercayaan terhadap Zaki.

Saat berada di depan jalan gang, Zaki berhenti sejenak agar bisa menghubungi Sarah. Ia berharap kali ini Sarah bisa di hubungi dan segera pulang, beberapa kali ia berusaha menghubungi Sarah. Telponnya masih tidak di jawab.

"Keterlaluan anak ini" gumam Zaki, meski sudah menjadi istrinya, Zaki tetap menganggap Sarah sebagai anak-anak.

Zaki yang penyabar itu kini di buat kesal oleh Sarah. Ia merasa Sarah sudah kelewatan.

*Kalau aku yng jdi Sarah betah di rumah ygy
-----------------------------------------------------------------
' sepertinya dia harus di beri pelajaran agar lebih mengerti, mungkin dia pikir aku hanya mengancamnya saja '  gumam Zaki.
Entah apa yang ingin ia lakukan nanti dengan gadis itu.

Beberapa saat kemudian ia melihat Sarah turun dari mobil. Zaki pun langsung menghampirinya dan menarik tangan Sarah.

"Dari mana aja kamu?" Tanya Zaki.

Sarah mengerutkan keningnya
"Apaan sih pegang pegang?" Keluh Sarah.
Ia berusaha melepaskan genggaman Zaki

"Kenapa memangnya kalau saya pegang tangan kamu? Jangan kan cuman pegang yang lain pun halal bagi saya dan kamu wajib membiarkannya, Paham?" Ucap Zaki tegas.

"Dih apaan sih, pake marah segala" keluh Sarah.

Zaki yang sedang melangkah di hadapan Sarah itu langsung menghentikan jalannya 
dan berbalik menghadap Sarah.

"Menurut kamu, suami mana yang tidak akan marah jika istrinya pergi tanpa pamit
Dan sudah membuatnya khawatir ?" Tanya Zaki, dingin.

"Ya, kan tadi udah bilang" keluh Sarah.

"Kamu bilang setelah tidak menjawab telpon saya berulang kali. Itu pun karena saya yang bertanya pada kamu" ucap Zaki.

Sarah pun menunduk, Apa yang di katakan Zaki memang benar, ia pun merasa bersalah. Namun Sarah tidak terima jika di silahkan.

"Sarah, kamu tau? Istri yang pergi tanpa seizin suaminya akan dilaknat malaikat. Jadi mulai saat ini kamu boleh pergi jika sudah mendapat izin dari Aby. Paham?" Ucap Zaki tegas.

Sarah yang selama ini mengenal Zaki Ustadz lembut dan penyabar pun sedikit terkesiap kala melihat Zaki bicara serius seperti orang marah.

"Iya maaf" ucapnya lalu ia menunduk.

"Jadi tadi kamu dari mana?" Tanya Zaki lagi.

"Kan udah aku bilang kalo aku tadi abis kerja kelompok" jawab Sarah ia masih saja berbohong.

"Ra, saya tau kamu sedang berbohong. Lebih baik sekarang kamu jujur" pinta Zaki.

"Kalo udah tau kenapa nanya lagi" Sarah kesal karena Zaki mengintrogasi dirinya di pinggir jalan.

Awalnya Zaki malas basa basi namun melihat tingkah laku istrinya itu ia geram. Ia memastikan bahwa keadaan di sana sepi jadi ia bisa leluasa menasihati istrinya itu.

"Aby cuman mau mendengar kejujuran dari mulut kamu, Orang yang bertanya itu bukan berarti tidak tau,  Terkadang hal itu di lakukan hanya untuk mengetes kejujuran lawan bicaranya" ucap Zaki. lalu ia melepas genggaman tangannya lalu mengambil helm.

"Ayo pulang!" Ajaknya dingin.

Zaki sengaja bersikap seperti itu agar Sarah dapat merenungi kesalahannya.

' eh, dia marah ya? '  batin Sarah. Ia merasa bersalah dan tidak nyaman melihat Zaki bersikap seperti itu.

Sepanjang jalan Zaki tidak mengatakan sepatah katapun. Hal itu lah yang membuat Sarah gelisah.

'kira kira ntar di rumah dia marah gak ya?'
Batin Sarah.

Beberapa saat kemudian, mereka sudah sampai di kediaman kiyai. Mereka pun masuk bersama ke dalam rumah.

"Assalamu alaikum" ucap Sarah dan Zaki.

Sarah sangat takut abahnya akan marah padanya, sebab ia pikir Zaki sudah mengadukannya pada kiyai.

"Waalaikum salam. . .sudah pulang Ra?" Sahut kiyai.

"Iya bah" sahut Sarah.

Ia bingung mengapa abahnya tidak marah sama sekali. Padahal ia yakin Zaki sudah mengadukannya.

"Abis belajar apa? Ko pulangnya larut?" Tanya kiyai.

Deg!

Sarah langsung menoleh ke arah Zaki. Ia tak menyangka suaminya itu akan menutupi kesalahannya.

" I-itu bah tadi ada tugas dari guru bahasa. Jadi aku ke rumah Nia dulu "  jawab Sarah gugup.

" Oh. . . Lain kali jangan pulang larut malam ya? Kesihan suami kamu sampai harus mengantar jemput seperti itu" pinta kiyai.

"Iya bah" Jawab Sarah.

"Ya udah kalian istirahat sana" ucap kiyai.

Akhirnya mereka pamit dan menuju ke kamar mereka.

Tiba di kamar Zaki langsung menutup pintu dan menguncinya tanpa sepatah katapun.

'ngapain pake di kunci segala, sih? Dia gak mau macem macem kan? ' batin Sarah.
Ia khawatir Zaki akan melakukan sesuatu terhadapnya.

Saat mereka sudah ada di dekat tempat tidur, Zaki menarik tangan Sarah hingga jatuh di atas tempat tidur. kemudian ia langsung mengukungnya.

"Kamu harus di hukum" ucap Zaki sambil menatap sarah.

***

Wah... Di hukum apa ya?

See u,

N.

S dan ZWhere stories live. Discover now