Baru dua puluh menit berada di ruang server dengan kaos putih tipis berlengan pendek membuat Sachi bersin-bersin. Dia kedinginan. Hidungnya pun terlalu sensitif terhadap udara dingin.
Rama menutup kepala Sachi dengan bomber jacket hitam miliknya dengan sangat hati-hati. Khawatir perempuan itu tiba-tiba menoleh, lalu melemparkan tatapan tajam membunuh karena perbuatannya.
Alih-alih mendapatkan perlakuan galak serta kalimat bernada ketus, Rama justru mendengar Sachi mengucap terima kasih dengan lirih. Perempuan itu benar-benar kedinginan, bahkan sepertinya sudah tidak bisa tahan dengan suhu terlampau dingin di ruangan itu.
"Koneksi sudah aman?" tanya Rama hati-hati.
Dari balik bomber jacket yang menutupi kepalanya, Sachi mengangguk pelan, setelah menyemburkan bersin dengan suara halus, ia menjawab, "Sudah, sih. Cuma masih agak lambat."
"Kita pindah tempat dulu,"
"Ke mana?" sambil menahan bersin Sachi menaikkan pandangannya, menunggu jawaban.
Rama tidak memberi Sachi jawaban langsung. Yang dilakukan Rama setelahnya adalah menutup laptop Sachi dengan hati-hati, kemudian membimbing perempuan itu meninggalkan ruang server setelah menyandang ransel miliknya dan milik Sachi.
Rama membawa Sachi ke ruangan Divisi IT setelah meminta Pak Sopyan untuk mengatur AC central—membiarkan ruang kerja mereka berada di suhu hangat.
Bomber jacket milik Rama kini membalut tubuh ramping Sachi. Namun, perempuan itu masih sibuk bersin. Sesekali ia mengusap puncak kepalanya yang terasa dingin.
"Dingin banget, ya?" celetuk Rama khawatir.
"Enggak!" elak Sachi sambil geleng-geleng kepala.
Jelas-jelas kedinginan, masih saja berbohong. Apa susahnya mengaku? Gengsi Sachi benar-benar sebesar itu.
Rama mengulas senyum mendengar jawaban tersebut. Jawabannya pasti kaya gitu, batin Rama.
Rama beranjak ke pantry dengan langkah panjang-panjang. Ia menghidupkan dispenser, kemudian mengambil dua buah mug putih dengan logo perusahaan serta dua buah kantong teh beraroma chamomile dan jasmine.
Rama kembali ke ruangan bersama dua mug teh hangat. "Chamomile or jasmine?" tanyanya, membuat Sachi mendongak dengan mata terpejam—menghirup dua jenis aroma berbeda di hadapannya.
Rasanya waktu berjalan dengan sangat lambat ketika Rama menyaksikan sepasang mata berbulu lentik dan panjang itu terpejam. Rama begitu menikmati visualisasi nyata di hadapannya. Bahkan saat menutup mata, Sachi terlihat begitu memesona. Membuat Rama terpana dengan cara perempuan itu memejam, lalu kembali membukanya sambil menyunggingkan seulas senyum yang hanya bertahan selama tiga detik.
"Chamomile, boleh?" pinta Sachi. Ia menekankan kata boleh dengan cara yang lembut dan imut, membuat Rama mengulurkan mug di tangan kanannya dengan segera.
Rama mengepalkan tangan kanan di balik punggung, menahan rasa gemas ketika mendengar Sachi mengucap kata boleh dengan caranya yang imut. Siapa sangka, perempuan judes yang sering berbicara padanya dengan ketus itu mampu bertingkah menggemaskan saat meminta sesuatu? Mata besar Sachi bahkan tampak berbinar, seolah tengah ditawarkan sesuatu yang luar biasa ia suka.
Rama langsung mencatat teh chamomile ke dalam memori otaknya sebagai hal lain yang Sachi suka. Diam-diam Rama berharap dirinya pun dapat dijadikan sebagai sesuatu yang menjadi favorit Sachi. Ya, semoga saja.
Rama dan Sachi kembali berkutat dengan laptop serta komputer di meja kerja masing-masing. Ruangan Divisi IT pun sudah terasa jauh lebih hangat ketika Sachi melepaskan bomber jacket Rama, lalu menggantungnya pada sandaran kursi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TERBIT CETAK] Dering Coding Feeling
RomansaBlurb: "Are you alright?" tanya Rama dengan suara beratnya yang dalam, memecah keheningan panjang di antara mereka. "Kamu enggak seharusnya baik sama aku, Rama," lirih Sachi, suaranya teredam isakan. Kata-kata itu terlontar begitu saja, tanpa bisa d...
Empty
Mulai dari awal
![[TERBIT CETAK] Dering Coding Feeling](https://img.wattpad.com/cover/348848239-64-k351410.jpg)