Sabtu, 3 Juni 2023.
Sachi mengatur napas setelah berhasil masuk ke dalam lift. Sebelumnya Sachi berlari tergesa menuju Gedung ISE setelah driver Ojek Online yang Sachi tumpangi meminta ia turun sebelum titik tujuan. Padahal hanya tersisa jarak seratus meter saja. Katanya, sang istri yang sedang mengandung mengalami kontraksi, sehingga sang driver harus bergegas pulang.
Sebal, namun Sachi tetap memberi sang driver tip cukup besar sebagai hadiah.
Sachi melamun ketika mengingat betapa antusias sang driver ojek online itu menyambut kelahiran sang buah hati. Sachi jadi bertanya-tanya, bagaimana perasaan mendiang ibunya saat hendak melahirkan dirinya ke dunia tanpa ditemani lelaki yang dicintai juga sanak keluarga? Bukankah katanya seorang perempuan sangat membutuhkan dukungan penuh dalam momen seperti itu? Apakah ibunya sedih, atau hanya pasrah?
Dari surat yang Sachi terima dari pengurus Panti Asuhan, surat yang katanya terselip di dalam pakaian yang dikenakan Sachi ketika bayi, berisi cerita singkat tentang proses bersalin serta perjuangan almarhumah ibunya ketika mengandung.
Meski hanya berisi beberapa paragraf, Sachi dapat merasakan betapa kesepian almarhumah ibunya kala itu. Sosok lelaki yang dicintai tidak bisa menemani, sebab ia adalah lelaki yang sudah memiliki istri.
Bu, pasti sakit banget ya hati ibu waktu itu? Maafin Sachi, ya, bu, batin Sachi. Demi pertahanin Sachi, ibu rela nanggung banyak rasa sakit dan sepi.
Sachi buru-buru menyeka bulir air mata yang berhasil lolos ketika pintu lift terbuka di lantai dua puluh delapan.
Pak Sopyan, security piket bertubuh tinggi besar menyambut kedatangan Sachi dengan senyuman serta sederet laporan yang telah lebih dulu Rama sampaikan lewat ruang obrolan Whatsapp.
Bicara soal Rama, Sachi jadi menyesal telah mengijinkan lelaki itu untuk menyimpan nomor ponselnya. Sachi pikir, orang talkative macam Rama tidak suka berkirim banyak pesan, sebab mulutnya sudah lelah untuk menumpahkan banyak kata. Nyatanya sama saja. Rama terlihat jauh lebih leluasa merayunya di ruang obrolan.
Padahal, menurut bisik-bisik yang sempat Sachi dengar dari beberapa rekan kerja, Rama itu irit dalam berkirim pesan, kecuali untuk urusan pekerjaan. Sachi jadi semakin sulit untuk percaya ucapan orang.
"Suhu AC-nya sempat saya buat hangat, Mbak Sachi. Apa karena itu, ya, lampu modemnya jadi merah semua? Saya juga sempat pegang modem kecil itu," Pak Sopyan memberi jeda. Lelaki bertubuh tinggi besar itu mendekati satu-satunya rak besi setinggi seratus sentimeter, lantas menunjuk satu-satunya modem yang berukuran kecil—sepanjang dan selebar telapak tangan orang dewasa. "Ini tadi sempet panas waktu saya pegang."
Laporan Pak Sopyan berhasil membuang jauh-jauh pikiran Sachi tentang Rama yang menurutnya begitu menyebalkan. Sachi meminta suhu ruangan server dibuat sedingin mungkin, seperti biasanya. Kemudian Sachi mengecek kondisi perkabelan yang terhubung dari dan ke modem. Pak Sopyan meninggalkan ruang server setelah Rama datang.
Sachi kembali harus menghabiskan waktu berdua saja dengan Rama di dalam ruangan berpendingin extra itu. Mereka duduk berjajar, menyandarkan punggung pada tembok putih setelah membuka laptop masing-masing.
Tidak sepatah kata pun terucap dari mulut Sachi dan Rama. Keduanya memilih bungkam. Mereka sibuk dengan tugas masing-masing. Sachi bolak-balik mengetes koneksi jaringan setelah berhasil melakukan plug-unplug kabel pada modem hingga semua lampunya kembali menyala dengan warna hijau, sementara Rama mengecek kemungkinan adanya bug pada Website ZZ Insurance.
YOU ARE READING
[TERBIT CETAK] Dering Coding Feeling
RomanceBlurb: "Are you alright?" tanya Rama dengan suara beratnya yang dalam, memecah keheningan panjang di antara mereka. "Kamu enggak seharusnya baik sama aku, Rama," lirih Sachi, suaranya teredam isakan. Kata-kata itu terlontar begitu saja, tanpa bisa d...
![[TERBIT CETAK] Dering Coding Feeling](https://img.wattpad.com/cover/348848239-64-k351410.jpg)