"Wes ra saingan, aku yo wes ndue pacar og~" kekeh Yesi.
(Dah gak saingan, aku juga udah punya pacar kok~)

"Eh eh, yangmu ki es kuliah to, Jan?"
(Eh eh, pacarmu tu udah kuliah, Jan?)

"Uwes." jawab Yesi.
(Udah)

"Angkatan piro e, Jan?" tanya Mas Winan.
(Angkatan berapa, Jan?)

"Wes arep wisuda pokok e." jawab Yesi.
(Dah mau wisuda pokoknya)

"Woh, tipemu ki mbak-mbak kuliahan to, Jan."

*****

"Cintaku endi yo?"
(Cintaku mana ya?)

Nakula mengentikan motornya di depan balai RT dan melihat satu per satu anak muda yang ada di sana.

"Yuneeek! Weruh cintaku ra?"
(Yuneeeek! Liat cintaku gak?)

"Sopo, Mas?"
(Siapa, Mas?)

"Yes to the si."

Yunek menengok ke arah pojokan. "Mbak Yes! Goleki mas gantengmu i lho."
(Mbak Yes! Dicari mas gantengmu ni lho)

"Weh, yang e Yesi ki Nakula po?"
(Loh, pacarnya Yesi tu Nakula?)

"Jan, pie iki??? Kok Yesi jebul menggaet anak e Pak Lurah???"
(Jan, gimana nih??? Kok Yesi ternyata menggaet anaknya Pak Lurah???)

"Bukan e yang e Yesi ki udu wong kene?"
(Bukannya pacarnya Yesi tu bukan orang sini?)

"Yesi ki playgirl tenan og~"

"Opo lho."

"Yes! Aku mau ki wes neng omahmu lho. Kok dirimu pergi e."
(Yes! Aku tadi tu udah ke rumahmu loh. Kok dirimu pergi ee)

"Lha eneng opo toh?"
(Emang ada apa sih?)

"Pie to. Dirimu ki digoleki mamihku lho!"
(Gimana sih. Kamu tu dicari mamihku lho!)

"Digoleki ngopo?"
(Dicari kenapa?)

"Buka WA!"

Yesi merogoh saku dan menyalakan ponsel di situ ada notifikasi pesan, "Waduh."

"Gek ndang yok!"
(Buruan yuk!)

Yesi naik ke motor Nakula tanpa ragu. Mereka berdua lantas pergi menyisakan suara geberan motor yang semakin lama semakin menjauh.

"Janu, piye iki, Yesi malah karo Nakula lho~~" canda salah satu anggota karang taruna.
(Janu, gimana ini, Yesi malah sama Nakula lho~~)

"Hoo, Mas. Piye iki pacarmu malah dijak lungo Mas Nakula." Yunek menimpali.
(Iya, Mas. Gimana ini pacarmu malah diajak pergi sama Mas Nakula)

"Wes do ndue pacar ning diledekine yo iseh ro Yesi yo, Jan." celetuk yang lain.
(Udah sama-sama punya pacar tapi diledekinnya masih sama Yesi ya, Jan)

"Emange kui mau ki sopo to?" tanya Januar.
(Emangnya itu tadi siapa sih?)

Mendengar pertanyaan Januar barusan, Yunek langsung cengengesan dan memanggil kakaknya, "Mas Winaaan."

"Ngopo?"

"Mas Janu takon, Mas Nakula ki sopo." adu Yunek, kemudian kembali menoleh ke Januar. "Cieee, cemburuu~"
(Mas Janu tanya, Mas Nakula itu siapa)

"Dudu ngono, maksude, kok ketoke udu warga kene. Ning kok iso akrab ro cah-cah kene. Terus kadang ono, kadang ora."
(Bukan gitu, maksudnya, kok kayaknya bukan warga sini. Tapi kok bisa akrab sama anak sini. Kadang muncul kadang enggak)

"Kui ki putune Mbah Sastro kae lho, Jan. Ngerti ora?" Mas Winan menjelaskan.
(Itu cucunya Mbah Sastro, Jan. Tau gak?)

"Sing omah e eneng patung macan e?"
(Yang rumahnya ada patung macannya?)

"Iyo. Nah, dee kadang dolan neng omah e mbah e kono. Makane kenal warga kene. Nek omah e neng cedak Ullen Sentalu."
(Iya. Nah, dia kadang main di rumah mbahnya situ. Makanya kenal sama warga sini. Kalo rumahnya di deket Ullen Sentalu)

"Berarti kui sedulure Dewa-Dewa kae?"
(Berarti itu sodaranya Dewa-Dewa itu?)

"Ha gene koe reti Dewa, Jan?"
(Lah kamu tau Dewa, Jan?)

Januar ingat dulu ada bocah yang kalau hari minggu suka muncul di rumah yang ada patung macannya. Anak laki-laki bertubuh tambun dengan ekspresi songong, suka pamer mainan kalau ada anak lain lewat depan rumah. Tapi begitu didekati, mainannya tidak boleh dipinjam.

"Hayo Dewa kui ki Nakula."
(Ya Dewa itu Nakula)

"HE?"

"Jeneng lengkape kan Nakula blablabla Sadewa."
(Nama lengkapnya kan Nakula blablabla Sadewa)

"Oalaaah."

Jogjalovarta [HIATUS]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin