#41 Mall dan Salma

Start from the beginning
                                    

"Ya udah anterin dulu aja Kang." Ucap Salma.

"Ga usah sayang, gampang bisa naik taksi online kok." Balas Rony.

"Udah ayo, lu kek ke siapa aja anjir." Jawab Paul.

Rony pun menurut, mereka bertiga berjalan menuju parkiran mall. Posisinya? Masih sama seperti tadi, Salma sudah meminta barangnya untuk ia bawa sendiri namun Rony bersikeras untuk tetap membawanya.

"Nih." Sesampainya di parkiran, Salma memberikan kunci mobilnya ke Paul.

Melihat pergerakan Rony yang menuju pintu belakang diikuti Salma membuat Paul berdecak, "Gue bukan supir ya anjir, lu nyetir Ron. Gue juga lupa arah ke rumah lu." Ucap Paul.

Rony menurut, ia sempat mendebatkan posisinya yang di depan sendiri seperti supir bagi Paul dan Salma. Namun akhirnya perdebatan selesai saat Paul menemaninya duduk di depan. Tentu saja Rony menginginkan Salma yang disampingnya, namun harimau yang duduk di sebelahnya sekarang ini pasti akan mengaum dan mengeluarkan taringnya, sungguh menyeramkan.

Selama di perjalanan Salma lebih banyak diam, memilih melihat jendela dan sesekali membuka hp nya. Salma memberitahu Novia apa yang terjadi sekarang pada nya. Tentu saja dibalas Novia dengan heboh, sama seperti Salma, ia menyayangkan pertemuan ketiganya tidak dalam kondisi yang cukup baik.

Sementara Paul dan Rony sesekali berbincang memecah keheningan di mobil.

"Ul kok lu ga pernah cerita punya adek sih pas SMA?" tanya Rony.

"Lah perasaan lu tau kalo gue punya adek Ron, gue pernah bilang sama anak-anak dulu." Balas Paul.

Rony seperti berpikir, "Masa sih? Gue ga inget anjir. Tapi lu ga bilang adek lu Salma kan? Kalo gue tau dari dulu pasti gue naksir Salma dari waktu itu."

"Lu mah emang pikun Ron. Justru karena itu, makanya gue ga pernah nunjukkin adek gue yang mana. Gue ga mau Salma jadi korban buaya kek lu sama anak-anak." Ucap Paul.

Anak-anak yang dimaksud Paul adalah teman satu tongkrongannya dulu saat SMA, walaupun sudah terpisah saat kuliah dan bekerja di kota pilihannya masing-masing tapi mereka masih menyempatkan untuk bertemu, seperti hari ini contohnya, Paul dan Rony yang janjian untuk bertemu.

"Bangsat! Gue mah ga buaya ya, lu kali yang tebar pesona sana sini pas SMA." Rony melirik Salma melalui kaca spion, namun sepertinya Salma tidak peduli ia masih sibuk memperhatikan jalan.

"Hahaha, panik ya lu karena ada Salma di belakang. Dek mau tau ngga Rony pas SMA gimana? Kakang bocorin semuanya nanti ya." Ucap Paul, senang menjaili temannya.

"Kenapa emang?" tanya Salma.

"Anjir lu, gue ga nakal ya pas SMA. Kalo Paul bilang yang aneh-aneh tentang aku jangan didengerin yaa Sal." Ucap Rony.

Salma hanya berdehem.

"Hahaha, mampus lu adek gue ngambek." Tawa Paul.

Rony kesal, ia tidak menjawab, hanya mengacungkan jari tengahnya ke Paul.

"Tapi Ron, lu pernah kok ketemu Aca sekali." Ucap Paul.

"Kapan? Kok gue ga inget." Tanya Rony.

"Ada lah, nanti juga lu tau." Jawab Paul.

"Ga asik lu." Ucap Rony.

"Btw lu kok manggil Salma tuh Aca sih Powl?" tanya Rony, saat ini mobil yang ia kendarai sudah masuk ke area perumahannya.

"Lu serius ga tau?" tanya Paul, Rony hanya menggeleng.

"Wah berarti adek gue belum ceritain tentang keluarga gue ya?" Rony mengangguk, Salma memang belum seterbuka itu mengenai keluarganya.

"Dek ini Rony nanya, kamu ga mau jelasin?" tanya Paul.

"Kakang aja." Jawab Salma singkat.

"Jadi Aca tuh nama kecil Salma, nama depan dia kan Ashana, pas kecil kalo ditanya namanya siapa dia jawab dirinya Aca karena belum jelas bilang Asha, makanya itu jadi panggilan kesayangan kita buat dia sampe sekarang." Jelas Paul.

"Oh pantes gue belum pernah denger, jadi lebih ke panggilan khusus dari keluarga ya. Waktu itu Neyl bilang Salma tuh Ama soalnya." Ucap Rony.

"Iya, bener. Panggilan dia mah banyak dari temen-temennya." Jawab Paul, tepat saat mobil yang Rony kendarai berhenti di depan salah satu rumah yang cukup mewah.

Salma hanya memperhatikan rumah itu dari dalam mobil.

"Oh gitu, dah sampe nih. Makasih ya udah mau nganterin balik. Kalian mau mampir dulu?" tanya Rony.

"Chill bro, anjir udah lama banget ya gue ga pernah ke sini lagi, perasaan dulu rumah lu ga begini deh." Jawab Paul.

"Iya pernah direnov soalnya." Balas Rony.

"Sama-sama, ga usah Ron, makasih tawarannya. Kita langsung aja yaa." Ucap Salma.

"Gue sih ngikut adek gue, next time ya Ron." Ucap Paul sembari berjalan keluar menuju arah kemudi dan Salma pun mengikutinya pindah menuju kursi di samping Paul.

Sebelum masuk, Rony menahan Salma. "Sayang besok aku jemput, nanti aku kabarin lagi ya. Kamu hati-hati, sampe apart bersih-bersih langsung istirahat. Kalo bisa sempetin kompres mata kamu ya, biar sembab nya ilang. Maaf ya sayang, udah buat mata kamu jadi sembab gini. Aku bakal perbaikin semuanya, aku mau pertahanin hubungan kita. Besok kita ngobrol yang lebih lama ya, sayang." Ucap Rony dengan tatapan teduhnya, tatapan yang selalu membuat Salma tenang jika sedang berada disisinya.

Salma tersenyum, mendengar Rony akan mempertahankan hubungan mereka. "Iyaa, kabarin aja, aku tunggu. Kamu juga bebersih terus istirahat. Sampe ketemu besok." Rony ikut tersenyum, ternyata Salma masih memperhatikannya.

"Titttt!!" Bunyi klakson yang sengaja dibuat oleh Paul mengagetkan Salma dan Rony.

"Kakang apaansi, berisik." Omel Salma.

"Iya deh, ganggu aja lu, heran." Ucap Rony.

"Gue jadi kamcong bjir, males banget. Ayo masuk dek, kita pulang." Pinta Paul. Salma pun menurut.

Mereka pun berpisah, Paul menjalankan mobilnya dan Rony masuk ke rumahnya.

SwastamitaWhere stories live. Discover now