BAB 14

107 24 5
                                    

Author's POV

Naya melangkah cepat-cepat keluar dari kelas seraya membawa bekal titipan ibunya untuk Juna. Ia hendak menuju markas untuk menaruh bekal di atas meja. Karena ucapan laki-laki itu kemarin, Naya enggan bertatap muka dengannya lagi. Karena itu, untuk sementara Naya akan berusaha keras menghindarinya.

Waktu akan keluar dari markas, Aji masuk diikuti kawan-kawannya yang lain. "Eh, Naya. Hai!" sapa laki-laki itu dengan senyum merekah.

"Hai, Aji ..." balas Naya seraya tersenyum juga.

"Nungguin Juna ya?" tanya Aji, "dia nggak masuk," ujarnya.

"Oh iya? Tumben."

"Iya. Nggak tau kenapa. Dia nggak kasih kabar. Chat anak-anak juga nggak ada yang dibales."

Naya mengambil kembali bekal makan siang untuk Juna yang ia taruh di atas meja sebelum pamit pergi. Di sepanjang jalan menuju kelas, ia terus terpikir soal Juna. Mengingat pembicaraan mereka kemarin membuat Naya merasa ... entahlah. Tak mungkin kan, laki-laki itu marah padanya?

Naya menggeleng. Ia yakin dirinya tak sepenting itu sampai membuat Juna marah dan tak masuk sekolah. Ia sempat terpikir untuk mengirim pesan pada laki-laki itu, untuk menanyakan kenapa tak datang ke sekolah, tapi ia urungkan.

Dan ternyata, Juna juga tak datang ke sekolah esok harinya, begitu juga hari berikutnya. Laki-laki itu juga sama sekali tak ada menghubungi Naya. Jujur, Naya mulai khawatir waktu teringat saat Juna datang menemuinya, lalu menangis terisak-isak. Apa laki-laki itu baik-baik saja?

Naya hendak pulang sore ini. Ia duduk di halte menunggu bus tujuan arah kediamannya yang masih belum tiba. Dikeluarkannya ponsel dari dalam tas, kemudian dicarinya kontak Juna. Mengetik pesan untuk Juna kemudian menghapusnya lagi sebelum benar-benar ia kirim telah menjadi kegiatan yang kerap ia lakukan selama beberapa hari terakhir. Sebenarnya ke mana laki-laki itu?

"Naya."

Panggil seseorang membuat Naya menatap ke depan. Sontak ia berdiri waktu melihat laki-laki bertuxedo hitam di dalam mobil yang cukup familiar di matanya.

"Om Julian?" panggil Naya tak menyangka. Beliau adalah Julian Argatama. Papanya Juna sekaligus pemilik SMA Nusa Bangsa.

Sudah cukup lama sejak terakhir kali Naya bertemu dengannya. Beliau turun dari mobilnya dan menarik Naya untuk ikut dengannya. Ternyata, beliau membawa Naya ke kediamannya.

"Sudah lama Om ingin mengundang kamu dan Darrel ke sini. Ayo, masuk." Beliau mempersilahkan Naya untuk masuk dan berjalan beriringan dengannya.

Naya menurut. Ia melangkah memasuki rumah mewah yang baru kali ini ia kunjungi. Papanya Juna memang beberapa kali mengundang keluarganya untuk datang ke sini, namun mereka merasa sungkan untuk datang berkunjung.

"Bagaimana sekolah kamu? Ada yang membuat kamu nggak nyaman di sekolah? Kalau ada, jangan sungkan untuk bilang ya."

"Sama sekali nggak ada, Om. Sekolah lancar-lancar aja kok. Dan Naya suka banget sekolah di Nusa Bangsa."

Mereka bicara di sofa sementara berbagai hidangan belum selesai di hidangkan di meja makan. Papanya Juna bersikeras mengajak Naya untuk makan bersama keluarganya sore ini.

"Kamu yakin nggak mau ikut les privat? Meskipun semester genap tiba sebentar lagi, Om yakin les privat bisa membantu kamu untuk persiapan tes masuk perguruan tinggi."

"Nggak perlu, Om. Kami udah terlalu banyak merepotkan Om Julian," ucap Naya merasa tak enak. Maksudnya ia dan keluarganya. Karena Papanya Juna sudah banyak melakukan berbagai hal untuk mereka.

Babu || Kim Junkyu (Re-write)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang