Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Diperuntukkan bagi usia 18+ ke atas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Diperuntukkan bagi usia 18+ ke atas. Mengandung adegan eksplisit dewasa, kekerasan seksual, dan kalimat vulgar. Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.

Didedikasikan untuk "L". Kau telah melalui banyak hal. Kau hebat dan itu cukup bagiku.

© Séraphine Grey

“Aku tidak akan menyakitimu, anjing manis

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Aku tidak akan menyakitimu, anjing manis. Aku janji.” Anna mengulurkan tangan kirinya pada hewan predator itu.

Serigala seukuran kuda. Bulu kusutnya adalah bukti perjuangan. Gigi runcingnya sengaja dipamerkan guna mempertegas jarak di antara mereka.

Mengabaikan geraman kasar si serigala, Anna justru membawa langkahnya lebih dekat ke depan. Belaian lembut mendarat ke atas kepala makhluk itu. “Kau terluka. Siapa yang tega melakukan ini padamu?”

Suara lengkingan parau keluar dari moncongnya. Mata biru yang salah satunya tersabet luka gores milik serigala itu menatap waspada wajah Anna.

“Aku juga pernah punya anjing peliharaan yang warnanya persis seperti dirimu. Sayang, dia menyeberangi jembatan pelangi terlalu cepat.”

Ketika Anna menempelkan keningnya, serigala itu tersentak oleh semburan adrenalin aneh yang meresapi pembuluh darahnya. Tubuhnya mendadak dikuasai insting dan hasrat. Sesuatu yang meledak-ledak meruntuhkan ruang kendali dalam dirinya.

Terlapisi keinginan primitif untuk mencicipi. Merasakan. Melindungi. Sensasinya luar biasa mengejutkan dan membuatnya menyerah pada emosi yang jauh lebih gelap.

Lehernya tercekik saat Anna memisahkan diri. Kehampaan membombardir hatinya dari segala penjuru. Rasa lapar yang belum pernah dirasakannya membuat serigala itu berperang dengan kewarasannya sendiri.

Anna mengeluarkan benda pipih kecil dari saku rok rimpelnya. Dia tersenyum. “Ini, ada plester luka untukmu. Mungkin kau perlu lebih banyak karena kau anjing raksasa, tapi aku hanya punya satu.”

Anna melekatkan plester lukanya di alis kanan serigala itu dan telah melanggar batasan yang tak terlihat di antara mereka. Jurang tinggi yang seharusnya tidak boleh dilewati dan membentuk ikatan asing tanpa dia sadari. Tato magis berpola rumit khas suku Varet melingkari pergelangan kaki kiri Anna sebelum kemudian lenyap pada detik kelima.

“Anna? Di mana kau?” teriak Paman Cédric sambil menenteng peralatan memancingnya.

“Itu Paman Cédric. Dia bisa mengobatimu,” bisik Anna mengangguk.

Terlibat dalam jalinan takdir bersama bocah sembilan tahun itu sama sekali bukan bagian dari rencana. Serigala itu mengerjap-ngerjap gelisah sebelum matanya terpejam rapat. Coba menghalau debaran ganjil yang memukul di sepanjang tulang rusuknya.

“Rupanya kau di sini.” Nada Paman Cédric dipenuhi kelegaan.

Anna berbalik menghadap Paman Cédric. Ujung sweternya yang tipis bergoyang ditiup angin malam. “Bisakah kita mengajak anjing itu pulang, Paman Cédric?”

“Anjing? Anjing mana yang kau maksud?” Paman Cédric meletakkan keranjangnya ke tanah.

“Yang di—” tunjuk Anna yang kembali menoleh. Namun, serigala itu sudah pergi tanpa meninggalkan jejak seolah-olah dia tak pernah ada di sana sebelumnya.

***

Crescent MoonWhere stories live. Discover now