4. Konflik Yani dan Nasution

67 7 2
                                    

Selamat datang...
Jangan lupa vote dan komen ya kakak" dan adik"... lope yu buat kalian semua️❤️❤️
.
.
.
.
.
31-Januari-1965

Baru saja pulang dari liburan kemarin, Yani harus kembali ke markas untuk penugasannya. Yani berangkat dari rumah dengan Dedeng dan Bardi.

Ia tiba di markas dengan selamat, Yani dan Nasution sampai bersamaan. Tak ada percakapan di antara keduanya bahkan menoleh saja tidak, hanya Pierre Tendean, ajudan Nasution yang senyum ke arah Yani, dan Yani membalasnya juga.

Hubungan keduanya tidak seperti dulu, jika libur terkadang keduanya menghabiskan waktu untuk bermain golf atau tenis di villa pribadi Yani.

Sesampainya di ruangan masing-masing, Nasution teringat ketika Yani yang menyuruh salah satu deputinya yakni Mayor Jenderal TNI R. Suprapto. Untuk menangkapnya, tujuannya Yani melakukan hal tersebut untuk menunjukkan loyalitas nya kepada Soekarno.

Walaupun masalah ini tidak menyebar ke masyarakat, kabar perintah itu sampai ke kubu Nasution. Brigjend TNI Abdul Kadir Besar, ialah salah seorang perwira kubu Nasution, mengatakan bahwa kubunya sudah mempersiapkan senjata untuk mengahadapi konflik jika Nasution benar-benar akan di tangkap. Para Pasukan Siliwangi yang diutus oleh Adjie untuk menjaga rumah Nasution sudah siap berjaga.

Namun kabar penangkapan tersebut sampai ke telinga Jenderal senior, Yakni Basuki Rahmat, R. Soedirman, Sarbini dan juga Soeharto. Mereka berempat menentang perbuatan Yani. Pada akhirnya Yani harus membatalkan perintahnya beberapa hari kemudian. Walaupun hubungan keduanya tak begitu baik, Johanna istri Nasution tetap berhubungan baik dengan Yayu.

•••
Yani masuk ke ruangannya yang sudah dipenuhi dengan dokumen-dokumen penting diatas meja yang sudah siap untuk di tandatangani. Sebagian dokumen sudah ia selesaikan, untuk dokumen terakhir ia sedikit terkejut karena yang harus menandatangani ialah Nasution.

"Sepertinya aku harus ke ruangan bang Nas untuk minta tandatangan nya." batinnya. "Tapi aku dengan bang Nas tidak pernah berbincang lagi sejak kejadian itu terjadi, apa akus uruh yang lain saja untuk membawanya?, jika mereka yang membawanya kesana yang ada malah bang Nas berpikir jelek tentang ku." Lelah berdebat dengan isi pikirannya sendiri ia memutuskan untuk ke ruangan Nasution sendiri saja.

Sesampainya disana Yani terdiam didepan pintu, Yani ragu untuk masuk ke dalam. Setelah berpikir-pikir, Yani mengetuk pintu 3 kali pemilik ruangan itu menjawab masuk. Membuka pintu, Yani mendapati Nasution sedang sibuk mengurus dokumen seperti dirinya tadi.

"Ada yang bisa saya ban..." nada bicara Nasution tiba-tiba terputus dan tatapan sayy. Karena melihat Yani, kawan akrabnya yang sudah ia anggap adik sendiri berdiri tegap dengan tangan yang memegang dokumen. "Aku butuh tandatangan abang untuk dokumen ini." sodor Yani kepada Nasution.

Tatapan Nasution tak lepas dari Yani. Yani mengerutkan keningnya bingung dengan Nasution yang melihatnya dengan tatapan sayu, seolah-olah sedang memikirkan sesuatu. Yani melambaikan tangan ke Nasution untuk menyadarkan lamunannya. Nasution pun tersadar dan menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Kenapa abang menatap ku seperti itu?." tanya Yani dengan perasaan heran. Bukannya menjawab Yani, Nasution mengambil dokumen itu dan menandatangani nya. "Tidak ada Yan." Nasution baru menjawab pertanyaan Yani tadi.

"Kamu dan keluarga bagaimana? sehat?." tanya Nasution membuka pembicaraan lain. Selesai sudah dokumen ia tandatangan, Yani masih belum beranjak dari kursi dihadapan Nasution. "Alhamdulillah bang, kami sekeluarga sehat-sehat saja." jawab Yani.

Tak ada yang berbicara lagi, Yani membalikkan badannya untuk keluar. Akan meraih gagang pintu, tiba-tiba Nasution menyahut dari belakang dengan tangan masih memegang pulpen dan tatapan ke arah dokumennya.

"Sudah lama kita tidak berbincang bahkan untuk sekedar bermain ketika liburan ya, Yan."
"Kapan kita seperti dulu lagi." sahut Nasution lagi. Yani yang mendengar tersentak akan perkataan Nasution tadi. Takut terjadi perdebatan di antaranya Yani membuka pintu dan keluar dan berjalan sedikit cepat.

Bardi sehabis dari luar bingung dengan kelakuan atasannya. "Wajah bapak kenapa seperti orang ketangkap basah ya." ucapnya dalam hati, ingin menyusul Yani. "Bardi kamu ikut makan tidak dengan Pierre?." tanya Dedeng, tidak enak hati menolaknya ia menyusul Dedeng yang sudah meninggalkan nya terlebih dahulu.

•••
Jarum jam sudah ke arah jam 05:19, Yani dan Bardi sudah bersiap untuk pulang sementara Dedeng menuju ke parkiran mengambil mobil. Tak berapa lama Dedeng sudah datang dengan mobil begitu juga Yani dan Bardi sudah berdiri didepan pintu.

Selama di perjalanan Yani hanya diam dengan tatapan lesu, Bardi yang duduk di samping Yani heran akan kelakuan atasannya hari ini. Biasanya ada saja yang mereka bahas di mobil tapi kali ini hanya suara mobil dan kendaraan lainnya.

Mobil pun sudah terparkir di halaman rumah, Yani pun langsung masuk ke kamar dan langsung ke kamar. Anak-anaknya yang melihat hal tersebut juga seperti Bardi heran dan bingung, biasanya ia akan duduk di sofa menemani anaknya dan bercanda-canda bersama.

Memasuki kamar ia mendapati Yayu sedang melipat baju yang akan ia masukkan ke dalam keranjang. Selesai mengganti pakaian ia langsung menyambar handuk dan melangkah ke kamar mandi. Yani sudah kembali dan lengkap dengan baju tidur.

"Ik heb net de broer van Nas ontmoet."
(aku tadi bertemu dengan bang Nas) ucap Yani sembari merebahkan tubuhnya di kasur. Tangannya yang sedang melipat baju terhenti karena ucapan Yani barusan. "Wat zei hij?" (apa katanya). Yayu mendekati Yani untuk lebih tahu.

"Hij vroeg hoe het met jou en mij ging, niet alleen dat, de broer van Nas bracht in het verleden ook mijn nauwe band met hem ter sprake..." (ia bertanya apa kabar aku dan kalian, bukan hanya itu bang Nas juga mengungkit kedekatan ku dengannya dulu)
"en ook de broer van Nas zei: wanneer zullen we weer zijn zoals voorheen?"
(dan juga bang Nas bilang kapan kita seperti dulu lagi) tiru Yani diakhir kalimat.

"Het is tijd dat jullie het goedmaken." (sudah saatnya mungkin kalian berbaikan) kata Yayu mengelus tangan Yani lembut. "Ik weet het niet, ik was een beetje lastig met de broer van Nas vanwege dat incident." (entahlah aku sedikit canggung dengan bang Nas gara-gara kejadian itu).

"Mas istirahat sebentar ya aku siapkan makanan dulu, nanti kalau sudah aku suruh Ani memanggil mas." tutur Yayu meninggalkan Yani sendiri untuk istirahat.

4 menit kemudian, seperti perkataan Yayu tadi. Ani datang memanggil Yani untuk makan, selesai sudah mereka masuk ke kamar masing-masing dan tidur.

Bersambung
.
.
.
.
.

Bagian asli:
1. bagian pak Yani akan menangkap pak Nas untuk menunjukkan loyalitasnya kepada Soekarno itu beneran ya.

2. deputinya yang disuruh sma pak Yani beneran pak R. Soeprapto.
.
.
.
.
.

Jangan lupa vote dan komen ya biar makin semangat update nya❤️❤️❤️

Instagram:@nurulakmalmd
Tiktok:@indonesian_history

Anak Emas Soekarno Yang Tersingkir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang