Paul menatap lekat adiknya, "Oke kalo gitu, sampe gue tau lu nyakitin adek gue awas aja ya anjing! Gue maju paling depan buat ngabisin lu walaupun lu temen gue sendiri." Ucapnya ke Rony. Apapun yang menyangkut adiknya ia akan menjadi sangat protektif.

Rony merespon hanya dengan menganggukan kepalanya, ia sudah tidak enak hati dengan Salma dan juga Paul.

Paul sudah mencair sekarang, ia mengerti hubungan adik dan temannya ini sedang tidak baik-baik saja. Biar itu mereka selesaikan berdua, ia tidak mau ikut campur.

"Ron, kalo emang mau ngobrol besok aja ya." Salma akhirnya memulai percakapan dengan Rony.

"Iya sayang boleh, besok aku jemput yaa." Rony tersenyum manis ke Salma, ah senyum yang sangat Salma rindukan. Salma pun mengangguk dan tersenyum tipis.

Paul yang hanya diam tiba-tiba sedikit kaget melihat jam di tangannya, "Ron udah mau mulai ini film nya, 15 menit lagi, ayo."

"Kamu mau ikut nonton?" tanya Rony ke perempuan cantik dihadapannya, ia tidak mempedulikan ucapan Paul.

"Engga, aku mau pulang aja." Jawab Salma.

"Eh dek, kamu udah makan siang belum? Kalo belum mau makan apa, Kakang traktir."

"Belum, Aca belum laper, nanti aja." Jawab Salma singkat, ia mulai mengambil paper bag di sebelahnya, bersiap untuk bangkit.

"Bener belum laper? Jangan nahan laper nanti sakit Ca." tanya Paul lagi, memastikan.

"Iya, aman. Ya udah Aca pulang ya, Ron aku duluan ya." Pamit Salma ke Paul dan Rony.

"Eh engga ya, ga boleh pulang. Ayo ikut nonton sama kita, ini paksaan dilarang menolak." Paul bangkit dari duduknya dan menahan langkah adiknya.

"Isshh Kakang, gamauu. Aku mau pulang aja, minggir." Ucap Salma. Paul membawa Salma untuk duduk kembali ke posisi semula.

"Ayo dong Ca, udah lama loh kita ga pernah nonton bareng. Kamu ga kangen apa qtime sama Kakang mu yang ganteng ini." Ucap Paul menaik-turunkan alisnya.

Salma memasang wajah geli, tapi benar juga ia rindu menghabiskan waktu bersama Paul.

"Hmm, emang nonton film apa?" Salma mulai menunjukkan ketertarikannya.

"The Marvels, yang ada aktor Korea nya itu loh." Jawab Paul.

"Ohh iyaa tauu." Jawab Salma.

"Aku pesenin yaa, semoga sebelah aku masih kosong." Rony yang sedari tadi menyimak akhirnya membuka suara.

"Ron aku belum ngeiyain loh." Ucap Salma.

"Nah pas masih kosong, bentar." Ucap Rony. "Udah aku pesen, ayo Sal." Rony bangkit dari duduknya.

"Eh eh enak aja lu, ga ada ya Salma di sebelah lu. Dia di sebelah gue pokoknya." Ucap Paul ikut bangkit.

"Ayo lah Ul, kali ini doang."

"Gue bilang engga ya engga, anjing!"

"Ga asik lu, bangsat!"

"Apa sih kok jadi ribut, katanya waktunya mepet, udah mau mulai film nya. Kalian ini kek bocah, udah aku di tengah aja biar adil." Salma menengahi.

"Engga Ca, pokoknya kamu sebelah Kakang. Biar Kakang yang duduk di tengah, si Rony pasti bakal modus nanti sama kamu, Kakang ga rela."Ujar Paul.

"Anjing, Powl ga gitu. Udah bener saran Salma aja dia di tengah duduknya." Ucap Rony masih berusaha agar dia bisa duduk di sebelah Salma.

"Diem! Lu nurut atau ga akan gue restuin lu sama adek gue." Tandas Paul, sukses membuat Rony mati kutu.

"Sial, skakmat." Batin Rony.

"Alahh ribet banget ni berdua perkara duduk doang." Salma berlalu meninggalkan kedua lelaki yang masih beradu mulut itu.

"Ya udah iya, Salma di sebelah lu dan lu duduk di tengah." Jawab Rony pasrah.

"Siip. Acaaa, tungguin!" Ucap Paul berjalan cepat menyusul Salma dan meninggalkan Rony.

Paul sudah mensejajarkan posisinya dengan Salma, berjalan berdampingan menuju bioskop. Sementara Rony, ia tetap setia mengekor dibelakangnya. Bukannya ia tidak bisa menempatkan diri di sebelah Salma, tetapi ia menghormati perempuannya itu. Salma masih membatasi interaksi dengan dirinya dan Rony tidak mau membuat Salma menjadi risih.

"Sini Ca, barang-barangnya." Paul merebut semua paper bag yang Salma bawa.

"Ga usah, ga berat kok." Salma berusaha menahan, tapi Paul bersikeras.

"Makasih Kakangg." Ucap Salma.

"Sama-sama Acaa." Jawab Paul.

"Ron, bawa ini semua." Paul menyerahkannya ke Rony.

"Lah kenapa jadi dikasihin ke gue, anjir. Kan lu yang mau bawa." Protes Rony, tapi ia tetap menerimanya.

"Bacot, inget yang terakhir gue bilang tadi." Ucap Paul, membuat Rony mendengus sebal.

"Kenapa kakaknya Salma tuh Paul sih, nambah ribet aja." Batin Rony.

"Makasih yaa Ron." Ucap Salma, lembut.

"Sama-samaa, sayangg." Jawab Rony tak kalah lembut diakhiri dengan senyuman manisnya.

"Eww sayang-sayang lu, jijik." Ucap Paul.

"Ape sih Ul, iri aja." Jawab Rony.

"Gue yakin abis ini lu yang bakal iri." Balas Paul.

"Ayo Caa, cepetan 5 menit lagii." Ucap Paul sembari merangkul pundak Salma.

"Ayo." Salma ikut memeluk pinggang Paul.

Mereka berdua melangkahkan kakinya lebih cepat, membuat Rony yang sudah seperti asisten harus menyesuaikan langkahnya dengan barang bawaan di tangannya.

"Bangsat, nempel banget. Mau cemburu, tapi itu Abang nya sendiri. Fakk lahh." Rony membatin, lagi.

Tak lama ia tersenyum, senang melihat hubungan kakak adik yang hangat ini.

SwastamitaWhere stories live. Discover now