Ayam

1 0 0
                                    

Pok, pok, petok!!
; Tukang penggal

Hah, hari ini pasar begitu ramai.
Hilir mudik dipenuhi oleh penduduk manusia, yang berpeluh juga mewangi.
Sontak sang tuan meraba-raba, dengan panik Aku ikut berteriak sembari berlari menjauh dari tangannya.

Berharap ini bukan hari terakhir ku

Tisa yang menjadi korban dengan lantang meminta tolong, sayapnya berjatuhan. Namun dari kami bahkan tidak bisa membantu, tenanglah Tisa, hanya sebentar sampai kamu berhenti kejang-kejang karena leher mu terpotong oleh nafsu manusia.
Setelah itu, aku dan teman lain tak bisa menebak. Bagaimana Tisa disana, selamat jalan Tisa.

Pijak kaki itu kian waktu kian penuh, namun Aku hanya takut.
Kecemasan selalu terdampar pada wajah kami, Tuan tolong kami.

Sementara itu, Aku masih termenung dalam waktu yang terus menyiksa kalbu. Banyak pertanyaan yang selalu hadir di kepala, namun jika bercerita tentang apa yang aku rasa, kepada siapa? Sedang kami disini tertawan oleh, aduh. Bagaimana Aku menyebutnya. Aku hanya ingin bebas, berlarian kesana kemari, bercengkrama dengan yang lain tanpa perlu melihat wajah-wajah lesu di depanku.

Sang Tuan menatap kami, kalau bukan karena pekerjaan, dia juga tidak akan berbuat sekeji ini.
Rokok yang dihisapnya kian menyesakkan dada, tangan kekarnya memegang pisau lalu di asah, semakin tajam makin membinasakan.

Sebentar, Aku mendengar anak kecil itu merayu sang mama, apa?
Tolong jangan lagi, kami masih ingin hidup.
Teman lain bahkan berlarian dan semakin berkokok riang.

"Hek, pok pok pookkk, pokkk." Kamu berhasil anak kecil, dan sekarang giliranku.

Aku menatap sang tuan, cengkraman tangan nya semakin erat di leher, entah apa yang ia baca, lalu menggores kan pisau tajam itu di leherku, tanpa iba lalu melempar badan tambun ku ke kandang yang lebih kecil, disana bisa ku rasakan sensasi paling menyakitkan, Aku tidak bisa menahan lalu menengadah kan kepala ku ke atas, kakiku sudah lemas karena kejang-kejang.

Aku menarik mataku pada kandang besar dimana kami ditawan, mereka memegang dada, syukurlah bukan mereka yang menjadi korban kali ini.

Tapi, Aku lega. Aku tidak akan hidup dengan perasaan was-was lagi, Aku menjadi sesuatu yang mengenyangkan manusia, dan bahkan aku menyenangkan hati anak kecil itu.

Sesuatu yang mendebarkan hadir, ketika kita akan menjumpai akhir yang lahir, kamu tau? Semua makhluk juga memiliki rasa cemas, tapi jika ingin bebas, kamu harus pergi dengan tenang.

Jangan cemas lagi, aku tidak apa-apa. Setidaknya dalam kecemasan yang selalu hadir, aku juga berguna bagi manusia.

Kamu juga yah, jangan menyerah.

25.12.2023

(Sudah pernah di posting di Facebook)

My_pja10

°Fb : Faxela jauxle

Luka (CERITA PENDEK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang