35. Don't Touch My Mine

1.4K 158 49
                                    

Pukul 2 siang di tengah ramainya pasar. Lamia tidak percaya kakinya melangkah sendiri di antara kerumunan orang-orang menunju tempat yang disebutkan Janio. Satu waktu Lamia berpikir sebuah kesalahan dia bertemu dengan Janio diam-diam di luar Istana, dalam status dia sudah memiliki suami. Oke, Cuma secara teknis memang, tapi tetap saja dia bukan gadis yang bisa menemui laki-laki diluar sana dengan bebas.

Tapi entah apa yang membuatnya nekad untuk membohongi Bertha dan mengendap-endap dari belakang Istana demi menepati waktu pukul 2 siang. Bahkan dia memakai jubah serba hitam supaya keberadaannya tidak dikenali siapapun, ah, meskipun tidak banyak yang mengenali si Putri Mahkota ini.

"Shit! Aku memang sudah gila," umpat Lamia pada diri sendiri saat mendapati tempat makan yang mereka janjikan dipenuhi oleh orang-orang yang tidak dia kenal. Tidak ada tanda-tanda Janio tengah menunggunya disana. Itu artinya dia datang lebih dulu dan membuat seolah-olah dialah yang tidak sabar dengan pertemuan rahasia ini.

Lamia menghela nafas beberapa kali sambil memperhatikan sekitarnya. Takut-takut jika ada yang mengenalinya dan mengadukan pada Xenon. Lehernya tidak akan selamat hari ini.

"Astaga!" pekik Lamia saat merasakan pundaknya di tepuk pelan.

Matanya semakin melebar saat melihat siapa yang sudah berani menyentuh seorang Putri Mahkota.

"Aku baru tahu kalau Putri Mahkota ternyata bisa bebas berkeliaran di pasar," ucap laki-laki berperawakan cantik itu. Iya, cukup cantik untuk seukuran pria.

"Dan aku juga baru tahu kalau gaun dan jubah serba hitam lagi trend dikalangan Putri Bangsawan," senyuman miring yang semakin menyudutkan Lamia.

"Ehm... aku Cuma mencari angin segar. Kau tahu sendiri, Istana bukanlah tempat yang membuatmu bisa bernafas lega," sahut Lamia yang sedikit meninggikan dagunya. Bukan bermaksud telihat belagu, dia hanya tidak ingin terlihat kalah argumen dengan lelaki cerdas ini. Sungguh sebuah kesialan dia bisa bertemu dengan Renvian yang tahu segalanya.

Dan sekarang laki-laki itu fokus melihat mata Lamia. Sangat dalam dan seperti menilik sesuatu. Apa ini? Apa Ren punya kemampuan membaca pikiran? Oh Tuhan, jangan sampai.

"Mata hijau," gumam Ren, lagi-lagi diikuti senyuman miring penuh arti.

Ren menghela nafas berat, seolah mata hijau milik Lamia mengganggunya.

"Sudah sejauh ini," lanjutnya yang semakin membuat Lamia bertanya-tanya.

"Ap...apa yang salah dengan mata ini?"

"Semuanya," jawab Ren. "Semuanya, sejak awal sudah salah," jujur Ren yang menganakkan pertanyaan baru di kepala Lamia.

Lalu Ren mengulas senyum kembali, kali ini terlihat ceria, "Dia datang." Telunjuk Ren mengarah pada laki-laki yang berdiri gagah di belakangnya.

Ren memang Ajaib, tanpa memutar badan dia tahu keberadaan orang lain di belakangnya. "Angin segar yang Tuan Putri cari," ucapnya.

Benar saja Janio berdiri disana. Berbeda dengan Lamia yang berpakaian serba hitam, Janio telihat dengan santainya memakai kemeja satin merah hati yang menarik perhatian. Wajahnya sudah sangat menarik perhatian orang-orang ditambah lagi dengan warna merah hati yang cukup mencolok.

"Selamat menikmati waktu berdua," ucap Ren pada Janio yang membuat Pangeran itu tertegun.

Tampaknya Lamia dan Janio sedikit sadar dengan apa yang mereka lakukan. Mereka tidak selingkuh, tetapi tetap saja bertemu diam-diam di luar istana, terserah kalian mau menyebutnya apa.

Ren pergi tanpa beban, dan tidak mengatakan apapun. Menyisakan Lamia dan Janio yang saling tatap dengan canggung.

"Pangeran terlambat," ucap Lamia untuk memecahkan kecanggungan.

Infinity HeartWhere stories live. Discover now