B | 25 - naura's

277 52 14
                                    

"Uya apa kabar, sayang?"

"Baik, Ma. Mama sendiri gimana?"

"Baik juga, sayang. Uya lagi apa? Mama ganggu Uya, nggak?"

"Enggak kok, Ma. Uya lagi nggak ngapa-ngapain. Jadi Mama nggak ganggu Uya."

"Oh, begitu."

"Iya, Ma. Ngomong-ngomong, ada apa ya, Ma? Tumben Mama nelpon?"

"Mama kangen kamu tahu. Uya udah lama nggak main ke rumah. Abang juga udah jarang bahas Uya."

"Hehehe. Maaf ya, Ma. Akhir-akhir ini tugas kuliah banyak banget. Sekalinya ada waktu luang, dipake buat istirahat. Jadi nggak sempet main ke tempat Mama lagi."

"Iya, nggak apa-apa, sayang. Mama ngerti. Abang juga kelihatan sibuk banget. Jadi jarang di rumah. Katanya sibuk ngerjain tugas sama ada acara juga di UKMnya. Saking sibuknya jadi makin kelihatan kurus. Iya, 'kan, sayang?"

"E... iya, Mah."

"Abang tuh susah banget disuruh makan kalau udah asyik sama kerjaannya. Tahu, nggak, Uya. Kemarin tuh saking gregetannya mama sama Abang yang susah makan, mama aduin ke papanya. Terus disuapin paksa deh."

"Hah? Serius, Mah?"

"Iya. Eh, tapi, Uya jangan bilang-bilang ke Abang ya kalau Mama kasih tahu ke Uya. Takut Abang ngambek."

"Hahaha. Iya, Mah, tenang. Rahasia Mama aman di tangan Uya."

"Oh iya hampir lupa. Mama tuh punya oleh-oleh dari Turki buat Uya. Tadinya mau titip ke Abang, tapi hari ini Abang lupa bawanya. Besok Uya ada rencana pergi nggak?"

"Eh? enggak, Mah. Uya mau ngerjain tugas. Jadi bakal di kos."

"Oh, bagus. Besok biar Mama suruh Abang anterin oleh-olehnya buat Uya."

"Nggak usah repot-repot, Mah. Kasihan Sabitnya."

"Nggak apa-apa, sayang. Abang pasti seneng kalau disuruh ketemu sama Uya."
















Jadi... di sinilah gue sekarang.

Di tempat makan yang nggak begitu jauh jaraknya dari kos gue. Tiga menit jalan kaki cukup.

"Makasih yang kemarin," ucap gue ke Sabit.

Iya, ke Sabit.

Selain karena permintaan nyokapnya yang nyuruh Sabit anter oleh-oleh, juga karena gue mau balikin hoodienya.

Mumpung libur juga, sih.

Ditambah gue nggak mau Sabit kasih oleh-oleh itu di kampus terus dilihat sama Rere. Ataupun ke kos gue.

Gue maunya semuanya cepet. Balikin hoodienya, terima titipan dari nyokapnya. Terus balik.

Iya, rencana awal begitu.

Sampe tiba-tiba hujan turun lagi. Dan akhirnya gue mutusin buat stay lebih lama.

Bisa aja gue nerobos hujan. Tapi, ini beneran deres banget. Kayak air yang ditumpahin langsung dari embernya.


"Sama-sama, Ya," jawab Sabit. "Maaf ya kalau mama gangguin lo."

"Sembarangan."

Enak aja dia bilang nyokapnya gangguin gue. Walaupun gue kaget karena semalem tiba-tiba ditelpon, tapi, nggak pernah sekalipun gue kepikiran kalau nyokap Sabit gangguin gue.

"Jangan pernah ngomong kayak gitu. Mama nggak pernah gangguin gue dan gue nggak pernah ngerasa digangguin sama mama."

Sabit diem. Dia cuma senyum terus anggukkin kepala.




B; park wonbin - hong seunghanWhere stories live. Discover now