68.... Detektif bayaran

1.7K 64 2
                                    

Pria yang tadi mendengarkan keluh kesah Rinjani adalah Javas, sebenarnya dia tidak sengaja mendengarkan semuanya. Awalnya Javas tengah celingukan mencari sosok Rinjani ia sudah keliling kampus tapi tidak menemukan gadis itu hingga berakhir lah disini, Javas menemukan Rinjani duduk membuka laptop dengan wajah penuh beban.

"Modal? Sebenarnya apa yang sedang dia kerjakan?" batin Javas. Dia masih disana menguping untuk mendapatkan informasi sebenarnya pekerjaan apa yang sedang Rinjani geluti hingga membutuhkan modal besar?

Arah fokus Rinjani terbagi dua antara laptopku juga ponsel. Lagi-lagi notifikasi dari pegawai kantor membuatnya mendesah panjang.

"Iya kenapa Riana?"

"Hallo bu Jani, saya baru mendapat email dari pemilik ruko. Dia berpesan jika sisa pembayaran harus dilunasi segera."

Rinjani menepuk jidat, ia hampir lupa masalah pelunasan ruko. Karena terlalu padat jadwal sehingga banyak sekali hal-hal yang terlupakan.

"Oke oke, terima kasih telah mengingatkan."

Panggilan tertutup, Rinjani mendesah juga mengacak rambut. Tiga bulan ini Rinjani benar-benar bekerja sangat keras membangun bisnis cupid lonestly nya. Awalnya Rinjani berfikir bisa menghendle semuanya dengan Sinta dan dua pegawai tapi nyatanya Rinjani salah.

Banyak sekali yang tidak bisa ditangani karena banyaknya hal yang harus dikerjakan.

"Akan ku pikirkan nanti, sekarang aku harus kembali ke kantor."

Rinjani mengemasi barang bawaan lalu pergi menuju kantor. Tanpa disadari Javas mengikuti kemana Rinjani pergi. Hanya saja jarak antara mobil mereka berjauhan menghindari kecurigaan.

Sekitar tiga puluh menit, mobil Rinjani berbelok kesebuah ruko yang ada dipusat kota. Javas masih berada dimobil memantau apa yang akan Rinjani lakukan selanjutnya.

Kurang lebih dua puluh menit menunggu, Javas tidak tahan ingin mencari tahu mengapa Rinjani berlama-lama didalam. Ia pun turun ke pos security.

"Pagi tuan, ada yang bisa saya bantu?" ucap salah satu security berbadan jangkung.

Javas ragu mengutarakan niatnya, ia pun masih merahasiakan tujuan kedatangannya. Matanya celingukan berfikir alasan apa yang tepat untuk mencaritahu agar tidak menimbulkan kecurigaan.

"Eumm saya lihat sepertinya kantor ini baru?"

"Oh benar tuan, kantor ini memang baru berdiri sekitar tiga bulan."

"Tiga bulan? Kalau boleh tahu ini kantor apa?"

Security menunjuk billboard reklame bertulis cupid lonestly.

"Cupid lonestly?" batin Javas setelah membacanya.

"Tuan tentu tidak asing dengan nama cupid lonestly karena jasa curhat ini sedang booming. Atau tuan datang untuk berkonsultasi langsung?"

"Emm boleh, kira-kira siapa yang akan jadi mentor saya?"

"Oh ada dua, pertama non Raya lalu kedua non Susan."

"Raya? Siapa lagi dia?" batin Javas bertanya-tanya.
"Apa wanita yang tadi baru saja masuk?"

"Ya betul, kalau orang-orang memanggilnya bu Raya tapi nama sebenarnya bu Rinjani."

"Sejak kapan Rinjani ganti nama." batin Javas lagi.
"Kalau begitu terima kasih atas penjelasannya. Lain kali saya akan datang lagi."

"Baik tuan, hati-hati dijalan."

Setelah mendengar semuanya, Javas memiliki ide untuk menaklukkan hati Rinjani lagi, ia pun memilih kembali ke kantor dan menyusun strategi. Sedang Rinjani kembali mengatur jadwal yang tadi sudah tersusun rapi.

Cupid Lonestly 2 (END)Where stories live. Discover now